Bab 6. Pengacau

282K 20.3K 830
                                    

Sret...

Citra terkejut. Dia menoleh ke bawah, ternyata air keruh yang menggenang di badan jalan telah berpindah pada seragamnya. Mengibas-ibaskan roknya dari cipratan air comberan. Citra kemudian mengangkat kepala, dilihatnya sebuah mobil berwarna putih melaju pelan dengan suara derung mesin yang keras. Seperti sedang mengejek kesialan yang menimpa cewek tersebut.

Cewek itu mengenalnya. Dia tidak protes, Citra justru melanjutkan langkahnya menyeberangi trotoar, meskipun badannya risih karena air comberan yang bau dan berwarna itu melekat di tubuhnya.

Seolah-olah tidak terjadi apa-apa padanya, Citra sama sekali tidak menoleh ke belakang. Cewek itu mengeluarkan jaket dari ransel. Segera mengenakan dan menjauh dari beberapa penumpang yang memandang aneh serta jijik padanya. Mereka terang-terangan menutup hidung dan mengatainya.

Bukan hanya itu, mereka berpindah duduk. Tak seorang pun yang menanyakan ataupun mengajaknya berbicara meskipun itu untuk berbasa-basi. Citra tahu diri, tidak mungkin ada yang mengajaknya berbicara atapun tersenyum padanya.

Melihat Jason menekan klakson padanya ketika melalui halte, Citra tersenyum tipis. Meyakinkan dirinya jika masih ada yang mau berteman dengannya meskipun itu sebagian besar untuk modus.

Dia sangat pesimis selama ini, sehingga tidak mudah baginya untuk membuka diri pada calon teman yang menghampiri. Citra terlebih dahulu menjauh, tidak nyaman dengan keberadaan mereka.

Bukan tanpa alasan. Citra bosan dengan penolakan mereka. Awalnya menggebu berteman dengannya. Namun ujung-ujungnya meninggalkannya seorang diri. Kembali seperti sedia kala setelah mereka puas mendapatkan apa yang di inginkan.

Salah satunya memanfaatkan Citra. Sejak sekolah cewek itu sudah biasa menemukan yang di anggap kawan namun ternyata lawan.

Memerintah semena-mena, menjadikan gudik lalu setelah itu mempermalukan dirinya. Menyebut dia tidak pantas berteman dengan mereka. Citra anak sembarangan yang bernasib baik bisa bergabung dengan mereka.

Hinaan demi hinaan sudah sering di dapatkan. Bully demi bully bukan lagi hal baru baginya. Citra menutup mulut selama ini. Membiarkan mereka berapresiasi apa yang di inginkan.

Melawan tiada guna. Yang ada Citra kena imbasnya lagi.

Mereka lawan. Apapun akan dilakukan untuk menumbangkannya. Sudah jelas mereka tahu jika cewek itu lemah. Tetapi tak sedikit pun yang memiliki perasaan untuk membiarkannya tenang dengan kehidupannya.

Tak jauh berbeda dengan Kevin. Cowok itu mendekatinya, seolah-olah tidak ada lagi teman yang bisa di dapatkan dari mana pun. Mencuri-curi waktu untuk bertemu dengannya. Mengatur beberapa kejadian agar mereka saling terlibat.

Dia sudah menduga. Tetapi Citra ingin menganghirinya dengan memberikan sedikit celah. Memiliki hubungan dengannya. Mereka pacaran. Layaknya seperti remaja lain, awalnya begitu manis hingga Citra mulai terlena.

Namun, lihatlah. Sama saja. Cowok itu tak ada bedanya dengan mereka.

Dia lebih parah. Setelah memutuskannya, sekarang menyiksa Citra pelan-pelan tanpa di sadarinya.

"Egh...."

Senyum Citra menghilang ketika bayangan Jason menghilang. Ekor matanya menemukan sebuah mobil berhenti di pinggir jalan. Seperti mobil yang menyipratkan air comberan padanya beberapa saat yang lalu.

Citra tidak peduli, langsung membuang pandangannya. Menunggu bus datang dan membawanya pulang.

Berbeda dengan pemilik mobil berwarna putih di pinggir jalan itu. Di dalam mobil tersebut, Kevin mencak-mencak sendiri. Memaki dan menjambak rambutnya. Memperhatikan cewek itu dari kaca spion. Mengikuti pergerakannya melalui ekor matanya.

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang