AFRAID (2)

113 8 0
                                    

Setelah kejadian Zein melepaskan ikatan pada tangan Angelina, cowok itu kembali mengikatnya di depan. Angelina hanya pasrah menerima segala perlakuan Zein, andai saja dirinya tidak sedang dalam keadaan sakit, sudah Angelina pastikan kedua tangan dan kaki Zein akan patah olehnya.

Tapi nyatanya keadaannya tidak demikian, toh! Mau bagaimana lagi, gadis itu hanya bisa berdoa keluarganya serega menemukan dimana ia berada.

Angelina tersadar, kemudian mencari handphonenya.

"Sedang mencari apa honey?"

Rasanya Angelina ingin mutah mendengar semua kata manis yang keluar dari mulut mantanya itu. Dulu dia memang sangat tergila-gila dengan cowok itu, tapi sekarang memandangnya saja tidak sudi.

"Handphone gue,"

"Aman di aku." ujar Zein sambil merogoh saku celananya.

"Masih ada dayanya?"

"Iya, kenapa? Ingin meminta bantuan? Jangan harap!" ucap Zein sambil mencengkeram pipi Angelina dengan ekspresi tak bersahabat.

"Jangan harap orang lain bisa nemuin kamu honey, kamu hanya aman denganku." ujar Zein sambil memajukan wajahnya.

"Cuih! Lo bilang gue aman? Gak! Sama sekali gue nggak aman kalo ada lo!?" pekik Angelina.

Plak...

Angelina memandang tak percaya ke arah Zein, tamparan keras itu membuat pipinya berkedut kesakitan.

"Maaf honey!" ujar Zein mendekati Angelina sambil memeluknya.

"LEPASIN! GUE BILANG LEPASIN! GUE BENCI SAMA LO!"

"Iya aku juga cinta sama kamu. Sekarang kita tidur ya," ucap Zein sambil menggendong Angelina.

"NGGAK! LEPASIN GUE BANGSAT! DASAR GILA!"

zein seakan menutup telinganya rapat, dengan santai ia menggendong Angelina. Gadis itu meronta-ronta di gendongan Zein, membuat cowok itu menatapnya tajam.

"Susah banget diam sih? Udah gak sabar ya?" ucap Zein.

Jika bisa Angelina mencakar wajah orang dihadapannya sekarang juga, sudah pasti wajah itu tak berbentuk sekarang.

"Nah diem ginikan cantik." Zein melanjutkan menggendong Angelina, membawanya kesebuah ruangan.

***

Di bawah sinar bulan purnama yang begitu terang, juga bintang yang berkelip. Ripan terduduk lesu di pinggiran trotoar dengan di temani deru motor yang berlalu lalang. Cowok itu menatap sendu layar pipih itu dengan harap ia menemukan jawaban keberadaan Angelina saat ini.

"Kamu dimana Na?" ujarnya parau.

Ripan menyatukan kedua tangannya dengan handphone berada di tengah, di luruskan tangan itu sambil merunduk dalam. Cowok itu berdoa pada Tuhan, setidaknya memberinya sedikit petunjuk keberadaan Angelinanya.

"Mas bisa bantu nggak?"

Ripan menoleh ke sumber suara, lampu jalang yang remang-remang membuatnya harus menyipitkan mata agar melihat dengan jelas wajah orang yang meminta bantuan itu.

"Kak Ripan?" tanyanya dengan nada kaget.

Tere merasa bersyukur bukan main, akhirnya ia bisa menemukan bala bantuan. Gadis itu merengut dengan kerutan di dahinya, karena tidak kunjung mendapatkan balasan dari pemilik nama. Akhirnya ia mendudukkan pantatnya di tepian jalan bersama Ripan.

Dibalik Sifat BadGirl ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang