"Beb, ntar kalo nggak kelihatan aku gendong ya. Di pundak."
"Iya terus aku bawa bendera Slank, ya? Dikata nonton dangdut di Lapangan Kodam apa?!"
Lucas cuma ketawa denger omelan Dinda. Bayangin gebetan nya duduk di pundak sambil kibarin bendera Slank sukses bikin perutnya sakit.
"Iya tau iya aku pendek tapi nggak usah gitu!"
Ketawa Lucas berhenti setelah lihat wajah Dinda beneran bete.
"Kenapa sih beb, kenapa? Sensi amat ya sekarang. Mau PMS apa gimana, hm?" tanya pemuda itu sambil memijat tangan Dinda.
Gadis di depannya hanya menggidikkan bahu tanpa ada ingin menjawab.
Wadu, beneran ngambek ini mah.
"Ya udah deh, tunggu sini bentar ya! Aku beliin es cokelat tuh di ujung sana."
Belum mendengar persetujuan Dinda, Lucas udah pergi duluan ke tempat yang dimaksud.
Tapi perkiraan Lucas bisa jadi bener, sih. Dinda juga nggak paham kenapa jadi sensi kaya tadi padahal candaan Lucas juga nggak rusuh-rusuh amat.
"Cil!"
Sebuah tepukan mendarat di puncak kepala Dinda.
"Eh? Bang Adnan?"
"Kok sendiri? Kata Jun sama Lucas?" tanya Adnan yang suaranya agak kalah sama suara hady talkie nya.
"Lagi beli minum anaknya. Jadi keamanan lagi nih, bang?"
"Ya iya emang siapa lagi mau ditaruh di divisi ini? Saka mah bagian memasak aja udah." jawab Adnan lalu menjawab pertanyaan anak buahnya di benda kecil berwarna hitam di tangan kanan nya.
"Ya udah ya, abang jaga dulu. Tiati sama Lucas, ya? Ada apa-apa bilang abang aja!"
Dinda mengangguk singkat seiring langkah Adnan menjauh dan melambai sekilas ke arahnya.
"Tadi siapa tuh?" tanya Lucas sambil membawa dua gelas es cokelat dengan topping roti tawar.
"Bang Adnan, temennya Bang Jun" jawab Dinda.
Lucas hanya mengangguk dan kembali duduk. Tangannya sudah sibuk membalas pesan dari grup angkatan nya yang sebentar lagi mau foto buku angkatan.
Di sisi lain, Dinda sibuk menelaah ekspresi Lucas saat ini. Ngerasa bersalah dia marah-marah barusan padahal ya Lucas nggak salah apa-apa.
"Kak" panggil Dinda.
"Hm? Kenapa?" sahut Lucas tapi mata masih ke hp aja.
"Kak!" panggil Dinda lagi.
Lucas mendongak, "Iya kenapa sayang? Panggil-panggil gini kangen ya?"
Dinda mencibir omongan Lucas barusan dan mencubit perut pemuda itu sekilas.
"Makasih ya"
Dahi Lucas berkerut mendengar ucapan gadis di depannya barusan.
"Buat apa?"
"Udah bikin aku seneng terus hehehe"
Dinda yang ketawa tapi jantung Lucas macem mau copot dari tempatnya. Bisa nggak sih jangan terlalu gemesin gitu?! Nggak baik bener buat kesehatan jantung Lucas.
Buru-buru pemuda bersurai kecokelatan itu menundukkan kepala. Berusaha menyembunyikan wajahnya yang jelas sudah merah gegara Dinda barusan.