Bab 47. Pelangi Malam

137K 12.8K 371
                                    

Hem... Gue gapunya GC. Karena bekose, gue sibuk kerja tapi gak apsen buat chat, buka ig, dan up status hahahahah.

Kalo mau bikin sih, gue oke aja. Bikin di WA ya. Grup Chat.

Tapiii... Gue gabisa ngurus. Jadi, gue butuh dua orang admin yang bersedia. Gak dibayar tapi ya, gue masih kere. Gaji suka khilap buat jajan makan jajan baju sama jajan sepatu 😂😂😂

Nanti gue sebagai pengamat dan pemantau GC ya.

Kualifikasinya sih gak kek orang lamar kerja. Gak masalah domisili, palagi sim. Cuma gue mintanya yang udah berumur 18++ ya. Udah punya KTP lah 😂😂

Eits... Iya. Gue sengaja milih calon admin yang berumur 18++

Soalnya yang ++ itu enak,dan gue suka banget 😂😂😂

So...., yang merasa sanggup dan bersedia, langsung japri gue. Nanti gue sendiri yang ngasih soal ujiannya. Gak susah kok, gak ngitung apalagi ngapal 😂😂

Ditunggu japriannya ya.

Psssstttt... Membernya tanpa minimum umur ya 😂

###

"Main lempar karet?" Tanya cowok itu lagi. Citra belum menjawab, Kevin sudah membawanya ke sana. Memberikan banyak karet gelang ditangan Citra lalu mereka melempar bersama.

Citra tergelak, dia mendapatkan hadiah gelas cantik. Tidak kalah dengan Kevin, cowok itu mendapatkan piring cantik. Mereka saling berpandangan, lalu tergelak kembali setelahnya. Tidak lagi menyembunyikan diri. Keduanya seolah menunjukkan diri mereka masing-masing yang sesungguhnya.

Tidak ada lagi Kevin yang berbicara singkat namun seenaknya. Tidak ada pula Citra yang selalu menunduk dan berbicara pelan-pelan.

Cewek itu berteriak. Meraih bedak bayi yang mereka dapatkan sebelumnya. Memasukkan taburan bedak di piring gelas lalu menempelkan di wajah Kevin dengan kelima jarinya sehingga wajah dan kaos cowok itu putih. Mereka menemukan permainan baru lagi, jika tidak bisa memasukkan gelang tepat sasaran, maka hukumannya dicoret bedak tabur di wajahnya.

Entah sudah berapa banyak yang mereka dapatkan. Keduanya menjadi pusat perhatian. Namun sama sekali tidak mengurungkan permainan tersebut. Kevin dan Citra terus melempar karet dan mendapatkan hadiahnya.

Masing-masing mendapatkan bando. Kevin memasang ke kepala Citra, bando berwarna merah muda menyerupai telinga kucing. Wajah cewek itu tidak kalah berantakannya dengan Kevin. Bedak itu luntur karena mereka melompat-lompat dan berteriak keras.

Ketika mendapatkan bando lain. Citra kembali berteriak dan memasang di kepala cowok itu, Kevin menundukkan kepala agar Citra bisa menggapainya. Bando berwarna merah muda menyerupai telinga kelinci lengkap dengan bulu-bulu halus yang tebal dan pitanya. Lebih parah dari milik Citra. Wajah Kevin terlihat lebih lebar, karena rambut panjang bagian depannya tersingkap ke belakang semua

Tapi Kevin tetap santai dengan bando tersebut. Kembali tergelak ketika mendapatkan sebuah payung cantik. Meletakkan pada boks yang berisi hadiah-hadiah sebelumnya.

Anak-anak yang tadi ikutan melempar karet gelang dengan mereka sudah berhenti karena uangnya sudah habis. Tidak mampu lagi membeli karet gelang, mereka menonton Citra dan Kevin yang kembali seperti bocah-bocah. Sesekali bertepuk tangan dan memberikan semangat.

Tidak tahu berapa lama mereka di sana. Yang pasti pasar malam sudah mau tutup, tetapi anak-anak itu masih di sana menonton mereka. Penjaga pasar malam memberitahu keduanya jika sebentar lagi akan tutup.

Kevin dan Citra saling berpandangan, lalu mereka menoleh pada bianglala yang sudah berhenti. Mereka lupa karena terlalu asyik main lempar gelang. Kembali mereka tergelak bebas, lalu menoleh pada anak-anak tersebut. Mereka menatap Kevin dan Citra polos.

"Nggak jadi naik bianglala." Katanya.

"Hem." Citra mengangguk membenarkan.

Citra menoleh pada Kevin ketika melihat boks mereka sudah penuh. Ada banyak sekali hadiah di sana. Mereka tidak menyadari jika sudah sebanyak ini mendapatkannya. Keduanya terlalu hanyut dalam permainan tersebut.

Kevin menyeringai. "Dek, sini..." Katanya. Citra mengerutkan dahi, Kevin memberikan tumpukan piring ke tangannya. "Kasih ke mereka semua." Tambahnya.

Citra bersemu, tidak kepikiran untuk membagi-bagikan pada anak-anak yang di sana. Citra menyuruh mereka berbaris, lalu memberikan peralatan tersebut secara acak. Ada piring, gelas, mangkok serta pasangan sendok dan garpu.

Ada beberapa anak-anak lain juga berdatangan. Mereka sepertinya habis mengamen. Gitar dan gendang dipunggung masing-masing. Mereka sangat senang, berterima kasih pada Kevin dan Citra.

Ada mainan juga di sana. Mereka membagikan semua. Kevin hanya tersenyum ketika pegawai pasar malam bertanya alasan mereka membagi-bagikan semuanya setelah bersusah payah mendapatkannya.

Hanya tersisa sebuah payung berwarna biru dan di kepala masing-masing sebuah bando. Mereka kembali tergelak setelah anak-anak itu sudah pergi. Kevin melebarkan payung itu, lalu memberikan lengannya pada Citra. Cewek itu melingkarkan lengannya malu-malu, dia tersenyum sembari menunduk.

Mereka meninggalkan area lempar gelang dengan sebuah payung melindungi keduanya meskipun tidak hujan atau panas. Bando dikepala masing-masing tidak berniat untuk melepasnya. Di sana tidak seramai yang tadi. Pasar itu sudah ditutup, sebagian lampu dimatikan dan barang dagangan dikemas sedemikian rupa agar tetap aman untuk keesokan harinya.

Citra cukup terkejut. Cowok itu merogoh ponselnya dan mengarahkan kamera pada mereka berdua. Bukan hanya sekali, bahkan berkali-kali dengan pose berbeda-beda karena Citra terkejut sehingga ada foto dengan mata tertutup.

Kevin tersenyum, wajah mereka masih ada putih-putihnya, masih mengenakan bando dan payung. Lumayan parah, tapi sangat berarti untuk dikenang.

***

Jakarta, 21.07.18

Gimana part ini, gengs? 😆

Ada yang syok?

Atau

Kejang-kejang?

Follow ig.

ila_dira
Novel.dira

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang