Bab 69. Mantan Unik

140K 11.9K 860
                                    


"Bunga, ini cantik."

Zen berteriak girang sembari memberikan lampu mainan pada Bunga. Kedua anak itu sedang berlari-lari senang sembari melempar tabung lampu yang kerlap-kerlip. Jaket tebal membungkus tubuh mereka dari angin malam yang kencang.

Citra sangat sayang pada adiknya, sehingga jika keluar malam seperti ini Zen harus mengenakan jaket. Hingga sekarang Zen jadi kebiasaan, langsung mencari jaketnya sebelum pergi dari rumah.

Di samping mereka, Citra dan Kevin duduk di antara kerumuan orang yang mengunjungi tempat tersebut tanpa alas. Keindahan wisata Kota Tua, tujuan mereka kali ini. mengajak Zen pergi, tentu dengan rayuan mengikutsertaan Bunga. Gadis kecil teman sepermainan Zen.

Kevin menyeringai senang. Zen langsung heboh dan mengajak kakaknya. Meskipun sudah malam, tidak masalah bagi mereka. Zen begitu bersemangat. Terlebih dahulu menjemput Bunga di rumahnya,

Citra meminta ijin pada orang tua Bunga untuk membawa anak mereka ikut serta. Zen sangat antusias, sehingga Bunga penasaran, dia merengek pada ibunya untuk ikut.

"Kamu bisa banget ngelabui Zen." Kata Citra mencibir.

Kevin menyeringai, sudah mulai aman setelah mengantongi ponsel Citra. Membuat wajah Bang Abdul merah padam karena Kevin sama sekali tidak memperbolehkan cowok itu menemui Citra. Kevin menyuruh Bang Abdul memarkirkan motor Citra di depan rumah, lalu membayar semua hutang Citra sebelumnya.

Pokoknya untuk sekarang Kevin sudah cukup puas. "Adik kamu udah suka sama aku." Jawabnya percaya diri. Citra kembali mencibir, lalu menoleh pada adiknya yang masih serius bermain dengan Bunga. Keduanya tergelak dan berlomba lari. Sesekali hampir bertabrakan dengan pengunjung.

Di sana sangat berisik. Tempat itu makin penuh oleh orang-orang dari kalangan muda-mudi. Duduk tanpa alas dan berfoto-foto ria. Banyak dari mereka menjadikan tempat itu sebagai tempat kencan, tempat pertemuan dengan teman lama atau hanya sekedar jalan-jalan saja sambil menikmati keindahan di sana.

Para pengamen mengambil kesempatan untuk mengais rezeki. Bernyanyi dan bermain musik bersama kelompok mereka, meskipun ada juga yang sendiri-sendiri.

Citra tidak enak hati. Beberapa kali menolak untuk bernyanyi di depan mereka. Cewek itu harus berinisiatif sendiri, jika menunggu Kevin yang ada pengamennya kesal sendiri. Sama sekali tidak di ubris meskipun dipanggil beberapa kali, Kevin tetap duduk tenang.

Cowok itu sesekali mencomot makanan di depannya. Kevin duduk santai bersila, ketika Zen memanggilnya, cowok itu tersenyum. Adik Citra itu langsung datang, meminta Kevin menyuapi makanan ke mulutnya dan diikuti oleh Bunga dari belakang.

"Bang Epin, aaaa..." Zen mendatangi mereka, meminta Kevin menyuapinya. Kevin dengan senang hati menyuapi Zen.

"Bang Epin, Bunga juga mau." Bunga tidak mau kalah. Kevin terkekeh, kembali menyuapi anak perempuan itu.

Lalu mereka kembali bermain, meninggalkan Kevin dan Citra di tempat. Membiarkan cewek itu mati kutu karena mereka lebih banyak diam dari pada berbicara.

"Sudah malam." Citra mengingatkan.

Kevin mengangkat bahu. "Belum di usir!"

Antara kesal dan ingin tergelak. Citra meringis, Kevin bisa aja bercandanya. Nggak tahu malu, apaan nunggu di usir sama satpol pp dulu.

"Mereka jangan dibiasain pulang malam." Ucapnya memperingati.

Kevin kembali mengangkat bahu. "Mereka masih main." Citra makin kesal. "Lagi pula besok libur. Jangan mendem di rumah melulu." Sindirinya. Lalu cowok itu menyeringai. "Kamu makin cerewet, aku suka."

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang