Sadewa boleh berwajah dingin, terlihat cuek dan tidak bersahabat saat pertama kali lihat. Dia tidak terlalu banyak bicara kalau memang tidak perlu, tidak banyak bicara disaat ia merasa tidak nyaman dengan lingkungan atau lawan bicara. Sade selalu memilih diam, mengamati, mencoba memahami dan memilih aksi apa yang akan dilakukan demi kenyamanan bersama.
Sade mengerti kapan ia harus menganggap suatu kalimat sebagai candaan atau suatu kejujuran yang disampaikan dengan tersirat. Seperti sekarang ini, saat ia rebahan di samping Dinda dalam keadaan masih pagi buta, bagaimana kakak sepupunya berceloteh kesana kemari tanpa ada satu topik spesifik dan tiba-tiba berkata,
"Hmmmm mungkin harusnya dulu Bunda sama Ayah jangan pilih gue buat jadi kandidat anak. Pilih yang lain aja, kan ada 6 yang jadi..."
Iya, Dinda memang hasil dari bayi tabung karena Bunda Aruna dan Ayah Januar ingin anak perempuan. Kondisi rahim Bunda Aruna yang tidak memungkinkan karena adanya kista, membuat keduanya memilih jalan keluar teraman menurut anjuran dokter. Dari satu percobaan, ternyata ada 6 sel telur yang berhasil dibuahi. Mereka memilih satu pada akhirnya, dan datanglah Adinda.
"Kayanya semenjak ada gue... Semua yang ada di sekitar jadi chaos. Gimana dulu Bang Johnny mendadak jadi super nakal dan selalu bikin Bunda nangis tiap malam, gara-gara telepon yang gue angkat bikin Bunda berangkat ke Malang dan terlibat tabrakan beruntun... Terus sekarang gimana chaos nya kondisi Bang Jeff dan keluarga nya yang secara nggak langsung berasal dari gue. Ketidak tahuan gue soal hubungan Gian dan Bang Jeff bikin mereka sama-sama susah. Kayanya gue hidup aja salah deh, De..."
Jemari kanan Sade yang sedari tadi memainkan rambut kakak sepupunya berganti memberi sentilan pelan di dahi Dinda.
"Teh, nggak ada manusia yang lahir karena sebuah kesalahan. Sebagai makhluk yang mengakui adanya Tuhan, gue percaya lo ngerti dengan konsep ketuhanan dan takdir. Dari sebelum Bumi ini diciptakan, masing-masing dari kita sudah punya konsep cerita, mau baik atau buruk. Lo lahir dari sebuah usaha dan doa Bunda Ayah, yakin deh di surga Bunda bakalan sedih denger apa yang lo bilang barusan. Gimana perjuangan nya lo remehin dengan kasih label ke diri sendiri sebagai sebuah kesalahan"
"Apa yang terjadi di diri kita dan lingkungan sekitar udah termasuk dari skenario takdir yang Tuhan tulis. Bang Johnny memang harus nakal dan jatuh sendiri buat jadi manusia yang lebih baik, buat belajar jadi seorang kakak tertua yang bisa diandalkan adik-adiknya, ya lo sama Bang Jun. Bunda pergi karena Tuhan terlalu sayang sama beliau. Bunda harus pergi biar Ayah lebih dekat dan mengerti anak-anaknya, buat jadi Ayah Januar yang lebih baik dan lebih mencintai keluarga dibanding kerja. Teteh ngerasa nggak semenjak Bunda nggak ada, Ayah jadi makin sering pulang dan kalian semua lebih akrab?"
Dinda hanya mengangguk sekilas sebagai jawaban.
"Dengan pergi nya Bunda Aruna, Ayah Januar digembleng jadi figur ayah yang jauh lebih kuat buat lo, Bang Johnny sama Bang Jun. Soal Bang Jeff, adanya Gian diantara kalian itu juga sebuah pelajaran, teh. Gian bikin Bang Jeff lebih menghargai perasaan orang lain, tahu artinya berkorban, mengerti mana prioritas di dalam hidupnya dan berjuang buat yang dia sayang. Bang Jeff terbiasa hidup instan tanpa pilihan. Diem-diem gini gue juga ngerti gimana pola hidup dia dari obrolan tiap ketemu atau dari cerita yang lain. Tuhan kasih lihat Bang Jeff kalau hidup perlu menentukan pilihan beserta segala resiko yang harus dia tanggung"
"Adanya Gian juga bikin teteh jadi sosok yang lebih kuat. Teteh mengerti artinya mengalah. Mengalah yang bukan untuk kalah, tapi mengalah untuk menang. Mengalah sebentar buat dapetin tujuan teteh. Adanya Gian buat Bang Jeff sama teteh lebih tahu perasaan satu sama lain setelah sekian lama bohongin diri sendiri. Nggak ada yang salah sama kehidupan, teh. Semua pelajaran. Cuma gimana kita yang lihat itu dari segi mana, positif atau negatif"