Udara sore itu terasa sejuk di tambah pohon hijau dan beberapa bunga yang sengaja menghiasi taman rumah sakit, walaupun di sini bau obat-obatan masih tercium dengan jelas. Reyhan masih setia mendorong kursi roda mamanya dengan hati-hati perasaan bahagia jelas tergambar jelas di wajah tampan Reyhan. Cowok itu berhenti di salah satu kursi taman dekat air mancur.
"Hati-hati ma," ujar Reyhan membantu mamanya berpindah duduk di kursi itu.
Sebenarnya Reyhan akan menggendong dan memindahkan mamanya di kursi taman berwarna putih itu, tapi dengan keras Rose menolak niat baik Reyhan.
"Kamu nggak balik Rey? Udah sore nanti di cariin orang rumah. Kamu pasti belum makan jugakan?" ujar Rose sambil mengusap tangan Reyhan dengan sayang.
"Reyhan tadi udah makan ma, gak ada yang cariin Reyhan. Orang rumah udah tau Reyhan kesini." jelas Reyhan memandang sosok mama yang sangat dia rindukan.
"Kamu seneng banget kelihatannya. Maaf ya Rey, mama gak bisa lihat kamu dan adik kamu tumbuh. Maaf ya Rey mama nggak bisa beri kasih sayang sama kamu dan adik kamu selama ini." ucap Rose, sambil mengusap rambut hitam Reyhan dengan pelan.
Akhirnya. Akhirnya Reyhan bisa merasakan kembali usapan lembut pada rambutnya yang selalu dia rindukan selama ini. Cowok itu memejamkan mata sambil bersandar di bahu Rose.
"Mama gak salah kok jadi nggak usah minta maaf. Reyhan seneng karena mama udah sadar dan pulih sekarang, gimana Reyhan nggak seneng sekarang?" ucap cowok itu.
Rose tersenyum simpul menatap lurus, kemudian memandang langit. Dia merindukan keluarga kecilnya sekarang, Reyhan tidak menjelaskan apa yang terjadi. Tapi Rose merasakan ada yang salah saat ini. Kenapa dia tidak melihat suaminya menjenguk ke rumah sakit saat dia telah siuman dari koma.
Pertanyaan itu selalu melintas sepanjang malam menjelang tidur, kenapa Abraham tidak datang? Apakah lelaki itu sudah melupakannya dan mencari yang baru? Seperti yang dia mimpikan. Selama dirinya koma.
"Udah sore, mama balik ke kamar ya? Anginnya mulai dingin." ucap Reyhan.
"Rey." panggilnya
"Iya?" balas Reyhan khawatir.
"Papa kamu sering nggak dirumah ya?" tanya Rose kepada anaknya.
Reyhan menegang. Sebisa mungkin Reyhan kembali berwajah santai tapi Rose tidak mudah tertipu. Rose pandai membaca wajah dia tahu ada keraguan, ketakutan, dan amarah di wajah putranya.
"Iya." balasan singkat Reyhan mampu membuat sekujur tubuh Rose lemas. Pikiran negatif mulai menyerang dari segala arah, mencoba untuk meyakinkan diri meskipun dirinya sendiri tak begitu yakin.
***
Cowok dengan kaos putih dan celana hitam pendek itu berjalan mendekati kolam renang sambil membawa minuman kaleng di sebelah tangan kananya. Perlahan langkahnya mendekati gadis yang sibuk bermain dengan kucing peliharaanya.
"Tambah gimbul ya lo..." ucap gadis itu sambil mengusap kucingnya.
"Na?"
Angelina menoleh ke arah suara, disana terdapat Ripan dengan kerennya bersandar pada terpian ayunan kayu sambil memasukan sebelah tangannya di saku celananya. Rambut cowok itu masih basah sehabis mandi wajahnya terlihat lebih segar dari pada sebelumnya.
"Wah! Udah sadar lo? Bagus deh gue kira lo nggak tertolong." ceplos Angelina asal, sambil mengusap kucing yang berada di pankuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Sifat BadGirl ✅
Teen Fiction[End] "Angelina Carly Argan" Seorang badgirl sekaligus troublemaker yang merasa bahwa perasaan yang ia alami hanya sebuah ilusi. Perasaan yang tidak tau ujungnya dimana. Kecelakaan 3 tahun lalu membuat hampir semua memori di masa kecilnya terhapus...