Mobil SUV milik Lucas cuma diisi beberapa manusia tapi rasanya penuh banget karena si empunya mobil, Median dan Andaru yang asyik karaoke lagu-lagu lawas mulai dari Padi, Jikustik, Westlife sampai Caca Handika sekalipun.
"Ini playlist Kak Lucas gua curiga ada lagunya Lesti D'Academy lah anjir" kata Andaru.
"Ya kaga ada lah! Ngaco!"
"Lagian lu simpen lagu Caca Handika faedah nya apa sih sat" balas Winwin.
Lucas cuma tertawa dengan pandangan tetap tertuju pada jalanan di depannya. Di jok samping, Dinda berusaha memejamkan matanya yang bengkak karena semalaman tidak tidur.
Mobil akhirnya berhenti saat mereka sampai di rumah Prakasita dengan mobil milik Jun, Jeff, Johnny, Ayah Januar dan Saka sudah lebih dulu tiba.
"Yo turun yo barangnya jangan lupa pada diambilin" seru Lucas saat para penumpang nya mulai turun.
Suara gaduh mengiringi kegiatan ambil barang di bagasi mobil hingga mereka masuk ke dalam rumah satu persatu.
"Cantik, kita udah sampe nih. Nggak mau turun?" tanya Lucas ke Dinda.
Dari mereka selesai main di Jatim Park sampai sekarang, gadis di sampingnya hampir tidak pernah bicara. Paling cuma bilang ke Lucas kalo mobil depan mau berhenti di pom bensin setelah Aldo kirim chat ke dia atau bilang ke Median arti kata-kata Jawa yang sedari tadi dilontarkan Lucas karena sepupunya satu itu kelamaan tinggal di Singapura sampai lupa bahasa sendiri.
"Kak, nanti mau langsung pulang?"
"Hmmm mau nya gitu kalo Ale kecapean. Daripada dia nanti rewel malah nyusahin kamu sama yang lain"
Dinda menjeda dirinya untuk melanjutkan kalimat yang sudah ada di ujung lidah nya. Dari semalam ia mencoba melihat hubungan keduanya dari sudut pandang Lucas. Apa benar pemuda di depannya ini pergi karena alasan pendidikan atau yang lain?
Apa Lucas merasa kehilangan sama sepertinya?
Sebenarnya ia ingin menahan Lucas lebih lama di sampingnya. Nggak peduli kalau pemuda itu harus sampai menginap sekalipun karena toh teman-teman Juniya juga masih menginap di rumah sampai besok.
Karena nanti setelah Lucas Danindira pulang dari sini, Dinda tahu kalau semua nggak akan pernah sama.
Mau bagaimana pun Lucas bilang nggak akan ada yang berubah dari mereka setelah ini, fakta kalau pemuda itu mengibarkan bendera putih tanda menyerah, maka Dinda hanya bisa menyesali segala keputusan yang ia buat.
Semalam.
Semalam harusnya ia yang bicara duluan, bukan Lucas. Harusnya Dinda yang mengutarakan perasaan nya, bukan Lucas dengan perpisahan nya. Harusnya mereka tetap sama, bukan terpisah kembali menjadi dua objek yang berbeda.
Yang paling sakit dari semua ini adalah Dinda dan Lucas yang sama-sama merasa terluka dan kehilangan bahkan ketika belum memulai apapun.
"Kayanya aku telat ngomong ini, tapi terima kasih buat semuanya ya, kak. Aku nggak bisa sebut satu-satu kebaikan kakak selama ini ke aku. Pokoknya makasih udah jadi yang spesial" jelas Dinda.
Lucas tersenyum, "Sama-sama ya, Nda. Makasih juga pernah jadi yang istimewa. Macem martabak telor bonus telor bebek nya dua. Gurih"
Keduanya hanya tertawa samar dan memutuskan turun dari mobil ketika Jeffrian sudah hendak menuju mobil nya.
"Woy bang, mo kemana?" tanya Lucas.
"Jemput pacar. Duluan ya" pamit Jeff.
Lucas melirik Dinda sekilas yang hanya memasang wajah datar sedari tadi lalu mendahului nya masuk ke dalam rumah.