Dua Puluh Dua

5.9K 895 25
                                    

Lucas itu bucin and everyone knows it.

Salah satu bentuk konkret dari kebucinan seorang Lucas Danindira terlihat dari gerak-geriknya setelah tau kalo sang pujaan absen masuk sekolah gegara sakit.

Udah di kelas nggak tenang. Kent yang diem aja juga kena omelan Lucas, ngeluh kenapa jam pulang lama banget padahal baru masuk jam pelajaran keempat setelah istirahat pertama dan bolak-balik ngecek hp berharap Dinda ngechat dia.

Sampe bel pulang bunyi, buru-buru dia ke parkiran dan langsung tancep gas ke rumah Prakasita.

Doy sama Winwin juga jengukin cuma nggak bisa lama karena si empunya motor kudu pulang cepet. Mau diajak pengajian sama Bunda. Subhanallah.

"Kak liat drama Korea aja deh, ya? Pusing liat itu!" keluh Dinda sambil menunjuk layar televisi yang menayangkan acara favorit Lucas, pertandingan sepak bola.

"Iya iya boleh, nih ganti aja gapapa." ujar Lucas.

Padahal rada kesel karena pertandingan udah setengah jalan tapi bisa apa karena yang punya tv kan emang Dinda.

"Rebahan sini rebahan. Jangan duduk terus nanti pusing, sayang." ujar Lucas sambil menarik tubuh Dinda agar rebahan di dada nya.

Lucas harus berterima kasih sama Papi yang selalu rajin ngajakin dia ngegym. Nggak sia-sia lah ngabisin berjam-jam disiksa macem gitu kalo bisa bikin nyaman anak orang.

"Santai dong kak detak jantung nya!" bisik Dinda yang membuat keduanya terkekeh.

Wajah Lucas rasa-rasanya udah merah aja sekarang. Kampung bener dah baru gini aja udah deg-deg an.

"Si Jeff masih disini?" tanya Lucas sambil mengusap dahi Dinda yang masih hangat.

"Iya. Di kamar Bang Jun. Tadi pagi juga Tante Ayuni kesini nengokin."

"Heran. Jeff berasa nggak punya rumah deh kok disini mulu!"

Dinda menepuk pelan bibir tebal itu, "Sembarangan kan kalo ngomong! Ya punya lah!"

"Ya teroossss ngapain disini mulu gitu lho, yang! Kan kalo sakit tinggal pulang ke rumah, ada yang masakin ada yang merhatiin kan? Kenapa disini coba?"

Wajah pemuda itu memberengut. Bukan apa-apa, dia merasa iri dengki aja dengan kenyataan kalau Jeff bisa lebih lama bersama Dinda dibandingkan dengannya.

Apa dia ikutan numpang disini aja kali ya?

Tapi nggak mungkin. Baru setengah hari bisa langsung dijemput paksa sama Mami nya.

"Ya udah kebiasaan begini, kak. Dari kita kecil juga gini. Katanya Bang Jeff mau balik nanti malem tapi sama Ayah nggak boleh. Nunggu beneran sembuh." jelas Dinda sambil merapikan poni Lucas yang mulai panjang.

"Aku iri tau nggak sih sama Bang Jeff, yang." lirih Lucas.

"Kenapa harus iri?"

"Dia bisa sama kamu dalam waktu yang lebih lama dari aku. Bisa lihat kamu tiap hari dari bangun tidur sampe ketemu tidur lagi malemnya. Aku juga mau kaya gitu." jelas pemuda itu sambil menyembunyikan wajahnya di balik rambut Dinda.

Gadis itu tertawa pelan. Selalu ada sisi yang mengejutkan tiap harinya selama ia kenal dengan Lucas. Kaya sekarang ini, ternyata manja juga si gebetan.

"Meskipun Bang Jeff tiap hari tiap jam dan tiap menit tatap muka sama aku, tapi kan dia nggak ada perasaan apapun ke aku kak. Sebatas kakak sama adiknya, nggak lebih. Dan kayanya nggak akan lebih dari itu. Jadi nggak perlu iri."

Ada nada sedih yang tersirat dari ucapan Dinda barusan. Yang ia katakan sepenuhnya benar. Seorang Janna Adinda Prakasita tidak lebih dari sekedar adik untuk Jeffrian Ashari Mandira.

Bang JeffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang