Bab 22. Terserah Kamu

172K 14.3K 302
                                    

            "Ma, Zen tidur di sini sama abang." Kata Zen menaiki tempat tidur Citra. Dia duduk di samping Kevin dan menoel-noel wajahnya. Cowok itu masih terlelap tanpa mengetahui kedatangan mereka.

"Jangan ganggu abangnya. Kita tidur sama kakak Citra di kamar mama." Kata Clara memeriksa tubuh Kevin sebelum tidur. Tubuh cowok itu berangsur-angsur membaik setelah minum obat sekitar dua jam yang lalu. Sekarang dia tidur nyenyak dan nyaman di kamar Citra.

Zen mengangguk, lalu meninggalkan Clara di sana. Menghampiri Citra yang baru selesai belajar di kamar Clara. Cewek itu mengajak adiknya tidur, mereka berbaring sembari membaca doa. Zen tergelak, lalu setelah itu kembali serius.

Zen memeluk Citra erat, cewek itu tersenyum dan mengelus-elus kepala adiknya. Tidak lama kemudian Zen jatuh tidur. Citra menoleh pada pintu, Clara menutup pintu lalu ikut naik ke atas tempat tidur.

"Nanti malam kalau kamu bangun, isi gelas Kevin dengan air hangat. Suruh dia minum banyak biar cepet sembuh." Kata Clara mengingatkan.

"Iya, ma." Kata Citra. Clara berdehem, lalu hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. "Maaf, ma." Kata Citra beberapa saat kemudian. "Kevin sakit, Citra nggak tega nyuruh pulang."

"Sudah." Potong Clara. "Sekali lagi jangan di ulangi."

Citra mengangguk. Melirik Clara yang sudah memejamkan mata. Dia juga akhirnya tertidur juga. Meskipun masih memikirkan Kevin yang masih panas di kamarnya.

Citra tahu jika Clara tidak suka jika Citra seperti anak-anak remaja lain. Sama saja wanita itu gagal mendidiknya. Mengabaikan janjinya pada suaminya sebelum menghembuskan nafas terakhir meminta berjanji menjaganya.

Sehingga selama ini Citra selalu berusaha menjadi yang terbaik. Belajar keras hingga mendapatkan beasiswa. Mendapatkan nilai-nilai sempurna di sekolah dan membuat Clara bangga, tidak sia-sia menampungnya selama ini.

Keesokan paginya, Citra bangun pagi dan membereskan rumah terlebih dahulu. Clara sudah pergi bekerja setelah subuh tadi. Begitu juga dengan Zen, sebentar lagi akan berangkat dengan bus sekolah. Dia menunggu teman-temannya di teras rumah, nanti mereka bersama-sama ke jalan raya.

Citra sudah mandi, sudah mengambil pakaian Kevin tadi malam dari laundry juga. Dia meletakkan di atas meja belajarnya. Citra diam-diam mengambil seragamnya dari sana, lalu mengenakan di kamar Clara.

Kevin terjaga ketika Citra menjatuhkan bukunya. Cewek itu buru-buru memungutnya, lalu menoleh pada Kevin yang langsung duduk.

Dia menatap Citra masih takut-takut di kamar tersebut. Hendak langsung pergi karena Kevin terus memandang lekat padanya.

"Kenapa nggak bangunin aku?" Tanya Kevin menghentikan langkahnya. "Udah jam berapa?"

Citra menoleh. "Maaf." Katanya. "Kamu masih sakit. Mama bilang, kamu bisa tidur sampe sore di sini." Lanjut Citra cepat.

"Aku mau sekolah, Cit. Mana bajuku yang kemarin?" Kevin memijit dahi hingga keningnya. Mengurangi rasa pening masih melanda. Dia memang merasa lebih baik dari sebelumnya, tetapi tetap saja rasa pusing itu masih bersarang. "Handuk mana? Aku mau mandi."

"Jangan mandi. Aku panasin air panas dulu buat kamu." Citra buru-buru ke dapur. Memasak air panas untuk Kevin mandi.

Cowok itu menunggu sembari meregangkan tubuhnya yang kaku. Citra datang beberapa saat kemudian. T

"Sebentar lagi udah mendidih. Ini handuk." Kata Citra mengangsurkan handuk berwarna abu-abu.

"Hem." Balas Kevin pelan.

Citra kembali keluar. Membiarkan Kevin bersiap-siap. Dia menunggu di ruang tamu sambil membaca buku. Sudah mulai siang, Zen sudah berangkat ketika Citra hendak memasak air panas untuk Kevin.

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang