Bab 20. Server Error

172K 14.5K 359
                                    

Citra sedang sibuk mengerjakan tugasnya. Setelah mengajari adiknya, dia memilih melanjutkan belajar agar nanti malam bisa langsung tidur setelah selesai makan.

Dia mengabaikan suara geluduk dan langit yang mulai gelap. Citra mengangkat bahu, meskipun dalam hati merasa sedikit tidak tenang seperti biasanya. Dia beranjak dari sana, memeriksa jemuran, barangkali masih ada yang belum di angkat. Ternyata seragam adiknya belum kering, buru-buru mengangkatnya dan menggantungkan di tali jemuran belakang rumah Citra.

Juga mengingatkan Zen untuk tidak keluar rumah. Adiknya itu mengangguk patuh dan bermain mobil-mobilan di ruang tamu. Televisi tidak dinyalakan, takut kena petir dan mereka tidak memiliki media untuk menonton jika layar tipis itu rusak.

"Kak, aku mau tidur." Kata Zen memasuki kamar tidak lama kemudian. Citra tersenyum, lalu menghampiri adiknya di tempat tidur.

Citra membentangkan selimut pada mereka. Lalu keduanya memejamkan mata dan berpelukan. Langsung tidur karena hujan semakin lebat. Zen takut hujan lebat, sehingga buru-buru menemui kakaknya. Meninggalkan mainannya di ruang tamu tanpa merapikan terlebih dahulu.

Cewek itu bangun ketika sudah hampir malam. Citra tersentak dan langsung duduk, dia belum membereskan rumah. Jika mamanya sudah datang, Citra akan kena omel. Mengira cewek itu membiarkan rumah mereka berantakan.

Membiarkan adiknya masih tertidur pulas. Citra bergegas ke dapur. Menyapu ruangan dan mengepel. Lalu setelah itu memeriksa isi kulkas untuk masak makan malam. Citra merenung, isi kulkas tersisa sedikit lagi.

Dia memutuskan untuk belanja ke pasar. Menoleh pada jendela dan hujan sudah berhenti meskipun masih gerimis sedikit lagi.

Citra mengambil mantel dari belakang pintu dapur, lalu keluar dari rumahnya. Meringis pelan karena badan jalan yang tergenang air. Citra mengendarai motor bututnya, dan melaju pelan-pelan. Dia menghela nafas, pasar tradisional tidak begitu jauh dari rumahnya.

Mengikuti antrian masuk, Citra memarkirkan motornya. Lalu langsung masuk ke dalam pasar. Belanja seadanya karena dia hanya memiliki uang sedikit. Clara meninggalkan beberapa lembar uang kertas di atas kulkas untuk membeli bahan makanan jika isi kulkas sudah menipis.

Beruntung memiliki pasar di pinggir jalan yang buka setiap sore Hingg pagi. Sehingga Citra tidak perlu repot jika waktunya sudak kepept seperti ini.

Pasar tradisional itu menjual segala kebutuhan dapur dengan harga terjangkau. Sehingga dengan keadaan keuangan yang seadanya, Citra bisa belanja banyak.

Citra selesai belanja, dia kembali ke parkiran dengan kantong kresek di tangannya. Diletakkan di depannya, lalu melaju pulang.

Sepanjang jalan Citra meringis kedingingan, meskipun dilapisi mantel tetapi cewek itu tetap kedinginan karena hawa dingin yang menusuk.

Citra terdiam ketika melewati taman. Perasaannya tak karuan, akhirnya cewek itu melambankan laju sembari menoleh ke samping. Seperti ada yang mengganjal dalam hati, namun dia tidak tahu. Seingatnya beberapa hari terakhir dia tidak pernah ke taman, dalam hati mengira salah satu bukunya ketinggalan di sana seperti dulu.

Sibuk mencari-cari di rumah dan perpustakaan sekolah, ternyata ketinggalan di taman. Buku itu basah dan tulisan di dalamnya luntur, selama dua hari Citra mengeringkannya. Menyetrika tiap lembar agar kembali seperti semula.

Cewek itu syok. Melihat siluet cowok yang tidak asing baginya. Citra tersentak, buru-buru memarkirkan motor di sembarangan tempat. Berlari memasuki pintu taman dan menghampiri kursi taman yang lembab oleh air hujan.

Dia gemetaran, Citra menemukan Kevin duduk sambil memeluk tubuhnya. Cowok itu bergerak, menoleh pada Citra yang sedang berdiri di depannya. "Dingin." Guman Kevin pelan.

Citra bergerak refleks, menahan tubuh Kevin yang hampir ambruk. Tubuh cowok itu menggigil karena kediginan. Citra kelimpungan, "Kenapa masih di sini?" Tanyanya.

"Nunggu kamu."

Citra meneteskan air mata. Tidak menyangka jika Kevin menunggunya hingga hujan-hujanan seperti ini. Dia lupa, Citra mengira Kevin hanya main-main dengannya sehingga tidak begitu menanggapi.

Tetapi ternyata salah. Kevin datang dan menunggunya berjam-jam di sana.

Hal yang selalu membuat Citra uring-uringan. Kevin hanya berbicara sedikit, tanpa menjelaskan lagi. Cewek itu hanya menganggap angin lalu karena kepergok me-stalking­ profilnya, tetapi tidak bagi cowok tersebut.

"Jangan nangis." Guman Kevin berdecak. Citra menghapus air matanya, membantu Kevin berdiri dan membopongnya keluar taman tempat Citra memarkirkan motor.

Kevin menahan kedinginan, giginya bergelutuk membuat Citra makin bersalah. Dia membantu Kevin duduk di jok belakang. Lalu Citra duduk di depannya. "Pake, ini." Citra melepas mantelnya, di dalamnya cewek itu mengenakan jaket.

"Kamu aja." Balas Kevin pelan. Menyandarkan badannya di punggung Citra. "Ayo jalan." Suruhnya. Citra mengangguk, lalu melajukan motornya pulang ke rumah dengan Kevin duduk di belakangnya.

Mereka menempuh sekitar sepuluh menit perjalanan karena Citra sengaja melaju pelan-pelan. Takut Kevin kenapa-napa dibelakangnya. Tubuh cowok itu sangat lemah seperti tidak bertulang.


***

Jakarta, 09.06.18


Ciyeee dibonceng sama Citra, ciyeeeeeee

Gimana nih. Seneng gak sama keadaan sibangke?

a. seneng banget


b. kasian

c. sini sama adek aja bang. adek kelonin

d. tinggalin citra aja bang, sini sama gue

e. (Isi sendiri)

Bedewe jangan paksa up semua ya. Gue gak sempet nulis, mo lebaran, sibuk-sibuknya sana sini. Pulang kerja aja jam 9. Belum lagi mampir sana-sini 😂😂

Gak jadi mudik ke Medan, gue rencana ke Lampung. Ciye... Siapa di sini mau mudik ke Lampung? Yok barengan kwwkkw

Follow ig :

ila_dira

Novel.dira

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang