Bab 26. Penipu Rasa

166K 13.8K 475
                                    

"Tadi dia sudah bangun, sialan!!"

Kevin mengamuk. Citra kembali pingsan selama perjalanan dan hingga saat ini belum kunjung sadar. Barta menahan tubuh Kevin agar tidak berbuat nekat pada dokter yang sudah berumur di depan mereka.

Selama perjalanan cowok itu sudha mengamuk. Mencaci maki karena macet tak kunjung berakhir. Malam libur weekend adalah hari terburuk baginya.

"Tenang, nak." Dokter itu menenangkan. "Dia tidak apa-apa. Sebentar lagi pasti bangun. Reaksi obat sedang bereaksi di tubuhnya."

"Kenapa selama ini?! Harusnya dia sudah bangun!!" Kevin tidak mau kalah. Melepaskan tangan Barta dari tubuhnya hendak menerjang dokter tersebut. Namun Barta sekuat tenaga menahannya.

Dokter itu menepuk bahunya. "Tunggu satu jam lagi. Baru kamu bisa menjenguknya." Setelah itu, dokter tersebut meninggalkan mereka.

"Sialan!! Anjing!! Nggak berguna!!" Kevin memaki. Menyikut Barta dan meninju temannya.

Barta meringis kesakitan, tiap kali Kevin emosi. Pasti memerlukan sesuatu yang dijadikan samsak empuk. Kali ini, cowok itu membiarkan dirinya menjadi korban.

"Vin, tenang lo anjing!" Stef datang dan memisahkan mereka. Memberikan satu pukulan di wajah cowok itu sehingga mereka berhenti. "Gue bilang apa sebelumnya?! Lo pasti menyesal, tapi lo terlalu pengecut buat biarin Citra tenang!" Makinya. "Kalau lo cemburu, jangan jadiin Citra jadi korban lo!! Kalau masih cinta, dekati! Ajak jadian lagi! Bukan maksa dan ngelakuin hal-hal konyol gini!!" Stef tak kalah emosi.

"Gue nggak butuh ceramah dari lo, bangsat!" Kevin makin emosi.

Stef berdecak. "Lo mau ngamuk di sini, Citra nggak bakalan sadar sebelum waktunya!" Kevin mengerang. "Mending lo berdoa biar Citra nggak makin benci sama lo!" Sinisnya.

Kevin diam, mendudukkan tubuhnya di kursi. Mereka menjadi bahan tontonan gratis bagi rumah sakit. Dua orang petugas keamanan datang menghampiri karena mengganggu keamanan. Stef langsung menemui mereka, mengamankan agar tidak sampai menemui Kevin.

Karena jika mereka sudah bertemu dengannya. Cowok itu akan semakin emosi dan masalah pasti akan makin bertambah.

Mereka membiarkan Kevin sendirian di sana dengan pakaian masih basah. Dia tidak peduli sebelum Citra bangun. Meskipun mereka memaksa untuk menggantinya terlebih dahulu.

Beranjak dari tempatnya. Kevin masuk ke ruang rawat inap Citra. Pakaian cewek itu sudah diganti, sekarang dia berbaring damai. Kevin duduk di sampingnya, meraih tangan lemah Citra lalu mengecup pelan.

"Cit..." Bisiknya pelan.

Di luar ruangan, Stef dan Barta mengintip melalui celah pintu. Cowok itu sudah tenang dari sebelumnya. Mereka menghela nafas lega dan kemudian meninggalkan keduanya di sana.

Kevin sudah bisa mengendalikan diri. Dia tidak mungkin mengamuk lagi. Hanya menunggu Citra sadar dari reaksi obat yang disuntikkan oleh suster tadi.

Ketiga temannya sudah terbiasa mendapat amukan dari Kevin. Tidak tanggung-tanggung, minimal mimisan atau tulang retak. Kekuatan cowok itu sejak dulu tidak main-main, terutama setelah menguasai sabuk hitam dan emosinya bergejolak.

Siapapun di sampingnya, hati-hati dan bersiap-siap untuk mencari rumah sakit terdekat.

Namun begitu, mereka tetap berteman. Beberapa jam kemudian tidak akan lagi tumbukan atau tendangan. Mereka sibuk mengobati luka masing-masing di satu area.

Biasanya ketiganya mengeluh, namun Kevin tidak pernah mengubris. Dia hanya diam dan membiarkan mereka tergelak setelahnya.

Pertemanan aneh. Namun begitulah mereka mengungkapkan pertemanan masing-masing. Terutama Stef, yang langsung mengadu pada Nina melalui telpon. Sehingga menimbulkan decakan dari teman-temannya.

***



"Cit."

Kevin terus menggumankan namanya tanpa henti sejak Citra bangun dari setengah jam yang lalu. Menggenggam erat tangan Citra dan mengecup bertubi-tubi. Cewek itu sama sekali tidak merespon, dia diam dan membuang pandangannya.

Citra tidak bisa memaafkan Kevin kali ini. Selama ini cewek itu sudah membiarkannya semena-mena terhadapnya. Memaafkan sifat egoisnya dan membiarkan Kevin membawanya pergi meskipun dia enggan. Citra selalu mengalah agar masalah cepat selesai dan Kevin tidak mengganggunya lagi.

"Cit." Kevin memanggilnya sekali lagi.

Tetap saja Citra diam tanpa ekspresi. Biasanya kedua mata cewek itu berkaca-kaca dan sesaat kemudian menangis, namun sejak tadi Kevin tidak menemukan kedua mata cewek itu memerah.

Membuat Kevin semakin khawatir padanya.

Citra melepaskan tangannya, lalu mengambil posisi berbaring membelakangi Kevin. Dia menutup tubuhnya hingga leher, membiarkan Kevin memanggilnya sekali lagi.

Cewek itu menyadari jika sekarang sudah tengah malam, tetapi dia tidak peduli jika nantinya Clara memarahinya. Cewek itu tidak bisa berpikir jernih lagi, hanya kebisuan yang terus menggerogoti.

Merasa tidak mendapat respon lagi, Kevin beranjak dari sana. Baru merasakan tubuhnya menggigil karena pakaiannya yang basah. Dia begitu khawatir sehingga meninggalkannya barang sedetik pun enggan. Kevin bahkan tetap menolak mengganti dengan pakaian baru yang dibawakan oleh Romeo.

Sekarang dia meraih pakaian tersebut dari atas meja, membawanya ke kamar mandi untuk menggantinya. Memberikan ruang untuk Citra sendiri, tanpa gangguan darinya.

Barulah dia merasakan lebih baik. Kevin melirik Citra yang masih pada posisi semula setelah keluar dari kamar mandi. Dia duduk di sofa dan membaringkan tubuhnya di sana. Cowok itu masih merenung diam, sehingga suasana senyap menyelimuti keduanya.

Nafas Citra teratur, menandakan cewek itu kembali tidur. Kevin akhirnya memutuskan untuk tidur di sana tanpa selimut. Tidak berniat memesan dari rumah sakit atau menyuruh seseorang membeli untuknya.

Kevin cukup lelah dengan hari ini. Entah apa yang sudah dilakukannya pada Citra sehingga mereka berakhir di rumah sakit seperti ini.



***

Jakarta, 21.06.18

Mampus sibangke.

Pertanyaan.

Sibangke akhirnya gimana dipart selanjutnya?

a. Tobat

b. Sungkemin Citra

c. Najong-najong bangsat

d. Makin menggila

e. (Isi Sendiri)

Follow ig :

ila_dira

Novel.dira

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang