Dinda yang datang pertama di kelas adalah pemandangan langka buat teman sekelasnya.
Biasanya, si absen 2 itu datang paling cepat 15 menit sebelum bel atau bahkan setengah jam setelah bel berbunyi karena disuruh mungutin sampah seantero sekolah dulu.
"Waduh ada angin apa wahai Adinda?" tanya Winwin sambil menaruh helm full face nya di rak paling belakang kelas.
Yang ditanya masih menelungkupkan mukanya di lipatan tangan dengan telinga yang tersumpal headset.
Winwin berdecak dan menghampiri teman sebangku nya.
"Assalamualaikum, ya ahli kubur" kata Winwin setelah melepas sebelah headset milik Dinda.
"Jahat lo ah!" protes Dinda sambil menjitak kepala Winwin.
"Lagian elu dipanggil daritadi juga kaga nyahut! Gua kira mati tau"
Dinda sudah ingin kembali menjitak kepala teman sebangku nya tapi kelewat cepat dengan tangan Winwin.
"Kalo abis nangis semaleman itu dikompres matanya. Bengkak nya keliatan"
Winwin mengusap kelopak mata Dinda sekilas dan menaruh lengan gadis itu di meja.
"Nggak nangis gua. Cuma begadang aja" kilah Dinda.
"Itu hidung juga merah banget jelas bukan lagi flu. Badan lo nggak demam dan suara lo normal. Berapa tahun sih kita temenan sampe lo masih berani bohong begini?"
"Ada apa?" tanya Winwin.
"Itu... Gua nggak tau mau cerita gimana dan dari mana..."
"Pelan-pelan. Gua pasti dengerin kok"
"Tapi jangan di sekolah deh, ya? Ntar lo mau tanggung jawab apa kalo gua mewek disini?"
"Iya deh iya, malem gua ke rumah ya nggak mau tau. Kudu cerita. Jangan disimpen sendiri"
Dinda hanya mengangguk dan kembali mengamati kegiatan teman sebangku nya sambil menyandarkan kepala pada meja.
"BEBEEEBBB!!!"
Seruan barusan sukses membuat atensi seluruh penghuni kelas ke arah ambang pintu dimana Lucas sudah berdiri disana, masih dengan tas ransel di punggung alias barusan dateng.
"Si kulkas ya pagi-pagi ngerusuh kelas orang! Balik sono ke habitat lu!" protes Winwin.
Lucas cuma nyengir sambil bilang maaf ke beberapa temen sekelas Dinda dan Winwin.
"Ini aku bawain sarapan. Dimakan, ya?" kata Lucas sambil menaruh bungkusan di atas meja Dinda.
"Buat gua?" tanya Winwin.
"Beli sono sendiri di kantin. Kaya orang susah aja padahal motor juga Ducati!"
Winwin mencibir omongan Lucas dan beneran pergi ke kantin buat beli sarapan dan minum sebelum bel masuk bunyi.
"Dinda sakit? Kok diem aja?" tanya Lucas.
Gadis itu menggeleng sambil memainkan jemari Lucas.
"Kayanya cuma capek. Dibuat tidur juga ilang kok"
Lucas tersenyum simpul dan mengusap kepala gadis di depannya.
"Ada apa-apa cerita ya, Nda. Aku mau dan pasti dengerin sampe selesai sepanjang apapun itu"
Rasa bersalah Dinda semakin menumpuk dan terasa berat mendengar omongan Lucas barusan.
Udah jahat banget dia sama laki-laki di depannya ini.