Part 74✓

3.1K 139 0
                                    

Sorak-sorai terdengar di mana-mana, musik pop yang mengalun membuat seluruh petugas Osis yang berkerja mengurus berjalannya pensi pagi ini semakin semangat, banyak anggota Osis yang memberikan stick notes pada siswa-siswi SMA Pijar Alam yang sudah datang, rencananya stick notes yang dibagikan tersebut akan digunakan untuk membuat sebuah surat kecil lalu diikatkan pada sebuah balon. Balon itu nantinya akan diterbangkan secara bersamaan bersama surat-surat kecil yang siswa-siswi tulis.

SMA Pijar Alam terlihat begitu ramai pagi ini, bazar-bazar minuman maupun makanan berdiri di mana-mana. Semuanya benar-benar terlihat sibuk, ada yang menawarkan kue-kue kepada siswa-siswi, ada yang menata kabel-kabel di atas panggung, ada yang mendekor segala macamnya.

Dulu, ketika sedang pensi pasti pakaian yang mereka kenakan berupa dress maupun jas, sekarang mereka terlihat kompak memakai baju yang sama yang waktu lalu dibagikan oleh anggota Osis.

Sebagian siswa-siswa ada yang memainkan bom smoke untuk pensi nanti ketika sudah mulai.

"Hey, bantuin yang lain!" Teriak Bu Mala pada siswa-siswa yang sedang memainkan bom smoke.

"Iya Bun," jawab Siswa-siswa tersebut serempak.

Sebentar lagi acara akan dimulai, sebuah acara yang tidak akan pernah dilupakan oleh kelas dua belas yang akan lulus. Tinggal menghitung hari lagi mereka akan segera meninggalkan sekolah tercinta ini, sekolah yang menyimpan banyak kenangan.

Melihat banyaknya orang-orang yang sibuk mempersiapkan jalannya acara membuat hati merasa begitu tak rela jika harus benar-benar pergi meninggalkan sekolah ini, karena di tempat ini, tempat di mana masa-masa remaja tercipta dengan jelas, masa di mana semuanya mengerti arti kesolidaritasan dalam berteman, masa di mana begitu nakal-nakalnya, masa di mana remaja-remaja yang umurnya masih belasan tahun sudah merasakan dimabuk cinta.

Nathan, Radit, Arya dan Rezvan turun dari mobil milik Radit. Ke empat cowok tersebut nampak tampan dengan balutan baju yang sama. Mereka hanya mengenakan baju putih, celana jeans hitam robek di bagian dengkulnya serta sepatu vans yang menambah kadar ketampanan mereka.

Radit memakai topi hitam polos, kemudian keempat cowok tersebut mulai melangkah menuju lapangan yang sudah ramai.

"Yakin gak mau nyumbang bakat?" Tanya Rezvan sambil merangkul Arya yang berada di sampingnya.

"Empet banget gue dengernya, dibilang enggak ya enggak masih nanya aja lo!" Jawab Arya kesal.

"Kapan lagi bro, tinggal ngitung hari nih kita. Sayang banget kalo gak ngeramein nih acara," kata Rezvan.

"Pengen rame? Bakar aja nih sekolah," cetus Nathan datar. Radit yang berada di samping Nathan pun tertawa mengejek ke arah Rezvan.

"Jangan deh, liat sekolah diobrak-abrik waktu lalu aja gue sedih banget, apalagi kalo liat nih sekolah harus gosong kaya pantat Arya."

Arya menatap tajam ke arah Rezvan, dan Rezvan hanya tertawa saja.

Keempat cowok tersebut berhenti melangkah, mereka menatap ke segala penjuru arah, pensi kali ini lebih ramai daripada pensi waktu lalu. Hal ini tentu membuat murid-murid kelas dua belas sulit untuk meninggalkan sekolah ini.

"Ciwi-ciwi akoh belum pada dateng?" Tanya Arya.

"Ciwi-ciwi lo yang mana, si Siti?" Tanya Rezvan.

"Gak usah bahas masalalu deh."

"Tuh mereka," seru Radit sambil menunjuk ke arah gerbang sekolah. Dapat dilihat Alisha, Shila dan Sania berjalan menuju ke arah lapangan.

Seketika pandangan Nathan jatuh pada gadis cantik yang tengah tertawa bersama teman-temannya, Alisha tumben sekali tidak pakai kupluk maroonnya. Melainkan memakai sebuah topi berwarna hitam polos. Hal itu malah membuat kadar kecantikan Alisha bertambah.

Best Day Ever (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang