Bab 53. Persembunyian

133K 12K 263
                                    

            "Ke taman sekarang!"

Citra mengernyit sembari menatap ponselnya. Kevin menelpon dalam hitungan detik, lalu menutup begitu saja setelah selesai mengatakan tujuannya.

Perasaan Citra tak karuan. Dia sedang mengerjakan tugas di kamarnya, sengaja pulang cepat dari sekolah dan nggak keluar rumah.

Ingin membiarkan Kevin begitu saja di sana. Tapi mendengar suara petir, Citra gemetaran. Dia masih sadar jika Kevin keras kepala. Akan menunggu Citra meskipun hujan. Seperti kejadian sebelumnya. Citra lupa, dan ternyata Kevin menunggunya hingga malam.

Kejadian itu membuat Citra kapok. Sehingga ketika mendengar suara petir lagi, dia langsung menoleh ke jendela.

Rintikan hujan mulai membasahi bumi. Citra makin tak tenang. Meskipun kembali duduk di meja belajarnya namun pikirannya berkecamuk. Citra sebal, kenapa Kevin menyuruhnya datang di saat mendung? Kenapa nggak langsung datang ke rumahnya seperti biasa, menunjukkan wajah bebalnya dan semena-mena.

Rintikan hujan mulai memadat dan deras. Citra tak bisa menunggu lagi. Dia akhirnya beranjak dari sana. Mencari payung dan keluar rumah. "Zen, ayo kakak anter kamu ke rumah tante Sani." Ajaknya mengambil payung.

"Kakak mau kemana?" Tanya Zen mengernyit.

"Kakak mau keluar sebentar." Zen mengangguk dan mengambil jaket. Citra buru-buru memakaikannya lalu mereka keluar dari rumah. Zen takut pada petir, sehingga tidak ada pilihan lain untuk Citra agar adiknya aman. Setidaknya Zen memiliki teman agar ketakutannya berkurang.

Setelah mengantar Zen, Citra setengah berlari sehingga tubuhnya mulai basah oleh air hujan. Pikirannya tertuju pada Kevin. Berharap cowok bodoh itu menunggunya sambil berteduh di pondok taman.

Setidaknya Kevin memiliki sedikit kewarasan untuk tidak menyakiti dirinya sendiri dengan tidak membiarkan tubuhnya di bawah guyuran hujan.

Sesampainya di taman, Citra mencari sosok Kevin. Dia menggigit kukunya, kebingungan mencari keberadaannya. Tidak ada lagi orang di sana, semua sudah mencari tempat perlindungan karena hutan turun tak tanggung-tanggung.

Kedua mata Citra berkaca-kaca. Di kursi taman dia menemukan Kevin sedang berbaring dan menutup wajah dengan lipatan tangannya. Sama sekali tidak terpengaruh pada rintikan hujan lebat membasahi tubuhnya.

Citra melindungi Kevin dengan payungnya. Secara perlahan, Kevin membuka mata, melihat Citra memayunginya. "Kenapa nggak cari tempat berteduh?" Citra mengomel.

"Nungguin kamu." Kevin kemudian duduk, menatap Citra dalam. Menarik tangan cewek itu sehingga mereka duduk bersebelahan.

"Kenapa harus ketemu di sini? Kamu bisa datang langsung ke rumah!" Citra makin mengomel kesal. Kevin meraih payung dari tangan Citra. Memayungi tubuh mereka dari hujan yang semakin lebat.

"Aku senang kamu mengomel begini." Kata Kevin tersenyum tipis. Citra menatap tajam, tidak mengerti dengan perkataan cowok itu. "Kamu terlihat lebih normal, khawatirin aku."

Citra cemberut. "Ayo pulang!" Katanya.

Tapi Kevin menggeleng. "Sebentar lagi." Ucapnya. Menggenggam tangan Citra erat lalu mereka kembali saling diam. Membiarkan guyuran hujan membasahi tubuh mereka sehingga Citra mulai menggigil. Kevin menoleh, Citra menahan diri agar giginya tidak bergemelutuk "Tadi aku mau ngajakin kamu ke suatu tempat." Katanya memulai lagi. "Aku nggak yakin kamu suka. Tapi aku harap kamu suka."

"Kemana?" Cewek itu mengerutkan dahi mulai penasaran.

"Suatu tempat." Suara mereka teredam oleh hujan. Sehingga yang terdengar pelan, Citra mengerucutkan bibirnya. Kenapa harus pake rahasiaan? "Zen dimana?"

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang