Bab 34. Rencana Tak Sesuai Kehendak

163K 13.2K 382
                                    



Citra tersenyum tipis ketika mendengar hiruk piruk anak-anak membicarakan tentang liburan semester yang akan datang beberapa hari lagi. Mereka sibuk mengatur lokasi liburan. Tidak tanggung-tanggung, obrolan mereka menjarah kemana-mana.

Seperti Stef, Citra mengetahui cowok itu akan keliling Eropa bersama Nina. Wajar saja, mereka semua berasal dari keluarga berada. Hanya Citra yang menyempil seperti upil di antara mereka. Bagai butiran debu yang nggak penting keberadaannya.

Jangankan berbicara liburan. Citra tidak berharap banyak tiap libur panjang tiba. Biasanya dia hanya tinggal di rumah atau sesekali pulang kampung menjengung nenek tirinya.

Citra hanya sebatang kara, sanak saudara tak punya jika bukan dari keluarga Clara.

Cewek itu mendengar Clara menelpon beberapa hari yang lalu. Ibu tirinya membicarakan tentang rencana mereka yang ingin pulang kampung. Belum tahu pasti atau tidak, Citra tidak pernah bertanya pada Clara.

Tidak apa-apa jika dia tidak pergi kemana-mana. Citra sudah biasa. Dia hanya tersenyum kecut, bahan obrolan anak-anak tentang liburan kian memanas. Tak urung di perpustakaan, mereka semua rata-rata membicarakannya.

Hingga hari libur tersebut datang, Citra tampak masih tenang-tenang saja. Dia senang, setidaknya tidak bertemu dengan Kevin di sekolah. Atau jika cowok itu datang ke rumahnya, Citra bisa mengusirnya. Kevin tidak bisa semena-mena lagi dengannya.

Citra tersenyum tipis. Hari pelepasan penat telah datang.

"Mama dan adik kamu mau pulang kampung selama liburan sekolah." Citra mendongak. Setelah makan malam, Clara ingin berbicara. Setiap kali Clara mengatakan ingin berbicara, Citra langsung berkeringat dingin. Kesalahan apa yang telah diperbuat sehingga Clara sampai serius seperti ini. "Kamu nggak bisa ikut, ya. Nggak ada yang jaga rumah, lagi pula mama bukan mau liburan. Nenek kamu kurang sehat, selama libur mama mau jagain nenek di kampung. Zen nggak bisa tinggal, dia masih kecil. Nenek nyuruh dia ikut."

Ternyata itu. Citra menunduk lesu. Berarti selama liburan semester, Citra sendirian di rumah. Citra mengangguk patuh pada Clara. Mama tirinya itu berbicara langsung pada intinya seperti biasa. "Iya, ma."

"Selama libur, kamu jangan macem-macem di rumah. Jangan bawa cowok ke rumah atau pacaran sampe tengah malam." Citra kembali mengangguk. Sedih rasanya ditinggal sendirian di rumah selama liburan sekolah. Meskipun sudah terbiasa, tetap saja perasaan Citra tidak karuan. "Kita ini orang tak punya. Jangan bikin masalah. Teman kamu yang sering ke sini, sepertinya orang berada. Kamu harus jaga sikap, tetangga kita ingin tahu semua urusan orang. Jangan sampai jadi bahan omongan orang!"

"Iya, ma."

"Kulkas besok mama isi penuh. Kamu harus hemat. Mama nggak punya uang lagi untuk biayain kamu kalau bahan di kulkas habis sebelum dua minggu."

"Iya, ma." Citra terus mengangguk mengiyakan.

Clara menghela nafas panjang. Sekarang waktunya mengatakan apa yang selama ini masih kurang. Jarang-jarang mereka berkumpul serius seperti ini. Clara yang sibuk tidak memiliki waktu setiap hari menasihatinya.

"Kamu jangan sedih. Mama tahu teman-teman kamu semua pergi liburan. Seenggaknya kamu ikut juga, tapi keadaan nenek kamu nggak memungkinkan. Hanya mama anak nenek satu-satunya, biaya buat kamu ikut liburan jadi mama pakein buat pengobatan nenek."

"Iya, ma. Nggak apa-apa. Semoga nenek cepat sembuh." Doa Citra tulus. Meski ketus, Clara tetap peduli padanya. Bukan bermaksud menelantarkan Citra sendiri di rumah, hanya saja keadaan tidak mendukung.

Akhir-akhir ini Citra mendengar Clara beberapa kali menelpon. Memang nenek tirinya itu kurang sehat. Tetapi Citra tidak tahu jika ternyata sakit neneknya serius. Dia mengira hanya penyakit umurnya yang sudah uzur.

"Liburan selanjutnya mama janji akan bawa kamu." Kata Clara tegas. Menyesal karena kali ini Citra tidak bisa ikut bersama mereka. Clara sudah merencanakan jauh-jauh hari itentang keberangkatan mereka. Namun keadaan tidak berpihak padanya, jika bukan karena Zen masih kecil, adiknya itu kemungkinan besar ditinggalkan agar Citra tidak sendirian di sana.

Tapi, jika sudah seperti ini, Clara bisa apa selain mengambil jalan pintas.



***

Jakarta, 29.06.18

Weh, sibangke gak ada.

Pertanyaan!

Kalau Citra udah gini, berarti ditinggal sendiri di rumah. Hayo, tebak, ngapain mereka nantinya?

a. Sibangke seneng banget pastinya

b. Ngapel tiap malam :v

c. Citra makin terjerumus ke lubang keniqmatan :D :D

d. Nyari posisi enak pastinya :D :D

e. (Isi Sendiri)


Follow ig.

Ila_dira

Novel.Dira

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang