Bab 68. Herder Galak

146K 11.9K 722
                                    

"Vi-Vin..."

Citra mengerjap banyak. Kevin sedang berdiri di teras rumahnya sembari menyedekapkan tangan dengan wajah tak terbaca.

"Bang Epin..."

Zen langsung berlari menghampiri Kevin yang langsung merubah raut wajahnya. Adik Citra itu tidak peduli lagi dengan cowok yang sejak tadi berbicara panjang lebar dengannya. Dia Andra, sedang menenteng kantong kresek di kedua tangannya.

"Bang Epin udah pulang. Mamanya bang Epin nggak jahat lagi ya? Bang Epin nggak dimarahin mama abang datang ke sini? Mama bang Epin nggak marahin kakak Citcit nanti?" Zen bertanya beruntun. Sama sekali tidak memberikan celah untuk Kevin melirik selain dirinya. Kevin tersenyum tipis lalu membenarkan posisi Zen di gendongannya.

"Udah nggak." Jawabnya.

"Abang boleh ke sini?"

Kevin melirik Citra yang sedang menunduk lewat di depannya. Membuka pintu rumah dan masuk ke dalam. Membiarkan mereka masih bersitegang di sana tanpa disadari oleh Zen.

"Iya, boleh." Jawabnya lagi.

"Oh, iya, bang. Ini abang Andra. Pacarnya kak Citra juga." Katanya polos.

Kevin langsung melotot tajam, melirik Andra yang sedang menahan senyum sembari menggeleng. Andra kemudian melogos santai di depannya membawa plastik kresek milik Citra.

Kevin langsung menghadangnya. "Silahkan pulang!" Suruhnya penuh penekanan.

"Kamu nggak berhak ngusir saya." Jawab Andra santai.

Kevin makin emosi. "Dia tunangan gue! Jangan dekati!"

"Saya nggak nanya. Udah tau, bekasnya masih ada dikit lagi." Andra menyeringai. Kevin tidak mau melihat, tapi pipi Andra masih ada bekas biru, hasil karya bogem cowok itu.

Kevin menundukkan badannya, menyuruh Zen masuk ke dalam rumah. Zen mengangguk dan berlari menemui Citra di dapur. Kevin mengepalkan kedua tangan, tidak suka melihat keberadaan Andra di sana.

"Lalu apa lagi?" Kevin menahan emosi.

"Mau mengunjungi Citra." Andra masih kalem. "Citra lucu. Type saya sekali."

Kevin menggeram. "Gue peringatin pergi sekarang!" Suruhnya.

"Wah, kamu belum suaminya lho." Kevin hampir meledak. "Ounch... saya nggak menyangka ternyata herder-nya Citra segalak ini." Kekehnya. Kevin tetap diam, menunggu Andra lengah langsung tebas. "Saya hanya mau pamit."

"Nggak perlu!"

"Saya nggak perlu ijin dari kamu!" Andra meringis. "Saya bisa tuntut kamu sudah memukul saya sebelumnya."

"Silahkan!" Kevin tidak takut sama sekali.

Andra terkekeh. "Lumayan juga nyali kamu." Katanya. Lalu menyerahkan kantong kresek berwarna hitam di kedua tangannya. "Titip salam sama Citra. Sampaikan, saya ada urusan. Lain waktu mampir lagi, tunggu herder-nya lengah dulu biar nggak ada pengganggu."

Kevin merampas kesal. "Nggak ada lain kali!" Andra terkekeh lalu pergi dari sana. Kalau ngotot masih di sana, dia tidak yakin Kevin bisa menahan emosinya untuk tidak baku hantam dengannya.

Benar kata Nina. Kevin itu nyeremin kalau udah marah. Kalau cemburu lebih parah lagi. Mukanya langsung merah padam.

Kevin langsung masuk ke dalam rumah. Meletakkan kantong kresek di atas meja lalu menatap Citra dan Zen masih mengobrol.

"Dari mana?"

Zen dan Citra yang sedang membersihkan ikan di kamar mandi langsung berhenti berbicara. Zen sumringah, belum menyadari kemarahan Kevin di depannya. Malah memberikan ikan yang belum dibersihkan.

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang