Bab 48. Seutas Janji

139K 12K 351
                                    

"Mereka sudah pulang."

Citra terkejut. Keesokan paginya ketika mau sarapan, Citra masih takut kalau-kalau bertemu secara tiba-tiba dengan orang tua Kevin. Sehingga cewek itu berjalan mengendap-endap, tahu-tahunya Kevin sudah ada di belakangnya.

Cewek itu menetralkan jantungnya, lalu berdiri tegap. Mengikuti Kevin dari belakang. Pagi ini jauh lebih cerah dari sebelum-sebelumnya. Kevin bahkan tersenyum tipis pada kakeknya.

Tentu saja Andrew mengerutkan dahi. Menatap mereka secara bergantian. Tadi malam wajah Kevin tegang dan siap meledak. Tapi lihatlah pagi ini, wajahnya lebih bersemangat dan bahagia.

Andrew menyunggingkan senyum miring. Cewek di samping Kevin juga tak kalah menariknya. Dia berseri-seri dan menundukkan kepala. Tidak seperti biasa, pagi ini lebih berbeda dan lebih hidup.

"Kakek nggak tahu apa yang kalian lakukan tadi malam. Tapi kakek ikut senang jika kalian senang." Celetuknya senyum lebar.

"Eh?" Citra terkejut. Lalu buru-buru menundukkan kepalanya lagi, dia sangat malu. Menimbulkan kesan lain pada Andrew.

"Tidak apa-apa, nak." Jawab Andrew maklum. "Kapan kalian akan pulang?" Tambahnya mengernyit.

Kevin menghela nafas panjang. Ternyata sudah hampir dua minggu mereka di sana. Moodnya langsung turun dalam sekejap. Masih ingin berlibur bersama Citra di Bali. Kevin malas berurusan dengan kehidupan yang harus dihadapinya.

Tidak ingin Citra didekati sama cowok lain. Jason, Abdul, atau siapa pun itu. Cukup hanya Kevin saja yang ada di samping Citra. Dia tidak membutuhkan yang lain untuk membuat cewek itu tersenyum lebar, tertawa lepas, dan menunjukkan siapa dirinya sesungguhnya.

Kevin mengangkat bahu. "Mungkin lusa." Jawabnya tidak bersemangat.

Citra langsung menoleh, Andrew terkekeh pelan. Maklum pada cucunya yang satu ini.

Mood Kevin tidak membaik hingga sore. Mereka hanya berkeliling pantai, menonton para peselancar di lautan lepas bertarung hebat. Citra dan Kevin duduk di bawah pohon kelapa yang rindang. Cukup jauh dari keramaian, karena Kevin tidak suka diganggu.

Citra seperti anak ayam di sampingnya. Mengikuti Kevin kemana pun pergi. Berbicara seperlunya saja dan selebihnya diam membisu.

Mereka cukup lama hanya duduk seperti itu. Satu buah kelapa muda di depan mereka masih tersisa setengah lagi. Sama sekali tidak nafsu untuk menghabiskannya meskipun masih lumayan terik namun angin sepoi-sepoi berhilir mudik.

Mereka duduk berdampingan, masing-masing kakinya ditekuk dan menopang dagu di atas lutut. Persis seperti anak yang kehilangan ibunya. Menunggu keajaiban agar ibunya datang dan membawanya pulang.

"Cit."

Citra menoleh pada Kevin. Menunggu kelanjutan kalimat cowok itu, tetapi Kevin malah diam. Memandang hamparan laut yang luas, membiarkan Citra masih menunggunya.

"Apa yang kamu lakukan kalau hidup kamu udah ditentuin alur yang harus kamu jalani sejak dilahirkan?" Terdengar begitu berat. Suara Kevin sedikit parau, terdapat keputusasaan di dalamnya.

Citra terdiam, berani memandang Kevin dalam. "Kenapa kamu nanya begitu?"

"Aku ingin tahu." Jawab Kevin pelan.

Citra menggeleng pelan. "Aku nggak tahu." Jawabnya.

Kevin tidak menemukan jawabannya. Dia mengalihkan pandangannya kembali pada hamparan laut. Meski tidak sepenuhnya memperhatikan apa yang dipandangnya, tetapi setidaknya cowok itu menemukan sesuatu yang berbeda. Mendengar hempasan ombak yang seolah mengamuk pada bumi.

"Kamu mau berjanji kalau aku minta satu hal?"

Keduanya berjalan santai di tepi pantai. Membiarkan ombak menyapu kaki mereka. Pertanyaan Kevin tidak bisa membuat Citra bernafas bebas.

"Janji apa?"

Citra mengernyit beberapa saat yang lalu. Ketika mereka masih duduk di bawah pohon kelapa. Cowok itu menghela nafas berat, meragu akan kalimat yang disampaikannya. Citra masih terus menatapnya, menunggu dengan sabar.

Namun cowok itu terdiam lama. Seolah mempermainkan Citra dengan kalimatnya yang misterius. Dia menoleh kembali pada Citra, mencoba untuk jujur kali ini. Iris cewek itu berwarna coklat, asli keturunan pribumi, menatap Kevin serius.

Tidak seperti Kevin, entah berapa keturunan yang sudah mengaliri darahnya. Keluarganya menjunjung tinggi darah yang mengalir pada tubuh mereka. Sehingga silsilah turun temurun masih terbingkai indah di ruang kerja Andrew.

Seperti sebuah sejarah yang tak akan kekang oleh waktu. Selalu dikenang sepanjang masa. Dan adat turun temurun itu akan selamanya dijunjung tinggi oleh mereka.

Kevin terhanyut pada iris itu. Ternggelam di pusaran yang tak bertepi. Dia tersesat di dalamnya, semua kelam namun sebuah cahaya menjanjikan bahwa dia mendapatkan ketenangan jiwa di sana.

Semakin dia tenggelam, semakin damai pula perasaannya. Kevin tersenyum tipis, berkedip satu kali untuk mengurangi perih yang melanda kedua matanya.

Citra masih menunggu dengan sabar. Ciri khas Citra sekali, tidak pernah terburu-buru atau mendesak untuk mengatakannya.

"Aku..."

***

Jakarta, 23.07.18

Pertanyaan.

Ada yang tau apa isi perjanjian mereka?

a. Ngajak nikah.

b. Ngajak balikan.

c. Ngajak cium.

d. Ngajak bikin naena 😂

e. (Isi Sendiri)

Follow ig.

Ila_dira
Novel.dira








Pst.

Gue udah nemu dua orng admin.
Sorry ya yang belom kepilih.
Gue pilihnya bukan karena gue kenal. Admin ini sama sekali gak gue kenal sebelumnya kwkwkwkwk.

Jadi kalo mau ikutan GC. Add salah satu nomor berikut ini ya. Nanti dikasih pertanyaan. Siap-siap ngapal kwkwwkwkwkwkkw

0823 4484 7762 - aya
0822 3151 9534 - agnes
0823 6304 5938 - Dira

Sampai jumpa di GC 😂😜

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang