Berpura-pura bahagia itu butuh tenaga.
Jika kalian tak mampu menyerahlah, pertanda kalian tak cukup hebat mengelabuhi mata. Akan percuma. Mereka hanya merasa iba. Dan itu membuatmu semakin terluka.
***
KORIDOR sekolah terlihat ramai dengan murid yang berlalu lalang kesana kemari, lima belas menit lagi jam pelajaran akan dimulai banyak murid yang masih melanjutkan makan dengan tenang di kantin. Suara sendok, garpu dan piring yang beradu terdengar nyaring. Meskipun kantin tempat yang luas setelah aula suara berisik dari para siswi masih saja tetap terdengar menciptakan suasa gaduh padahal sudah tertulis jelas dalam baner yang berada di dekat pintu keluar maupun masuk.
Vino berjalan dengan Ripan di sampingnya membawa sebuah nampan semangkuk soto dan juga jus buah. Hari ini cuaca begitu cerah, hingga rasanya kecerahan matahari saat ini terbiaskan di wajah Ripan.
Sejak hampir tiga minggu tidak sekolah Ripan hadir dengan wajah cerahnya, seperti Ripan yang dulu Vino kenal. Sosok Ripan yang playboy? Vino tau betul kepribadian Ripan karena pada dasarnya mereka tumbuh bersama sejak sekolah dasar.
"Tumben cerah banget hari ini?" ujar Vino dengan kekehan di akhir kata, mereka duduk di meja katin bagian pojok.
"Biasa aja tuh. Seperti biasanya muka gue emang selalu cerah." ucap Ripan sambil menyedot minumannya.
Vino cukup curiga dengan perubahan sikap Ripan, yang Vino tau Ripan menyukai Angel lebih dari segalanya. Yang Vino tau Ripan tidak akan melewatkan pulang bersama dengan Angel. Yang Vino tau Ripan akan selalu bersama Angel, akan melindungi adik Nathan.
Tapi yang dia lihat sekarang berbeda. Ripan seperti tidak mengenali Angelina sama sekali, lebih tepatnya tidak menganggap Angelina ada. Dia juga menjauhi Reyhan, dan bersikap biasa saja ke Nathan.
"Ngelamun lagi nih anak! Gue tinggal nih! Makanan gue udah habis. Mau balik ke kelas, Ikut enggak lo?" teriak Ripan mejauhi kursi Vino.
Cowok itu hanya cengo memandang kepergian Ripan yang sudah menjauh disana.
"Gue rasa Ripan nelen mesin penggiling di mulutnya. Cepet gitu makannya." ucap Vino asal.
***
Angelina duduk disebuah kursi taman dengan wajah di tekut, menggengam handphone di tangan melirik sekali kemudian meletakannya di sebelah. Bersedekap sambil memainkan jari-jarinya pertanda dia mulai bosan.
Sudah lima belas menit dia duduk disini tapi tidak ada tanda-tanda ke datangan manusia bar-bar -Reyhan. Gadis itu mulai mengumpat, segala makian keluar.
"Goblok banget gue. Kenapa juga harus nurutin itu orang, tau gini gue ke rooftop sama yang lain." ucapnya kesal sambil menghentakkan kaki gadis itu pergi meninggalkan kursi taman itu.
Sepanjang koridor mulai memperhatikan Angel yang sedang melintas, entah itu pujian makian dan segalanya Angelina mendengarnya hampir setiap hari. Untuk kali ini dia sedang berbaik hati jadi biarkan saja.
"Bang Vino!" teriak Angelina ketika melihat Vino muncul dari koridor sebelahnya.
"Eh dek Angel..., sendirian aja yang lain mana? Temen lo yang kurang kemana?"
"Yang kurang siapa?"
"Si siapa tuh namanya. Lupa gue. Ada lah ceweknya urakan itu loh." ucap Vino sambil mengingat kembali namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Sifat BadGirl ✅
Teen Fiction[End] "Angelina Carly Argan" Seorang badgirl sekaligus troublemaker yang merasa bahwa perasaan yang ia alami hanya sebuah ilusi. Perasaan yang tidak tau ujungnya dimana. Kecelakaan 3 tahun lalu membuat hampir semua memori di masa kecilnya terhapus...