"Gua balik bareng mereka aja, ya?"
Winwin sontak menggeleng sambil menepuk pipi Doy pelan, "Jangan diganggu!"
Gadis berambut panjang itu memberengut sambil terus memandangi sepasang manusia yang berjalan menjauh dari mereka. Dinda nampak tenggelam dalam denim jacket milik Lucas.
"Temen kita yang satu itu butuh tempat lain buat menetap." ujar Winwin sambil menarik ransel Doy agar si gadis mengikuti langkahnya.
"Nggak segampang itu, Win. Udah bertahun-tahun Dinda suka sa-"
"Dinda terlalu bergantung sama Bang Jeff. Iya, kan?"
Pertanyaan pemuda itu langsung membungkam kalimat Doy.
Itu kenyataan.
"Gua cuma nggak mau dia terus-terusan sakit, Doy. Udah waktunya Dinda cari kebahagiaan dia sendiri meskipun nggak sama Bang Jeff."
Gadis itu mengangguk sebagai tanda persetujuan, "Tapi lo yakin sama Lucas?"
"InsyaAllah gua yakin. Biarin mereka jalan dulu. Yuk dah balik, gua ada janji!"
Dalam hati Doy merapal doa untuk keduanya; tentang si pemuda yang berusaha membuat gadis yang terluka kembali jatuh cinta.
"Orang rumah lo pada suka martabak nggak?" tanya Lucas sambil mengurangi kecepatan mobilnya begitu lampu lalu lintas berubah ke merah.
"Mereka mah suka apa aja." jawab Dinda sambil tertawa kecil.
"Ya udah mampir beli martabak nih kita."
Dinda menautkan alisnya, "Mau beli buat abang?"
"Yeeee ge er, sekalian beliin titipan Ale."
Gadis itu menggidikkan bahu lalu kembali ikut bersenandung dengan suara Frank Sinatra yang terputar di mobil milik Lucas. Ia cukup takjub dengan selera pria di balik kemudinya itu, tampang boleh sangar tapi selera nya begitu lembut.
"Heh, jangan liatin gua mulu! Iya emang tampan ini muka anak Pak Bagas tapi udahan dong, malu nih!" pemuda bertubuh bongsor itu menirukan gestur para artis yang menghindar dari kilatan blitz kamera. Dengan cepat sebuah cubitan mendarat di lengan besarnya.
"Adoohhhhh sakit Dindaaaa!!!" keluh Lucas sambil mengusap lengannya cepat. Badan boleh kecil, tenaga nya lebih dari Ale.
"Biarin! Lagian pede bener jadi manusia! Udah jalan itu ijo lampu nya!" seru Dinda sambil menunjuk mobil di depan mereka yang mulai melaju.
Lucas mencuri pandang ke gadis di sebelahnya. Sepasang mata yang sedikit bengkak begitu keluar bioskop sudah lebih baik sekarang. Bahkan gadis itu sudah bisa ngomel dan merasa kesal, itu sudah pertanda baik untuknya.
Mazda CX-3 milik Lucas perlahan berhenti di lapak pedagang kaki lima yang menjajakan martabak langganan keluarganya. Keduanya larut dalam percakapan ringan selama menunggu;