Bab 30. Bayangan

156K 13.4K 464
                                    

            Keesokan harinya, Citra menemukan Kevin sudah masuk lagi. Dia bergabung dengan teman-temannya dan tergelak senang. Seperti tidak memiliki masalah sebelumnya, cowok itu sepertinya lebih bersemangat dari sebelumnya.

Citra tidak menemukan tatapan tajam ketika mata mereka bersibobrok. Kevin lebih dulu memutuskan kontak mata, mengabaikan keberadaan Citra yang sepertinya tidak berguna untuknya.

Citra menunduk lesu, menghabiskan waktunya di perpustakaan seperti biasa. Mood Citra untuk berbicara makin berkurang, dia mengabaikan Jason yang mengajaknya mengobrol. Citra hanya menggeleng dan mengangguk saja.

Hari ini Citra tidak bersemangat lagi, entah karena apa. Hatinya kosong tanpa semangat. Bahkan ketika pulang sekolah, motor butut Citra mogok, cewek itu semakin lesu.

Dia menunggu bala bantuan. Mencoba menghidupkan motornya lagi. Citra hampir menangis, bengkel tidak ada yang dekat dari sana jika dia mendorongnya. Cewek itu seringkali tertimpa kesialan jika sudah menyangkut motornya. Dia sudah berusaha menegarkan hati, tetapi di saat seperti ini, tetap saja rasanya menyakitkan.

"Citra? Kenapa motornya?" Citra terkejut. Stef dan Nina berhenti di pinggir jalan.

Lega menyeruaki Citra. "Motor aku mogok." Jawabnya.

"Udah nelpon bengkel?" Cowok itu turun dari motor, membiarkan Nina masih duduk di jok belakang. Citra menggeleng, lalu Stef tersenyum lebar. "Bentar." Citra mengangguk patuh.

Cowok itu memeriksa motor Citra. Mengutak-atik busi, tapi tetap saja tidak bisa hidup. Akhirnya dia memandang lama, lalu merogoh ponsel dari kantong.

Nina turun dari motor, mengajak Citra mengobrol. "Sabar ya. Stef nelpon bengkel dulu." Katanya.

Citra mengangguk sekali lagi. "Makasih ya." Nina tersenyum. Citra merasa lebih baik sekarang.

Mereka menunggu orang bengkel mengambil motor Citra. Cewek itu mengucapkan terima kasih sekali lagi. Jika orang bengkel sudah datang, dia tidak perlu khawatir lagi. Setidaknya motor bututnya aman di tangan yang tepat.

"Lama lo, njing!" Stef berdecak. Sama sekali tidak ada sahutan dari lawan bicaranya. Nina dan Citra menoleh. Ada Kevin memandang mereka sembari membuka helm dari kepalanya. Citra menahan nafas, tidak menyangka jika Stef menelpon Kevin.

Citra menoleh pada Stef, meminta penjelasan dari pandangannya.

"Gue udah nelpon bengkel. Tapi si kunyuk ini juga penting buat nganterin elo, Cit." Kata Stef gemas.

"Aku bisa pulang sendiri. Aku akan nunggu orang bengkelnya datang." Kukuh Citra menolak keberadaan Kevin di sana. Hubungan mereka tidak baik, sama seperti biasa. Tapi kali ini lebih parah, Citra menoleh sekali lagi dan Kevin tetap cuek seperti kemarin.

"Lo nggak punya pilihan lain, Cit."

Citra menggeleng, namun Nina ikut menambahi. "Stef bener, Cit. Kamu pulang di anterin sama Kevin."

Mereka berbicara seolah Kevin tidak ada di sana. Dia tetap diam seperti tadi, sama sekali belum mengeluarkan suara sejak tiba di sana.

Citra tidak memiliki pilihan lain. Kevin menatap tajam pada Citra. Cewek itu menyesali Stef menemukannya terjebak di tengah jalan seperti ini. Lebih baik mereka tidak mengetahuinya daripada berada di situasi seperti ini setelahnya.

Tapi dia akhirnya mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Stef dan Nina langsung pergi setelahnya. Tinggal Citra dan Kevin yang masih dilanda kebisuan.

Citra diam, menunggu Kevin bersuara lebih dulu. Namun sepertinya tidak akan terjadi. Kevin tetap diam di tempatnya. Sedangkan Citra mengambil posisi duduk di pinggir jalan.

Mereka menunggu sekitar lima belas menit, dua orang berseragam khusus menghampiri. Citra berdiri dan memberikan kunci motornya, dia mengucapkan terima kasih setelah memberikan nomornya.

Mereka lebih dulu pergi, salah satu di antara mereka mendorong motor Citra yang tidak hidup. Citra memandang kepergian mereka, menoleh pada Kevin setelah tidak terlihat lagi dari jangkauan pandangan.

Cowok itu mengenakan helm lalu menunggangi motornya. Citra tetap di tempat, cowok itu sama sekali tidak mengajaknya naik. Kevin menoleh kembali, menyuruh Citra duduk di belakangnya melalui tatapannya.

Citra mendekat, memegang bahunya ragu. Dia butuh pegangan untuk menaiki motor besar tersebut. Setelah naik, Citra tidak berani memeluk pinggangnya, cewek itu hanya mencengkeram jaket Kevin bagian samping.

Ketika Kevin melaju kencang, secara otomatis Citra menyandarkan tubuhnya dan mencari tumpuan. Akhirnya melingkarkan kedua lengannya di perut cowok tersebut.

Memejamkan mata karena Kevin melaju seperti orang kesetanan. Menyalip di antara lautan pengendara jalan, tanpa menghiraukan keberadaan Citra di belakangnya.

Selama perjalanana mereka saling diam. Citra mengangkat kepala ketika mereka tiba di depan gang rumahnya. Cewek itu menunggu Kevin berbicara kali ini, tetapi sepertinya akan sia-sia saja. Kevin tanpa berbicara menunggu Citra sadar diri turun segera dari motornya.

"Terima kasih" Kata Citra pelan.

Kevin tetap diam, lalu kembali melaju kencang meninggalkan Citra terbengong-bengong di tempatnya. Sejarah yang tidak pernah terjadi di antara mereka, Kevin hanya mengantar hingga di depan gang. Sama sekali tidak mengeluarkan suara meskipun itu hanya decakan atau semacamnya.

Lebih parahnya, Kevin sama sekali tidak membuka helm yang dikenakannya.

Citra berjalan lesu ke rumah. Melepas helm yang masih dikenakannya sejak tadi. Terlihat sangat aneh jika dia mengenakannya ketika berjalan kaki.

***

Jakarta, 25.06.18

Pertanyaan.

Sibangke kali ini kena syndrom apa ya?😆

a. Sakit gigi

b. Suaranya lagi serak-serak becek

c. Suaranya mahal

d. Biar Citra merasa kehilangan banget

e. (Isi Sendiri)

Follow ig.

ila_dira

Novel.dira





Nb. Gak suka bikin part panjang. Jangan paksa gue!

EX [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang