Kalau ditanya apa tema pakaian prom night Dinda malam ini, dia akan menjawab 'merayakan perpisahan'. Sebuah perayaan yang paling ia hindari tapi tetap harus dirayakan. Lucas pergi bukan untuk hal-hal negatif because he leaving for good. Lucas pergi untuk mengejar mimpinya meski akhirnya ia memilih berlari sendiri dibanding berjalan seiring dengan Dinda.
It's okay. He suffered too much.
Dinda mematut dirinya sekali lagi di cermin, memastikan bahwa riasan nya tidak terlalu berlebihan tapi tetap meninggalkan kesan. Mengecek sekali lagi isi tas nya dan menyemprotkan parfum sebelum beranjak ke lantai satu selagi menunggu Lucas tiba.
"Cantiknyaaaa" seru Johnny sambil memeluk si bungsu.
Gadis itu hanya tersenyum sekilas dan memilih duduk di sofa ruang tamu sembari menetralkan perasaannya sendiri. Sepanjang sore ini ia mengompres kedua matanya yang membengkak karena begadang dan kebanyakan menangis. Lagi.
Jun yang baru turun mengkode kakak sulungnya untuk jangan mengganggu si bungsu dulu karena Dinda sedang butuh waktu untuk dirinya sendiri. Baik Jun dan Johnny sudah tahu perihal Lucas yang memilih berkuliah di luar negeri dan renggang nya hubungan keduanya. Sebisa mungkin mereka tidak ingin ikut campur karena menurut mereka, Dinda sudah cukup dewasa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Suara klakson mobil terdengar dan Dinda buru-buru memakai high heels nya sebelum berpamitan dengan kedua kakaknya.
"Abang, Dinda pergi dulu ya. Bawa kunci kok. Nanti nggak usah ditungguin ya, langsung pada tidur aja." pamit Dinda.
"Iya, nanti pager nya nggak abang kunci kok. Hati-hati ya, bilang ke Lucas jangan ngebut bawa mobilnya" pesan Jun. Dinda hanya mengangguk dan mencium kedua tangan kakaknya.
Di depan, Lucas sudah menunggu di pintu depan penumpang dengan pakaian formal nya yang sukses membuat Lucas terlihat sangat tampan malam ini.
"Tampil all out banget, nih?" canda Dinda.
"Jelas lah! Pilihan Mami ini setelah seharian muter butik. Pusing nganternya" jawab Lucas sambil membuka pintu.
Begitu mobil melaju, si pengemudi mengecilkan volume audio mobil nya dan mengatur suhu AC se nyaman mungkin untuk Dinda karena gadis itu memakai bawahan yang pendek.
"Aku udah bilang belum sih kalo lusa berangkat pagi?" tanya Lucas.
Ia tahu ini adalah topik yang salah untuk dibahas malam ini, tapi dia mencoba menyesuaikan diri dengan kenyataan kalau nantinya nggak akan ada lagi Dinda di kesehariannya.
"Belum. Jadinya pagi ya? Jam berapa?"
"Kalo nggak salah lihat sih jam 10 tapi aku berangkat dari rumah jam 8 biar nggak ribet. Udah bangun kan jam segitu?"
Lucas tahu gadis di sampingnya paling malas bangun pagi saat weekend, jadinya ia nggak akan memaksa kalau misal Dinda nggak bisa datang.
"Harusnya bisa bangun pagi. Demi sobat karib yang mau balik kampung nih" jawab Dinda yang membuat keduanya tertawa.
Obrolan keduanya terhenti saat mobil Lucas memasuki pelataran gedung tempat acara prom night sekolah keduanya dihelat.
"This way, Princess." kata Lucas begitu membuka pintu untuk Dinda.