Dari: Adinda.
Aku masih ingat siapa yang menendang bola tepat mengenai muka ku di jam 10.54, di lorong samping lapangan, sampai ada benjolan warna keunguan di dahi.
Lucas Danindira.
Siswa pindahan dari Samarinda di kelas IPS 1, memakai sweater warna neon saat itu dengan muka panik nya ke UKS dan harus kena omel Doy selama satu jam penuh tanpa jeda.
Manusia super bawel dan berisik yang pernah aku kenal selain si kembar kalau lagi main game, tinggi nya hampir serupa dengan Bang Johnny dan selalu bikin aku mirip kurcaci kalau berdiri di sampingnya.
Aku nggak inget dari kapan kita mendadak dekat, kaya tiba-tiba aja kamu selalu nemenin aku nunggu jemputan di halte sekolah atau di depan ruang kepala sekolah kalau mendadak hujan. Berada di satu meja yang sama tiap istirahat makan siang sambil ngobrol apapun, mulai dari rasa bumbu pecel Pak Agung yang suka berubah-ubah dan kata kamu itu karena Bu Agung lagi ngambek sama suami nya sampai ngebahas serial webtoon yang kata kamu lucu tapi buat aku biasa aja.
Maafin aku yang nggak pernah peka kalau kamu sudah menaruh rasa lebih dari sekedar teman atau lebih dari hubungan kakak kelas dengan adik kelasnya kalau bukan karena ceramah panjang lebar dari Doy. Bertahun-tahun terbiasa mencintai orang lain tanpa tahu apa rasanya dicintai dan tiba-tiba tahu kamu suka aku, rasanya aneh.
Nggak.
Bukan aneh dalam konteks negatif. Hmmm, gimana cara jelasin nya ya... Pokoknya aneh.
Aku nggak pernah paham apa alasan kamu bisa suka sama aku. Bahkan Doy jauh lebih cantik dari aku, atau mungkin Kak Ghya yang notabene menyandang titel siswi tercantik di sekolah bisa aja kamu jadikan gebetan. Nggak ada jawaban yang bener dari kamu tiap aku tanya alasan nya.
Aku kira Bang Johnny dan Bang Jun adalah kakak terhebat di muka bumi ini tanpa ada saingan, ternyata sekarang ada Lucas Danindira yang nggak kalah hebat buat Ale.
Tiap orang pasti mengira kamu nggak pernah bisa serius dan membuat semuanya jadi bahan candaan. Tapi aku nggak lihat itu waktu Ale terlambat pulang lima jam dari jam pulang sekolah dan ponsel nya sama sekali nggak bisa dihubungi. Kamu nunggu dia di depan pagar sampai sosok Ale turun dari ojek online dan bilang kalau dia keasyikan main di rumah temen dan lupa bilang ke kakaknya.
Kamu nggak marah.
Justru bawain tas Ale dan nyuruh dia cepetan masuk buat mandi dan makan, setelah itu baru jelasin apa salah Ale dan buat dia ngerti kalau kasih kabar ke orang rumah saat ada keperluan mendadak itu perlu.
Atau waktu Ale mengeluh nggak enak badan karena padatnya jadwal sekolah dengan tugas menggunung; Lucas Danindira rela membolos demi nemenin Ale yang sendirian di rumah karena Mami dan Papi yang sama-sama kerja. Karena kamu nggak mau Ale kesepian padahal lagi sakit dan butuh perhatian.
Your figure may be look like a Titan, sounds like 30's, and have a big hands that can covered up my whole face with it.
Tapi nggak ada yang tahu kalau Kak Lucas bisa nangis waktu karakter anime favorit nya mati di medan perang, ikutan sedih waktu aku nonton drama korea, atau bisa mendadak mellow waktu lihat ibu-ibu pengemis yang nggak sengaja lewat di depan mobil pas lampu merah.
Lucas Danindira yang kelihatan macho dan garang ternyata masih suka minum susu cokelat hangat sebelum tidur, paling nggak bisa kalau lampu kamar mati karena takut ada yang keluar dari lemari baju, nggak bisa tidur kalau nggak ada guling atau suka ngantuk tiap dahi nya dielus-elus.