Enam

6.9K 1.1K 20
                                    

"Ndaaaa gua balik duluan ya! KAK LUCAS AWAS YA LO JANGAN NGERDUSIN TEMEN GUA! Byeeee!"

Doy bergegas memakai helm warna hijau dan naik ke boncengan motor ojek online yang ia pesan. Meninggalkan Lucas dan Dinda di halte sekolah.

Lucas kini menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. Bukan apa-apa, ia malu dengan teriakan Doy barusan yang membuat beberapa orang di sekitar halte melihat ke arahnya.

Dinda hanya diam saja dengan kelakuan sahabat nya barusan, sudah khatam mendengar teriakan Doy.

"Sabar sabar aja kak kalo sama Doy. Emang demen teriak gitu, kayanya dulu Mama nya ngidam toa masjid dah." ujar Dinda yang memancing tawa Lucas.

"Kak Lucas nggak pulang? Udah sore ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Lucas nggak pulang? Udah sore ini."

"Gua nunggu lo balik dulu baru pulang." jawab Lucas sambil membenarkan rambut nya yang mulai panjang.

"Ih nggak usah ditungguin lah macem anak kecil! Udah biasa nunggu sendirian gua nya."

Lucas menggeleng tanda tidak setuju.

"Nggak usah protes elah, bersyukur kek ada temennya gini."

Dinda hanya menggidikkan bahu lalu lanjut mengetik sesuatu di ponsel nya.

"Emang kudu abang lo yang jemput, ya? Nggak boleh orang lain?" tanya Lucas dengan nada hati-hati.

"Udah kaya gitu dari SMP, kak. Kalo nggak abang yang jemput ya suruhan nya abang. Entah temen atau siapa gitu. Kalo Ayah nggak kerja ya kadang Ayah yang jemput."

"Kenapa gitu? Emang lo nggak boleh bawa kendaraan sendiri?"

Dinda menggeleng sambil tersenyum tipis.

"Sejak Bunda meninggal karena kecelakaan beruntun 4 tahun lalu, Ayah sama abang ngelarang gua bawa kendaraan sendiri. Nggak apa-apa lah nurut mereka. Toh, ada baiknya juga buat gua."

Penjelasan Dinda membuat Lucas menjadi mellow. Dia tidak pernah tahu kalau gadis di sebelahnya ini sudah kehilangan seseorang yang begitu berharga.

"Maaf ya, Nda. Gua nggak tahu." ujar Lucas yang dijawab anggukan oleh Dinda.

"Santai lah, kak." jawabnya.

Sejak kejadian Lucas membuat benjol kepala Dinda, ia sering menemani Dinda menunggu jemputan dan juga makan siang bareng Doy dan Winwin di pujasera sekolah. Kadang Kent, teman sebangku Lucas, ikut nimbrung rombongan ini saat makan siang.

"Dinda!"

Mobil yang sangat familiar bagi Dinda berhenti tepat di depan tempat duduknya dan Lucas. Sosok Jeff dengan hoodie warna putih berada di balik kemudi.

"Kak, gua balik ya! Makasih udah mau nemenin."

"Itu abang lo?"

"Bukan, itu Bang Jeff. Temennya Bang Jun. Gih cepet balik keburu kemaleman sampe rumah!" usir Dinda sambil mendorong tubuh besar Lucas untuk menjauh.

"Yaudah iya gua pulang. Hati-hati di jalan, ya. Ntar kalo sampe rumah kabarin." tangan Lucas sudah menepuk puncak kepala Dinda dengan pelan.

"Bye, kak!" pamit Dinda sambil membuka pintu mobil Jeff.

Kendaraan roda empat berwarna perak itu melaju bersatu dengan deretan kendaraan bermotor lainnya.

"Tadi siapa, Dinda?" tanya Jeff sambil melirik gadis di sampingnya.

"Kakak kelas, namanya Lucas. Kenapa, bang?"

"Hmmm nggak apa-apa. Eh, tolong temenin abang ke mall, ya. Abang udah izin Bang Jun tadi."

"Mau ngapain ke mall?"

"Tolong bantu cari kado buat pacar abang. Hehe."

Dinda tersenyum kecut mendengar jawaban Jeff barusan. Mending dia pulang bareng Jun atau Johnny daripada disuruh cari kado.

"Mau kan, Nda?" tanya Jeff setelah tidak mendapat jawaban dari Dinda.

"Ya udah di jalan gini mau nolak juga gimana sih, bang." jawabnya sambil membuka ponsel yang sedari tadi berada di saku kemeja nya.

"Hehe. Makasih Adindaaaa!" ujar Jeff seraya mencubit pipi yang kemerahan itu.

Dinda mau ambyar nggak jadi. Udah terlanjur bete disuruh ikut nyari kado pacar gebetan sendiri.

 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bang JeffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang