Bab 25. Penipu Hati

177K 14.8K 1.4K
                                    

            Setelah menunggu sekitar tiga jam, Kevin kembali lagi ke ruangan tadi. Dia sudah mengganti pakaiannya dengan yang baru. Kemeja warna broken white dan jeans hitam. Kedua tangannya mendorong grandel pintu. Dia mengernyit karena sama sekali tidak menemukan Citra di sana.

"Sebentar lagi." Elena menenangkannya. Gadis itu menoleh pada pintu kamar, lalu tersenyum lebar. "Kamu pasti suka." Katanya.

Kevin menunggu tanpa ekspresi. Meskipun tidak sabar melihat hasil karya Elena pada cewek itu. Namun dia tidak akan mau mengakuinya, lebih baik menunggu dalam diamnya. Menyibukkan diri dengan ponsel yang baru bergetar di kantongnya.

Ketika pintu kamar terbuka, Kevin mengangkat kepala. Dilihatnya Citra berjalan pelan-pelan sembari meremas kedua tangannya di depan. Sungguh, cewek itu tidak nyaman dengan penampilannya saat ini.

Dia mengenakan gaun sebatas lutut berwarna hitam pekat bentuk v-neck, ujung rambutnya di curly, sepatu tinggi berwarna hitam dan Citra tidak mengenakan kacamata. Dia tidak minus, kedua matanya baik-baik saja, sehingga ketika Elena menawarkan softlens, Citra menolak.

"Gimana, Kevin?" Tanya Elena sangat puas dengan hasil karyanya. "Luar biasa, kan?" Lanjutnya. Lalu tersadar setelahnya, Elena meraih cluth dari meja dan memberikan pada cewek itu. "Kamu harus bawa ini. Dan, sekarang kamu sangat sempurna." Pujinya sekali lagi.

Kevin mendesis, "Biasa." Jawabnya acuh.

Citra terkejut, dia mengangkat kepala menatap Kevin. "Mulia sekali pujianmu, Kevin!" Elena berdecak, tapi Kevin tidak peduli. Cowok itu mendekat, menarik lembut tangan Citra sehingga mereka bersebelahan.

"Kami pergi dulu." Katanya. "Thanks." Di akhir kalimat Kevin mengucapkannya pelan. Lalu mereka keluar dari ruangan tersebut. Citra menahan nafas setelah keluar, baru merasakan kembali hidup sesungguhnya.

Dia tidak terbiasa dengan hal barusan. Citra merinding ketika merasakan hawa panas catokan di rambutnya. Merinding sampai menahan nafas ketika benda itu berada tepat di daun telinganya. Elena terkekeh geli padanya.

Citra meringis. "Aku malu." Katanya. Kevin menoleh. Dia menekan tombol lift, lalu meneliti Citra kembali. Cewek itu mendundukkan kepala semakin tidak percaya diri. "Aku mau ganti."

Kevin berdecak, menatap tajam pada cewek di sampingnya tersebut. Keduanya berada di dalam lift. Kevin kemudian membuang pandangannya, tidak peduli pada Citra yang merasa risih. Dari tadi menolak halus Elena, tapi gadis itu terus mencekcokinya dengan beragam alat-alat kecantikan.

"Kita mau kemana?" Citra kembali bertanya. Dia menoleh meski kedua kakinya terus mengikuti Kevin yang sudah keluar dari lift.

Kevin menunjuk dengan pandangannya. Citra terperagah, banyak orang sudah berkumpul di sana. Di tengah-tengah mereka sebuah kolam renang dipenuhi cahaya lilin yang mengapung serta pepohonan dan tiang-tiang penyangga dibalut lampu warna-warni.

Citra menyimpulkan mereka sedang berpesta.

Cewek itu merasa tidak pantas. Dia tidak seharusnya berada di sana. Mereka semua terlihat sangat modis dan luar biasa, sedangkan dirinya hanya upik abu berkostum putri.

"Aku mau pulang." Kata Citra mencicit. Melepaskan tangan Kevin yang menggenggamnya dan melangkah buru-buru. Citra hampir terjatuh karena belum mahir menggunakan sepatu tinggi tersebut.

Kevin menahan tubuhnya sambil berdecak. Cowok itu menyelamatkannya, namun Citra tetap tidak mau berada di sana.

"Aku mau pulang." Cicit Citra sekali lagi.

"Nanti." Balas Kevin sembari menarik tangannya menemui beberapa temannya. Citra mengenal sebagian dari mereka. Mereka masih sama seperti keduanya, pelajar yang menuntut ilmu di tempat yang sama.

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang