Bab 75. Dingin

130K 12.1K 1.8K
                                    




            "Vin, dia bisa mati! Udah, bangsat!!"

Stef berusaha menahan tubuh Kevin agar tidak melukai Fuddin lagi. Cowok itu tergeletak tak berdaya di atas rerumputan. Kevin menghajarnya membabi buta, tanpa ampun dan belas kasihan.

"Biarin dia mati, anjing!!" Kevin masih diselimuti emosi. Sekali lagi menginjak kuat dada Fuddin yang sudah mengeluarkan darah dari mulut.

Stef berdecak. "Lo jadi pembunuh, babi!!" Teriaknya. "Citra bakalan makin benci sama elo!!"

Kevin berhenti. Nafasnya terengah-engah tak karuan. Dia meludah sembarangan, muak melihat tubuh tak berdaya Fuddin.

Semenjak Kevin mendengar Citra dibully, Stef mulai berjaga-jaga. Sedikit saja kelepasan, maka Kevin akan menjadi biang pengacau.

Sama seperti hari ini, Kevin mengincar Fuddin sejak tadi pagi. Mengikuti diam-diam dan melancarkan rencananya ketika cowok yang memiliki sifat kewanita-wanitaan itu sendirian. Kevin sabar menunggu, tanpa menyadari Stef juga mengikutinya.

Fuddin berpisah dengan teman-temannya di jalan, barulah Kevin melaju kencang. Mencegat Fuddin dengan motor sportnya. Fuddin jelas ketakutan, dia hanya sendirian. Kesalahannya tidak akan bisa dilupakan sedikit pun. Kevin mengamuk karena dia sudah berani menyakiti Citra.

Kevin langsung turun, melepaskan helm dari kepalanya dan meninju pintu mobil Fuddin. Wajahnya menunjukkan kemurkaan, urat-urat di lehernya menonjol sehingga Fuddin akhirnya membuka perlahan.

Cowok itu langsung menyeretnya keluar. Tidak menerima suara, langsung menghajar membabi buta. Fuddin melawan, tetapi tidak ada apa-apanya bagi Kevin yang menguasai ilmu bela diri sabuk hitam.

Fuddin menangis, wajahnya benyok dan seluruh tubuhnya remuk. Tidak sanggup lagi menerima kemurkaan cowok itu. Dia meminta ampun, memohon agar Kevin tidak lagi membakuhantam tubuhnya. Tetapi sudah terlambat, Kevin sama sekali tidak menghiraukannya. Kembali menendang perut sehingga Fuddin jatuh pingsan.

Stef langsung menahannya. Cukup sudah hari ini, Fuddin sudah mendapatkan balasannya. Anak jadi-jadian itu dipastikan kapok dan tidak berani lagi mengganggu Citra setelah ini.

Kevin diam. Melepaskan tubuhnya dari Stef. Mengepalkan sekali lagi kedua tangannya. Cowok itu pergi begitu saja. Membiarkan Stef dan Fuddin di sana. Stef berdecak, lalu meninggalkan Fuddin yang masih tergeletak tak berdaya. Sama sekali tidak mau berurusan dengan tubuh banci sialan itu.

Stef mengikuti Kevin ke basecamp. Dia menemukan Kevin berbaring di sofa dengan nafas teratur. Clara melarang Kevin bertemu dengan Citra, sehingga tidak ada lagi tempat yang di datanginya kecuali ke basecamp.

Biasanya cowok itu langsung ke rumah Citra untuk meredam emosi.

"Eh, anjing, lo udah siap kan sama resiko perbuatan lo hari ini?" Tanya Stef memicing. "Kemungkinan besar sih lo pasti berhadapan sama polisi."

Kevin masih diam. Sama sekali tidak mau merespon sahabatnya. Sekarang hanya mereka berdua, Romeo dan Barta sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Terutama Romeo yang sebelumnya paling sering bersama Kevin, sudah tidak menampakkan diri lagi dihadapannya. Romeo dan Kevin masih berperang dingin. Stef dan Barta tidak bisa menghentikan mereka.

Sedangkan Barta sok sibuk. Pulang sekolah langsung pulang. Seperti banci kurang belaian saja. Tidak ingat habitat aslinya yang sebelumnya jarang pulang. Mentang-mentang sekarang sudah ada yang menunggunya di rumah.

"Gue pulang dulu lah." Stef berdecak. Mengkhawatirkan Kevin sama saja dengan pekerjaan sia-sia. Dia meraih kunci motor kesayangannya. Kendaraan satu-satunnya yang dimilikinya sejak lima tahun yang lalu.

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang