Cuaca memang tidak menentu beberapa hari ini. Kadang panas kadang juga dingin kadang hujan kadang berangin. Mungkin alam sedang galau sehingga cuaca di bumi tidak menentu. Hari ini, upacara bendera harus dibubarkan pada pertengahan, karena hujan turun begitu deras. Membuat semua murid berlarian menepi mencari tempat yang meneduh. Raisa mencari kemana sosok teman-temannya, sepertinya mereka terpencar. Matanya terus menyusuri orang-orang di sekelilingnya.
Kok gue ditinggalin sih. Gerutunya dalam hati, terpaksa ia harus kembali ke dalam kelas sendiri.
Seseorang menyentuh bahunya, Raisa menoleh menatap orang yang menepuk bahunya tadi. Menghela napas lega karena itu bukan orang jahat.
"Sendirian aja neng." gurau orang itu sambil terkekeh.
"Lu juga sendiri aja kak, pake ngatain orang."
"Eh lu berani jawab juga ya."
"Ya harus dong."
"Ye muka aja polos, kelakuan tetep bang-" dumel cowok itu.
"Kak Vino mending lu pergi aja deh, gak tau apa gue lagi tersesat di tengah ratusan manusia!"
Vino hanya menutar bola matanya, ternyata sosok di depannya ini cukup cerewet juga ya. Ia pikir Raisa orang yang kalem. Tapi nge gas juga kalo ngomong, salah menilai orang nih gue. Raisa pergi meninggalkan Vino sendirian.
"Berasa jadi jomblo gue." ujarnya
***
Ripan sedang makan bersama yang lainnya termasuk Nathan dan juga Reyhan. Tapi cowok bermata sipit itu merasa ada yang berbeda dari dirinya. Dengan malas ia memakan bakso di hadapannya.
Reyhan menyikut tangan Nathan, "Kenapa sodara lu?"
"Ya mana gue tau, emang gue emaknya." jawab Reyhan asal.
Percuma saja Reyhan bertanya dengan Nathan saat makan, manusia yang satu itu tak akan pernah mau hidupnya diganggu.
"Pan? Are you okey?" tanya Reyhan karena melihat Ripan yang sedikit pucat. Tidak seperti biasanya, walaupun ia tau temannya yang satu itu jarang tersenyum.
"Oke."
"Lu gak ada niatan balik lagi jadi playboy?"
Uhukk...
Nathan menyemburkan minumannya karena kaget, menoleh kasar ke arah Reyhan dan Ripan.
"Kenapa?" tanya Reyhan.
Sementara Ripan memijat pangkat hidungnya, merasa pening menyerangnya saat itu. Cowok itu tak memikirkan perkataan Reyhan.
"Maksudnya dia playboy? Gonta-ganti pacar gitu? Dia? Si Ripan?" Nathan menunjuk Ripan. Menganga tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.
"Ya dia. Siapa lagi?"
"Astaga! Kalo aja Mama Mona tau habis lo Pan. Wah..., gak nyangka gue ternyata sepupu gue ini bakat juga jadi playboy. Gue kira tampang-tampang kayak dia gini gak bakal mainin hati cewek. Dulu aja ngomongnya sok bijak. Gue inget—"
Ripan memutuskan pergi dari sana, biarlah makanannya masih banyak. Tanpa sepatah kata pun cowok itu menghilang dari hadapan keduanya.
"Kenapa? Gue salah ngomong?"
"Iya kali."
***
Angel berjalan santai sambil memakan permen karet, rambut coklatnya ia gerai dengan indah. Dengan hodie soft pink ia terlihat sangat cantik. Matanya menyipit melihat seseorang yang ia kenal.
"Ripan!! Hey..." teriak gadis itu sambil melambaikan tangannya ke atas.
Terlihat Ripan tersenyum ke arahnya. Tapi perlahan pandangan Ripan mengabur dan menjadi gelap. Sontak membuat Angel kaget bukan main.
Gadis itu berlari menghampiri Ripan yang tergeletak di lantai dingin itu. Ia mencoba membangunkan Ripan tapi usahanya sia-sia. Koridor terlihat sepi saat itu.
Menompangkan kepalanya Ripan pada pahanya. "Ripan..., bangun. Lo kenapa sih jangan main-main deh. Pan, lo gak matikan?"
"Astaga gue ngomong apaan sih? Ini mulut kalo ngomong..." Angel memukul mulutnya.
Mencoba mengecek denyut nadi Ripan di tangan dan leher.
"Kenapa lemah banget?"
"RIPAN. RIPAN BANGUN. PAN PLEASE DEH JANGAN MAIN-MAIN. Ripan..., tolong~"
"Sial. Kenapa gak ada yang lewat sini sih."
***
"Tumben nih anak telpon gue." ucap Nathan.
"Siapa tan?" tanya Reyhan
Mereka sedang dalam perjalanan kembali ke kelas, Reyhan memandang wajah Nathan yang nampak serius.
"Kak...Ripan...hiks. Kak kesini buruan."
"Kenapa dimana?"
"Kak...tolong Ripan."
"Oke kakak kesana."
Nathan berlari layaknya kilat, membuat Reyhan bingung dan hanya mengikutinya saja dari belakang. Karena cowok itu tidak tau hal apa dan siapa yang meneleponnya tadi. Ia juga tidak tau jika hatinya lagi-lagi akan sakit.
***
Angel menggenggam tangan Ripan yang begitu dingin. Berdoa pada Tuhan semoga semuanya baik-baik saja. Perlahan air matanya jatuh tanpa bisa ia cegah. Reyhan yang melihatnya berpikir, jika dia yang berada pada posisi itu akankah semuanya sama saja?
"Ripan bertahan..., hiks."
"Tenang Na, Ripan gak bakalan kenapa-kenapa."
"Kak..."Angel memeluk kakaknya dengan erat kemudian menangis sesenggukkan.
Secemas itu lo sama keadaan Ripan? Gimana kalo gue yang ada disana. Apa lo bakal kayak gini? Seperti yang gue lihat ini. Gue gak bisa lihat lo nangis karena cowok lain. Walaupun dia Ripan bahkan kakak lo sekalipun. Gue sakit lihat lo nangis gini Na. Reyhan memutuskan untuk pergi perlahan dari kedua adik kakak itu meninggalkan rumah sakit itu.
Karena nyatanya hati cowok itu tidak mampu, cukup sudah ia dilupakan oleh gadis yang selama ini ia tunggu. Tak pernah dianggap ada keberadaannya oleh gadis itu. Harus dengan cara apa lagi ia bisa bertahan. Karena hati seseorang juga bisa lelah dan sakit.
.
.
.
..
.
..
.
.Mohon maap pendek, bingung mendadak imajinasi terhalang. Next chapter bakal panjang kok...
Don't forget tap star!!!
In here
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Sifat BadGirl ✅
Teen Fiction[End] "Angelina Carly Argan" Seorang badgirl sekaligus troublemaker yang merasa bahwa perasaan yang ia alami hanya sebuah ilusi. Perasaan yang tidak tau ujungnya dimana. Kecelakaan 3 tahun lalu membuat hampir semua memori di masa kecilnya terhapus...