Jangan lupa vote dan comentnya ya..
Terima kasih juga sudah mau sampai chapter ini. Dari pada banyak bacot. Mending langsung baca. Cusss...
***
Argan telah sampai di salah satu bandara kota Bandung, lelaki itu berjalan sambil menggenggam tangan Mona. Di ikuti beberapa pengawal yang menjaga mereka, hal itu jelas menarik perhatian orang disana. Kemudian beberapa meter dari mereka, Nathan dan Raisa berjalan ke lain arah, tanpa pengawal dan tanpa sepengetahuan keluarga mereka.
Nathan dan Raisa berlari di sepanjang lobi, hingga masuk ke dalam sebuah taxi.
"Ke Villa Bouge! Segera!" perintah Nathan.
Supir taxi yang berada di tempat pengemudi mengerutkan dahi sambil melihat kaca tengah, "Maaf akang, Villa Bouge teh dimana? Urang tidak pernah dengar."
Raisa mengelus bahu Nathan, "Villa itu tersembunyi di maps biasa jelas nggak ada, pak ke arah ini, tolong antar segera!"
Raisa mengulurkan ponsel yang jelas menunjukan arah dimana tempat itu berada. Sopir taxi itu menggaruk dahinya bingung, tapi kemudian ia mengantarkan keduanya sampai ke tempat.
"Na, tunggu sebentar lagi. Kakak akan kesana nyelametin kamu." batin Nathan tak tenang sambil menyatukan kedua tangannya.
***
Jarum jam itu terus berdetik, membuat waktu berjalan dengan begitu lambat jika di awasi terus menerus. Reyhan berdiam diri di kamarnya menatap langit-langit, kemudian kembali melihat jam dinding berwarna hitam. Pukul 8 pagi seharusnya ia sudah berada sekolah bahkan mengikuti pelajaran pertama.
Tapi seperti yang terlihat ia merebahkan diri dengan pakaian yang ia gunakan saat tidur tadi malam,
Ceklek...
Reyhan menoleh ke arah pintu kamarnya yang sedikit terbuka, bibi Marin memasuki ruangan Reyhan dengan hati-hati.
"Ada apa bi?"
"Waktunya sekolah, den."
"Hemm, siapkan sarapan. Oh ya! Mama dimana?" tanya Reyhan sambil berjalan ke arah lemari.
"Nyonya Rose sedang...sedang di dapur." balas Bibi Marin takut.
Reyhan hanya mengangguk sebagai balasan, kemudian ia berjalan ke arah kamar mandi.
"Tuan akan datang..." ucap bibi Marin lirih.
Reyhan membeku, tangannya berhenti meraih knop pintu. Masih mendengarkan kelanjutan apa yang akan di ucapkan.
"Dengan nona...dan juga..." Reyhan mengepal kuat, ia berbalik menghadap Bibi Marin.
"Wanitan jalang itu," tebak Reyhan sambil berdesis di akhir.
Bibi Marin hanya bisa memejamkan mata, merasa kasihan dengan tuan muda mereka, keluarga yang dulu penuh dengan kehangatan serta merdunya suara tawa menggema dari dalam rumah telah hilang sudah. Berakhir dengan keheningan dan jalan masing-masing. Waktu memang punya cerita yang tak terduga di setiap detiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Sifat BadGirl ✅
Teen Fiction[End] "Angelina Carly Argan" Seorang badgirl sekaligus troublemaker yang merasa bahwa perasaan yang ia alami hanya sebuah ilusi. Perasaan yang tidak tau ujungnya dimana. Kecelakaan 3 tahun lalu membuat hampir semua memori di masa kecilnya terhapus...