Bab 23. Pangeran Charming

174K 13.6K 349
                                    

            Kevin menunggu Citra dan cowok di depannya menyelesaikan pembicaraan mereka. Keduanya begitu kompak dan sepertinya sudah kenal baik. Terlihat dari Citra yang beberapa kali tersenyum malu-malu di hadapannya.

"Makasih banyak, bang." Kata Citra menunduk.

Kevin mengetahui nama cowok itu dari Zen sebagai Abdul. Dia berbinar melihat Citra, Kevin berdecak, tetapi tetap menunggu mereka selesai bercengkerama.

"Citra nggak perlu sungkan. Abang selalu siap bantu Citra. Apapun yang Citra butuhkan, bilang sama abang." Janji Abdul begitu manisnya.

"Terima kasih, bang." Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Citra. Dia tidak nyaman berlama-lama bersama Abdul. Tetapi tidak berani mengursinya agar cepat pulang.

"Kalau begitu, abang pulang dulu. Motornya udah abang ganti oli. Citra nggak perlu takut lagi kalau mogok di jalan." Kembali Abdul mengingatkan.

Citra mengangguk. Lalu menghela nafas lega ketika Abdul pergi. Citra tidak bisa menerima kebaikan Abdul, jelas terlihat jika cowok itu menyukainya. Langsung menyambut kedatangan Citra jika berkunjung ke bengkelnya.

Cowok itu baru menamatkan sekolah STM. Sudah lama membuka bengkel, tetapi baru satu tahun ini memegang kendali tanpa pengawasan orang tuanya.

Abdul selalu memberikan kelonggaran pada Citra. Menerima cicilan serta mengantar motor Citra setelah diperbaiki, tetapi tidak untuk pelanggan yang lain. Semua pengecualian untuk cewek itu.

"Eh?"

Citra terkejut. Kevin menahan pintu ketika cewek itu menutupnya. Kevin menerobos masuk, lalu duduk di sofa.

"Kamu punya waktu lima belas menit  buat bersiap-siap!" Perintahnya.

Citra mengernyit. "Bersiap-siap?"

"Tiga belas menit lagi!" Kevin mengabaikan pertanyaan Citra.

"Aku nggak mau!" Citra menggeleng.

"Dua belas menit lagi!"

"Kevin!!" Citra kesal.

"Sebelas menit setengah."

Citra tetap enggan. Kevin makin kesal, berdiri dan membawa cewek itu keluar rumah. Membiarkan pintu tertutup asal-asalan, Kevin menutup akses pendengaran ketika Citra protes. Citra akhirnya diam, tidak membiarkan mereka menjadi tontonan gratis bagi para tetangga.

Zen berada di rumah tetangga. Dia akan mengirim pesan pada tante Sani setelah ini. Karena jika Kevin sudah begini, tidak ada akses buat Citra untuk kabur.

Cowok itu memaksa Citra masuk ke dalam mobil jeep-nya. Mobil yang sempat dikira oleh Citra milih penjahat. Akhir-akhir ini Kevin menggunakannya kemana pun dia pergi. Citra tidak peduli ataupun tersanjung dengan apapun yang dikenakan oleh cowok itu, karena bagi Citra, Kevin tidak mengganggunya lagi adalah suatu anugerah terindah yang dimilikinya.

Berjaga-jaga agar Citra tidak kabur, Kevin buru-buru masuk dari pintu sebelahnya. Citra menoleh padanya, ketakutannya berangsur-angsur terkikis karena perilaku Kevin yang semena-mena. Namun kadang kala dia langsung mati kuti jika emosi Kevin sudah di ubun-ubun.

"Mau kemana?" Tanya Citra mengernyit. Cowok itu melaju bersama kendaraan lain. Dia menoleh dan berdecak, ternyata Citra belum mengenakan seat belt.

"Pake seat belt!!" Perintah Kevin mengabaikan pertanyaannya seperti biasa.

"Mau kemana?" Citra bersikukuh bertanya. "Aku mau pulang! Adikku di rumah."

Kevin mendengkus, meraih seat belt dari sisi bahu kiri Citra. Cewek itu terkejut dan melindungi diri. Menjauhkan tangan Kevin dari tubuhnya. Namun cowok itu mendesis, mencoba meraih kembali.

"Aku bisa." Kata Citra kemudian. Meraih seat belt dan mengenakannya. Kevin memicing sebal, lalu membuang pandangannya. Dia mengabaikan Citra seperti biasa, seperti tidak ada orang lain selain dirinya.

Mereka terus melaju, Citra menunduk dan mengirim pesan pada tante Sani. Gadis itu segera membalas dalam hitungan detik. Biasa. Tante Sani hanya seorang ibu rumah tangga yang tercemar jaman edan.

Ponsel tak pernah absen dari tangannya. Bahkan mau masak saja lebih dulu update, bikin vlog ala kids jaman now yang di agung-agungkan oleh pengabdi micin.

Tidak semua seperti itu, hanya sedikit saja di antara jutaan orang. Salah satunya Citra, dia masih sering lupa membawa ponsel ketika keluar rumah. Bikin Kevin mencak-mencak gaje kalau telponnya nggak di angkat atau chatnya di abaikan dalam waktu beberapa jam.

"Kenapa balikin uangnya?" Citra bertanya setelah beberapa saat mereka hanya terdiam. Cewek itu memberanikan diri menoleh dan menatap Kevin lama.

Kevin hanya mengangkat bahu.

"Nanti aku balikin lagi." Putus Citra bersikukuh.

Kevin berdecak. "Kasih buat jajan Zen."

"Nggak."

Kevin menoleh ke samping. Menatap lama cewek itu, Citra langsung beringsut dan tidak berani lagi mengangkat kepala.

Citra kalah darinya. Tidak ada cara lain selain mengikuti kemauannya.

"Turun!"

Kevin memerintah. Citra menoleh pada cowok itu yang sudah turun duluan. Mereka berada di basement bangunan. Citra tidak tahu mereka berada di mana, seketika cewek itu menegang ketakutan. Menatap Kevin penuh pertanyaan, namun di abaikan begitu saja oleh cowok tersebut.

"Ini di mana?"

"Hotel!" Jawab Kevin singkat.


***

Bakauheni. 13.06.18

Hayoloh, ngapain mereka ke hotel??

a. naena

b. bikin debay

c. ngelon-ngelon

d. ketcup-ketchup basah

e. (Isi sendiri)

Follow ig :

ila_dira

novel.dira

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang