Perlahan kamu akan menyadari, senyumanmu lebih indah dari diammu dan tawamu mampu menenangkan jiwa yang perlahan mulai menggelap ini.
***
SUARA teriakan dari ujung lorong kelas X IPA3, kelas Angel. Mampu membuat setiap orang yang mendengarnya menutup telinga dan mengelus dada karena kaget.
Velery berlari menghampiri Angel yang berjalan dengan santai, tak memperdulikan umpatan dari teman seangkatannya.
Kini wajah pucatnya tertutupi oleh make up tipis yang sengaja ia kenakan tadi pagi. Hanya satu tujuan yaitu agar temannya tidak curiga padanya.
"Ya amsyong Angel! Gue kangen tahu, lama banget di rumah nenek lo. Lu kecantol akang Bandung ya?" cerocos Velery.
"Akang Bandung pala lu sengklek!"
"Selow dong, nge-gas amat. Gue kan cuma nanya."
"Bodo Amat, jangan ganggu gue! Gue lagi males ngomong." perlahan Angel menjauh dari Velery yang kesal dengan ucapannya.
***
Di dalam ruangan putih itu Ripan menatap kearah luar tepat di depan kaca besar. Ia melihat beberapa anak sedang berjalan masuk dari arah gerbang sekolah. Lelaki itu mulai melamun, banyak hal yang membuatnya uring-uringan dua hari ini.
Entah dimana Ina-nya berada, bahkan Nathan tidak mau memberi tahu keberadaan Angel. Apakah mereka tidak tau hidup Ripan hampa tanpa sosok Angelina? Mengapa semua orang selalu menjauhkannya dari Angel.
Mengapa semua orang tidak mengerti sakit yang dideritanya setiap kali Angel tidak ada dalam radius pandangnya.
Ia kembali meneguk soda di genggamannya, ia benci dengan takdir yang tidak menyatukan mereka.
"Pan, gue cariin di lapangan basket lu kagak ada. Ternyata disini, anak-anak basket udah ngumpul." ucap Vino.
Ripan menegakkan badannya dan berjalan keluar mendahului Vino yang masih melihat punggung sahabatnya menghilang di balik pintu. "Itu bocah kenapa? Ada masalah apa lagi dia. Hahh..., yang satu jadi diem kayak es batu yang satunya lagi udah kayak cacing kepanasan." gumam Vino meninggalkan ruangan itu.
***
Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu, sebagian murid telah berpergian menuju kantin. Tapi tidak dengan Angel kali ini, rasanya ia sangat malas untuk bergerak.
"Jel, kantin yok!" ucapan Velery terhenti melihat sahabatnya lesu, lemah, dan tak berdaya menompang dagunya dengan kedua tangan.
"Hello? Angel! Angelina?" Velery panik sambil menggoyangkan bahu Tere dan Raisa bergiliran.
Angel segera sadar dari lamunannya, "Lo bertiga berisik banget sih?" gertak Angel.
"Gue itu lagi pusing ya, jangan nambahin pusing kenapa?!" tambahnya kemudian pergi dari kelas.
Ketiga sahabatnya memandang kepergian Angelina, kemudian mereka bertukar pandang. "Mungkin dia lagi PMS, jadi sabar ya Vel." ucap Raisa.
"Aku mah apa tuh, cuma seorang wanita cantik yang setiap harinya bertambah cantik." Tere mendelik mendengar perkataan Velery.
"Cantik jidat lo!"
"Sirik bilang aja Ter, gue tau lo pengen tau resep syantek dari gue kan?" kekeh Velery.
"Serah lo pada." Tere meninggalkan Velery dan Raisa.
"Lah ngambek dia."
***
"Than..., adek lo kemana dah. Gue tuh kangen tau sama pujaan hati lagian lu main rahasia-rahasiaan. Gue aja deh Ripan gak bakal gue kasih tau kok. Suer..."
Nathan mendengus lalu ia kembali melanjutkan memakan bakso yang ia pesan. Tingkah Reyhan semakin hari jadi tambah gila, buktinya ia tidak segan-segan bertingkah layaknya anak kecil di depan murid lainnya. Seperti merengek, meloncat-loncat dan menarik ujung baju Nathan saat keduanya berjalan berdampingan.
"Kok lo jadi alay sih Rey?" tanya Ilham memandang ketua osisnya dengan bergidik ngeri.
Reyhan pun sebenarnya demikian. Bisa-bisanya ia kekanak-kanakan, tapi apa boleh buat. Demi tahu kabar Angelina ia rela menghilangkan gaya keren dan karismatiknya.
Sejujurnya lelaki itu tak masalah harus bertingkah seperti itu. Hanya saja teman cowok yang lain sangat eneg melihat tingkah Reyhan. Lain halnya dengan Fans Reyhan, banyak yang mengabadikan tingkah Reyhan yang bagi mereka sangat menggemaskan.
Demi Angelina, gue rela.
***
Bel pulang telah berbunyi, menggema di seluruh lorong SMA Garuda Putih. Untuk kesekian kalinya Ripan mengunjungi kelas Angel berharap gadis kecilnya duduk di bangku dekat jendela itu. Dengan perasaan cemas Ripan berjalan ke arah kelas Angel, mengintip ke jendela kaca kelas itu.
"Angel!!"
Cowok itu berlari ke dalam kelas, ketika melihat Angel sedang merapikan bukunya. Dia memang pandai dalam semua mata pelajaran tapi bukan berarti dia harus tidak mengikuti pelajaran di setiap harinya.
bug...bug...bug...
Gemuruh langkah Ripan memasuki kelas gadis itu membuatnya menoleh dengan cepat ke sumber suara. Wajah kagetnya tak dapat ia kontrol.
Ripan mengatur napasnya menatap Angelina, serasa tak percaya dengan sosok di hadapannya. Sosok yang selalu ia rindukan, selalu ia pikirkan di setiap detiknya. Akhirnya, akhirnya ia bisa melihat wajah gadis itu lagi. Ia sangat takut jika dirinya tidak dapat melihat wajah berseri gadis itu.
Angelina mengedipkan mata, "Ripan. Apa kabar?" ucapnya dengan senyum yang mengembang.
Grep...
Ripan memeluk Angelina yang sedang duduk, gadis itu cukup terkejut dengan hal ini. Tapi ia menyukai ketika tubuh besar Ripan memeluknya, rasanya nyaman. Seperti ia akan selalu di lindungi. Angelina menepuk bahu Ripan dengan pelan sambil tersenyum.
Ruang kelas telah sepi ketika Ripan masuk tadinya.
Reyhan mematung di depan pintu kelas Angel. Merasa tak percaya apa yang telah ia lihat. Entah ia harus merasa senang atau sedih.
Tapi ia tau rasa sakit mulai menjalani ke relung hatinya. Dadanya terasa sakit ketika melihat itu. Dunia seakan berhenti berputar, pasokan udara di sekelilingnya terasa mulai habis. Ia tidak kuat.
****
Halooo semua...
I am come back🎉🎉
Maaf Hiatus tanpa bilang-bilang. Gue bakal lanjutin ini cerita.Because...
Libur telah tiba yeay...🎉🎉
Libur telah tiba libur telah tiba...horee...hore...💃💃
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Sifat BadGirl ✅
Teen Fiction[End] "Angelina Carly Argan" Seorang badgirl sekaligus troublemaker yang merasa bahwa perasaan yang ia alami hanya sebuah ilusi. Perasaan yang tidak tau ujungnya dimana. Kecelakaan 3 tahun lalu membuat hampir semua memori di masa kecilnya terhapus...