Jeff emang terniat kalau minta tolong ke orang lain. Tas ransel Dinda yang warna kuning pucat sudah disandang Jeff di punggungnya. Saat ditanya,
"Kasihan Dinda kalo jalan-jalan bawa tas isi buku gini. Abang bawain aja, ya."
Belum lagi sogokan caramel milk tea dengan takaran gula 50% dan ekstra golden bubble kesukaan Dinda begitu mereka sampai di mall. Biar Dinda nggak rewel kehausan pas nyariin kado pacarnya Jeff. Bangsat emang.
Waktu ditanya barang kesukaan Clarissa, Jeff dengan cepat menjawab make up dan parfum. Ia hafal dengan kebiasaan kekasih nya yang selalu membawa satu kantong penuh yang berisi beragam alat make up yang dia nggak ngerti kegunaan dan cara pakainya gimana. Jeff juga tahu kalau Clarissa demen koleksi parfum karena cewek itu sendiri yang cerita. Jadi sasaran utama kali ini Sephora yang menjual beragam jenis make up.
"Kalo warna ini abang suka nggak?" tanya Dinda sambil memperlihatkan lip matte warna merah marun keluaran terbaru salah satu produk.
"Cari yang warna nude aja, Nda. Dia nggak pernah pake warna yang ini." jelas Jeff.
Dinda kembali melihat-lihat deretan lip matte untuk menemukan warna terbaik. Dia jadi ngiler sendiri, pengen beli juga. Tapi apadaya uang bulanan yang sudah menipis dan segan minta transfer Ayah atau abang sulungnya.
"Ini?" tanya Dinda sambil menunjuk satu lip matte dengan warna nude
"Ah, iya! Ini bagus!" mata Jeff berbinar-binar setelah mendapat warna yang pas untuk Clarissa.
Beberapa langkah sebelum menuju kasir, Jeff akhirnya memutuskan untuk membeli satu set lip matte yang baru saja diambil Dinda plus satu set brush dari merk ternama yang Dinda tahu harganya sanggup buat uang jajannya selama 3 bulan ke depan.
Setelah membayar di kasir, mereka beralih ke toko parfum yang berada dua lantai dari Sephora.
Beberapa pasang mata memandang Jeff dengan keheranan. Jelas lah, dandanan nya yang sudah anak gaul banget kelihatan mencolok dengan tas ransel khas anak SMA di punggung nya. Warnanya memang tidak terlalu kentara, tapi cukup menarik perhatian. Dinda merasa bersalah dan risih sendiri akhirnya menarik paksa tas ransel itu dari Jeff.
"Kenapa, Nda? Nggak apa-apa abang bawain aja."
"Nggak usah, bang. Dinda risih kita diliatin orang-orang gegara abang bawa ini tas. Udah tenang aja, nggak berat." jelas Dinda dengan wajah jutek.
Jeff akhirnya setuju dan membiarkan gadis itu membawa ranselnya.
Setelah 15 menit bingung mau milih yang mana, akhirnya pilihan Jeff jatuh pada Opium milik Yves Saint Laurent. Dinda sudah mengelus dadanya dengan prihatin, ini Jeffrian dengan mudahnya mengeluarkan nominal rupiah sedemikian banyak hanya untuk menyenangkan seorang gadis. Beruntung lah kau, Clarissa.
Dan sekarang mereka sudah berada di restoran masakan Jepang favorit Jeff. Lumayan bikin laper setelah muter-muter mall hampir 2 jam lamanya.
"Gimana sekolah, Dinda? Udah mulai ulangan?" tanya Jeff sambil membersihkan tangannya dengan handuk dingin.
"Belum, bang. Masih dua minggu lagi." jawab Dinda yang juga melakukan hal yang sama.