Empat Puluh Tiga

4.5K 690 51
                                    

Tak jauh dari pintu keberangkatan, sedikit condong ke Starbucks Terminal 2 Bandara Internasional Juanda, sekumpulan orang yang mayoritas laki-laki bergerombol dengan satu titik pusat disana.

Siapa lagi kalau bukan Lucas Danindira yang hendak pergi ke perantauan.

Sedari tadi, beberapa asisten yang lebih mirip bodyguard karena badannya pada gede, lebih gede dari Johnny, lalu lalang di sekitar mereka. Dari situ Dinda sadar kalau Lucas punya dua sisi dunia yang kontras bedanya.

Di depan Dinda dan yang lain, Lucas Danindira tidak lebih dari anak SMA yang slengean, selebor, doyan ketawa dan grasak-grusuk. Tapi disini, Dinda lihat Lucas Danindira sebagai salah satu jajaran pewaris perusahaan rokok terbesar se Jawa Timur, hingga Indonesia.

Dinda merasa ia hanya tahu pinggiran dunia salah satu manusia favorit nya tanpa tahu ada dunia yang lebih luas dan kompleks di belakangnya. Sejak awal Lucas nggak pernah membiarkan siapapun tahu, bahkan masuk ke dunia itu.

Terlebih Adinda.

Ia hanya ingin dilihat sebagai Lucas dengan segala kelebihan dan kekurangan nya. Embel-embel nama keluarga dan kekayaan yang sudah dari lahir melekat di dirinya sama sekali nggak menggambarkan siapa Lucas. Itu yang dia tahu.

"Cuk, kon budal nak Hong Kong aku gak onok konco push rank cukkkk!"
(Kamu berangkat ke Hong Kong, aku jadi nggak ada temen push rank).

Keluhan pertama datang dari Winwin, padahal kemarin waktu yang lain sedikit melankolis di farewell dinner, dia paling ogah deket-deket Lucas.

Meskipun keluhan nya seputar game online favorit mereka, Lucas cukup paham kalau adik kelasnya peduli dan sayang juga ke dia.

"Ajak yang lain, lah! Tuh ada Ale. Tenang" jawab Lucas sambil memeluk Winwin sekilas.

"Hati-hati disana ya, Cas. Bakalan kangen suara toa lo deh di rumah" ujar Dayu. Lucas tertawa kecil, "Ya masa yang diinget suara gua doang, kak? Yang lain dong elah!" protes nya.

Selesai dengan Dayu, Juniya dan Johnny memeluk Lucas bergantian sebagai tanda perpisahan.

"Belajar yang bener lo, nggak mau tahu IPK kudu 3 terus sampe lulus. Maafin gue suka jahat ke lo selama ini. Makasih udah jagain adek, Cas" kata Johnny sebagai pembuka.

Juniya mengangguk, "Hati-hati lo disana. Inget pulang. Mampir mampir lah ke rumah, jangan kaya orang nggak kenal" katanya.

"Makasih juga ya abang-abang sekalian. Gua jadi ada latihan menghadapi kakak ipar dah ketemu lo pada. Tiap libur semester gua usahain balik sini, itu pun kalo dapet izin" jawab Lucas.

"Kunyuk, nggak mau tau lo kudu samperin gua ke NUS pake jet pribadi!" celetuk Median setelah gantian menyalami Lucas.

"Bayarin avtur nya ya? Kan lo banyak duit juga anjir bokap lo yang punya sawit!"

"Nggak sekaya yang punya gudang-gudangan cem lo woy!" protes Andaru.

Nggak pernah bener emang tiga manusia penyuka Caca Handika itu. Dinda sengaja meminggirkan diri nya, memberi ruang lebih untuk Lucas agar bisa berpamitan dengan yang lain.

"Ndaaaa, Adindaaaaa"

Lucas memeluk dan mengangkat tubuh kecil Dinda, memutar nya ke kanan dan ke kiri macam gendong anak bayi. Sesekali ia menggesekkan dagu nya ke kepala Dinda.

"Gue berangkat dulu ya" bisik Lucas.

"Hmmmm, hati-hati ya kak. Jangan lupa pulang"

"Mau pulang kemana Nda kalo lo udah jadi rumah yang lain?"

Bang JeffTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang