Bab 44. Modus

178K 12.9K 378
                                    

Citra bangun tidur, meregangkan ototnya yang kaku. Olah raga dadakan mereka tadi malam cukup meremukkan tubuhnya sehingga dia susah sekali membuka kedua mata.

Dia menyipit menyesuaikan cahaya, tetapi sesaat kemudian kembali memejamkan mata. Bergelung pada selimut tebal untuk menghangatkan tubuhnya. Dia tidak terbiasa tidur dengan pendingin ruangan. Rumah Citra adanya kipas angin, tapi kalau tengah malam suka dimatiin.

"Aku baru tahu kalau kamu bisa bangun siang juga." Citra langsung membuka kedua matanya yang masih terpejam.

Kevin menyedekapkan tangan di dada, menatap Citra yang masih bermalas-malasan untuk bangun. Ranjang itu luas dan empuk. Badan Citra langsung rileks berada di atas ranjang nyaman tersebut.

Citra langsung duduk, wajahnya merona malu. Meskipun cowok itu biasanya menerobos masuk, tetapi Kevin duduk di balkon. Tidak menunggui bangun sambil menatapnya seperti ini. "Maaf." Kata Citra pelan.

"Lima belas menit lagi kita turun."

"Hah?" Citra belum sepenuhnya sadar.

Kevin gemas, meringis pelan dan membuat Citra langsung paham. Dia mengangguk dan bergegas memasuki kamar mandi. Cowok itu terkekeh, lalu keluar dari sana. Menunggu Citra di ruang makan bersama kakeknya.

Sekitar lima belas menit kemudian, Citra bergabung dengan mereka. Dia menunduk canggung, kakek Kevin berhenti membaca koran.

Citra menarik kursi di samping Kevin. Menggumankan permintaan maaf, lalu setelah itu makan dengan malu-malu. Lelaki tua itu memang jarang berbicara. Dia tinggal sendiri bersama para pegawai rumah tangga.

Istrinya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Tetapi tidak berniat mencari iatri muda untuk mengurusnya di masa tua. Dia cukup kuat di usianya yang sudah senja.

Kevin mengenalkan lelaki itu bernama Andrew. Tidak biasa ikut makan bersama mereka karena kesibukannya yang tiada berakhir. Lagi pula dia terbiasa makan sendiri, sehingga meskipun Citra dan Kevin ada di sana, Andrew menyuruh mereka makan lebih dahulu.

Kali ini Andrew ikut sarapan dengan mereka. Membuat jantung Citra berdegup tak menentu. Kevin menyadarin hal tersebut, dia menoleh dan mengusap kepalanya lembut. Citra menoleh, terperagah karena Kevin tersenyum lembut padanya.

Tidak banyak yang mereka bicarakan di sana. Andrew menanyakan liburan mereka. Kevin hanya menjawab seadanya, lalu setelah itu mereka diam. Suara Citra tidak dibutuhkan di sana, sehingga dia terus menutup mulut.

Selesai sarapan, mereka sibuk pada tujuan masing-masing. Andrew kembali ke kantor atau ruang kerjanya. Sedangkan Kevin dan Citra pergi melangnang buana. Mengunjungi berbagai tempat liburan.

"Nggak mau." Citra menggeleng enggan. Kevin berdecak, menahan tangan Citra agar tetap di tempat.

"Takut?" Tanya Kevin mengejek.

Citra mengangguk membenarkan. Kevin tetap tidak peduli, menahan bahu Citra agar tetap duduk lalu memakaikan kaki penyelam di kakinya. Citra menarik kakinya ketika Kevin menyentuh. Tetapi cowok itu seperti biasa, bersikukuh memakaikannya.

Citra diam, membiarkan cowok itu menyelesaikan pekerjaannya. Dia mendongak ketika sudah selesai. Kembali meraih alat bantu pernafasan dari meja lalu mengenakan untuk Citra. Cewek itu merasa kedinginan secara tiba-tiba. Kevin menyentuh wajahnya.

Citra hanya mengenakan celana pendek, dan sejak mengenakannya merasa sangat risih. Citra tidak biasa mengenakan celana sependek itu. Tetapi sepertinya Kevin tidak terpengaruh. Dia tetap diam seperti biasa.

"Ayo," Kevin meraih kembali tangannya. Citra menggeleng ketakutan.

Berdecak gemas, Kevin mengangkatnya ke tepi boat. Lalu melempar tubuh Citra terlebih ke laut.

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang