Nathan sudah dipindahkan keruangan ICU. Beberapa jam yang lalu ia baru saja selesai operasi pengangkatan peluru yang berhasil masuk ke dalam tubuhnya. Di depan ruangan Nathan sudah ramai oleh kedua orang tua Nathan serta teman-teman Nathan yang lain.
Mereka masih setia menunggu Nathan. Padahal hari sudah semakin malam. Sebagian lagi ada yang menemani Arya yang ruanganya berada tak jauh dengan Nathan.
"Besok, acara pengajian ya," kata Radit tiba-tiba. Sontak hal itu membuat seluruh teman-temannya terkejut mendengarnya.
"Pengajian apaan gila?" Tanya Bayu.
"Besi nyangkut kali tuh di pala lo, lo masa lupa si? Kan ada acara ngaji bersama buat doain temen-temen kita yang udah gak ada," jawab Radit. Membuat semua teman-temannya ber oh ria bersamaan. Radit memutar bola matanya malas.
Ya memang, setelah kejadian itu yang membuat sebagian teman-teman mereka meninggal. Mereka mengadakan acara mengaji bersama atau bisa disebut dengan tahlilan untuk mendoakan teman-teman mereka yang sudah pergi. Rencananya acara tersebut akan dilakukan di rumah Arya. Sekalian mendoakan cowok tersebut yang sampai sekarang masih terbaring di ranjang rumah sakit.
"Lo gak temenin cewek lo?" Tanya Bayu pada David yang tadi hanya duduk saja.
"Azel udah dijaga sama orang tuanya, tadi gue disuruh pulang suruh istirahat. Tapi gue males ah balik dalam keadaan muka bonyok gini. Bisa-bisa gue kena damprat Ema Bapa gue," jawab David yang membuat teman-temannya tertawa.
"Cie dapet restu juga lo," kata salah seorang temannya yang langsung menonjok bahu David pelan.
"Secepatnya sebar undangan bro."
"Berisik lo pada!" Ketus David pada teman-temannya.
Karena kejadian itu juga. David memiliki banyak teman, ia bisa begitu akrab dengan teman-teman Nathan maupun teman-temannya Fajri. Padahal mereka baru kenal belum lama ini. Tapi dari interaksi mereka saja sudah seperti teman yang sudah mengenal selama bertahun-tahun.
"WOYY ARYA NAPAS GAS!"
Seketika semua orang yang berada di depan ruangan Nathan menoleh ke sumber teriakan tersebut, di lorong rumah sakit yang lumayan sepi, terlihat seorang laki-laki dengan wajah kusutnya berlari ke arah teman-temannya yang berada di depan ruangan Nathan.
Seorang cowok yang tadi berteriak, membungkukan tubuhnya ketika sudah sampai di depan teman-temannya. Ia mendapat tugas untuk menjaga Arya, namun karena Arya belum sadar, jadi ia dan sebagian temannya menunggu di luar. Dan tadi, tadi mereka yang bertugas menjaga Arya mendapat kabar dari Dokter bahwa Arya sudah sadar.
"Si Arya napas gas!" Kata cowok itu lagi.
"Gas? Gas apaan?" Tanya Bayu bingung begitu pun dengan yang lainnya.
"Norak lo goblok, gas itu panggilan buat temen," jawab si cowok itu.
Plak
Cowok yang bernama Markum tersebut meringis kala kepalanya yang belum lama diperban karena mendapat beberapa jaitan dari Dokter, tiba-tiba saja dipukul oleh Rezvan. Markum meringis. Ia memberikan tatapan tajam bak elangnya. Padahal dia melek aja susah di karenakan memiliki mata yang bentuknya minimalis.
"Apa lo melotot hah, mau gue colok?!" Kata Rezvan sewot sambil mengarahkan jari telunjuk dan jari tengahnya yang membentuk huruf V ke arah mata Markum.
"Bukan gas ganteng, tapi guys," kata Radit sambil memutar bola matanya malas.
Markum menjentikan jarinya membenarkan perkataan Radit barusan.
"Gak bener lo ah ngomongnya, ulang lagi ulang," kata seorang temannya.
"Ulang gimana?" Tanya Markum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Day Ever (SUDAH TERBIT)
Teen FictionCover by : @arakim_design 15+ Ada arus deras yang terus menarik kaki Nathan. Membuat Nathan semakin lama semakin tenggelam. Tubuhnya dibiarkan terkulai dan tak berdaya. Tidak memiliki keinginan untuk berenang kembali ke permukaan. Sampai akhirnya, a...