21 : MATI LO ZEIN!

199 15 2
                                    

Jangan salahkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi. Karena sesungguhnya aku juga menggambil peran yang banyak disini.

***

Hujan lagi-lagi turun tanpa ada yang mengetahuinya. Seseorang menepi di sebelah halte yang berada setelah lampu merah pertama dari supermarket. Mau sampe juga udah hujan lagi, cih! gumam seseorang itu. Melepas helm hitam yang dikenakannya dan mengacak rambut coklat miliknya. Cowok itu melihat kearah jalan supermarket siapa tau ia melihat Nathan sehingga dia tidak sendirian disini.

Udara semakin dingin serta hujan yang semakin lebat, ia bergumam dan mengumpat sebal.

Ia melihat seseorang nekat menerobos hujan, ia berpikir seseorang macam apa itu dasar bodoh. Ia kembali pada tujuan awalnya mencari keberadaan Nathan.

Brak...

Sontak membuat kepala Ripan menoleh dengan sempurna, terjadi kecekalakaan di lampu merah. Sepertinya seseorang yang sebut bodoh tadi, perasaannya tiba-tiba tidak tenang karena samar-samar ia melihat warna motor seorang yang tergeletak disana. Ripan menembus hujan dan memastikan firasatnya tidak benar. Menerobos masuk diantara orang-orang yang mengerubung.

Korban masih tertutup helm, sopir mobil box mulai khawatir dengan korban. Semua orang membawa korban ke pinggir jalan dan menelepon ambulance.

Salah satu bapak-bapak disana membuka helm hitam yang digunakan pengendara itu, "Nathan!"

Ripan menyisihkan bapak-bapak tadi, semua orang melihat kejadian itu. Ripan tidak tau apa yang akan dia katakan pada Angelnya nanti. "Ambulance! Panggil ambulance! Cepat...!"

Ia menaruh kepala Nathan di pahanya, mata Nathan terbuka sedikit dan menelusuri sekitar. "Lo nggak usah omong, diem aja." gertak Ripan melihat Nathan yang akan berbicara.

Cairan merah itu keluar dari hidung dan juga pelipisnya. Oh ya Tuhan bagaimana jika Mama Mona tahu. Ripan semakin panik ketika suara ambulance datang, ia membantu menggendong Nathan  masuk kedalam.

***

Suara deringan telepon rumah membuat suasana rumah besar itu gaduh, salah satu pembantu yang berada di dekatnya mengangkat telepon itu. Terdengar suara cowok dari sana, ternyata Ripan.

"Dimana Angel?"

"Dia berada di kamar den, aden mau saya panggilkan non Angel?" ucap pembantu itu.

"Tidak usah, saya akan kesana. Tenangkan Angelina ketika dia panik!" terdengar seperti perintah, memang ada apa? Bahkan putri tuannya terdengar tenang di kamar.

Angelina terbangun dari tidurnya. Sekitar sejam lalu ternyata ia tertidur setelah menangis. Segera ia mengambil ponselnya apakah ada kabar dari kakaknya, ternyata masih kosong. Tidak ada notif dari Nathan.

Drrrt...drrrt...

"Halo? Kak?" Hening tidak ada jawaban.

"Masing ngira aku ini kakak kamu sayang?" suara dari seberang sana. Angel mengepalkan tangannya kaut sehingga kukunya memutih.

"Dimana kakak gue? Lo apain dia? Awas kalo lo berani nyetuh Kak Nathan, gue yang akan bunuh lo!" geram Angel. Wajahnya memerah nafasnya memburu, namun hanya di anggap cicaun burung dari seseorang di seberang.

"Akukan udah pernah bilang sama kamu..." balas Zein.

"Brengsek. ZEIN KALO GUE BERSUMPAH KALO ADA APA-APA SAMA KAKAK GUE, GUE SENDIRI YANG BAKAL BUNUH LO!" teriak Angel.

"Uhhh takut sayang..."

Klik...

Sambungan terputus menyisakan sosok Angel dengan kemarahan yang berada di ubun-ubun, ia berteriak. Melemparkan selimut, bantal bahkan foto di dekatnya. Pembantu yang di beri tugas Reyhan berlari ke kamar Angel, mencoba menenagkan Angel. Nyatanya ia tak cukup kuat menenangkan Angel.

"Bajingan! Gue gak akan tinggal diam." rambutnya sudah acak-acakan. Ia harus menelpon Ripan, harus.

Tiba-tiba ponselnya berdering saat ia ingin mencari nomor Ripan, "Panjang umur ini anak."

Sementara pembantu itu masih was-was melihan anak majikannya, matanya yang sembab, hidung yang merah, serta rambut yang berantakan membuat pembantu itu semakin khawatir.

"Lo dimana? Kakak gue dalam bahaya, lo harus cari dia Ripan! Harus!"

"Gue udah ketemu sama dia." balasnya dengan suara parau, membuat Angel bertanya-tanya apa yang terjadi. Jantungnya berdetak dengan cepat mendadak kepalanya pusing, ulu hatinya merasa sakit. Ia bahkan sudah memikirkan hal macam-macam.

Hingga darah mengalir dari hidungnya, pandangannya sedikit memburam. Hingga akhrinya ia jatuh pingsan, yang ia tahu ada dua orang yang berlari ke arahnya.

***

Jangan lupa vote ya?
Coment juga bolehlah...

Dibalik Sifat BadGirl ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang