93. 雨中温情一幕 - Kehangatan Dalam Hujan

3.1K 178 15
                                    

Hujan deras sore hari ketika pulang sekolah, meskipun hujan tidak besar, tapi hujan selama di musim ini sangat dingin.

Bai Luoyin mendorong sepeda dari parkirannya, lalu berkata kepada Gu Hai, "Pakailah sepeda ini pulang".

Gu Hai tidak berkata apapun, dia hanya melepaskan tas Bai Luoyin dari punggungnya untuk mengambil alih, artinya sangat jelas.

Ketika sampai di pintu gerbang, Gu Hai mengusap muka dengan tangannya, kemudian berkata, "Bonceng saya".

Ini pertama kalinya Gu Hai meminta seperti itu, biasanya tidak peduli cuaca apapun Gu Hai yang selalu membonceng Bai Luoyin, karena khawatir Bai Luoyin akan kelelahan.

Melihat Gu Hai seperti itu, Bai Luoin merasa sangat senang, ini pertama kalinya sang adik menunjukkan kelemahannya, Bai Luoyin bersemangat, ia juga menunjukan sikap sebagai kakak.

Sepanjang jalan hembusan angin bercampur hujan terasa sangat dingin.

Gu Hai segera melepas jaketnya dan memakaikannya ke tubuh Bai Luoyin.

Sadar hal itu, kini Bai Luoyin tahu maksud dari Gu Hai ingin dibonceng oleh dirinya.

"Tidak usah dipakaikan kepadaku, saya tidak kedinginan, kau pakailah sendiri". Seluruh wajah Bai Luoyin basah.

Gu Hai tidak menghiraukannya, dia segera melepas tas dari punggungnya dan memayungi Bai Luoyin dengan tas itu.

Kemudian usapan tangan hangat Gu Hai menyeka wajah Bai Luoyin, tindakan itu mampu menghangatkan hati kedua orang tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemudian usapan tangan hangat Gu Hai menyeka wajah Bai Luoyin, tindakan itu mampu menghangatkan hati kedua orang tersebut. Gu Hai terus mengusap wajah hangat Bai Luoyin itu berulang kali. Ini pertama kalinya Bai Luoyin tidak menolak tindakan intim Gu Hai di depan umum.

Keduanya diam, tetapi hati mereka tetap berkomunikasi.

Angin bertiup dari belakang, hal itu membuat Gu Hai bertambah kuyup. Diam-diam Gu Hai mengingat, selama musim ini angin pasti bertiup searah dengan mereka, pagi hari angin berhembus menuju sekolah, begitupun sepulang angin bertiup menuju rumah.

Sesampai di rumah Bai Luoyin, Gu Hai mandi di kamar mandi yang baru selesai direnovasi, dan semua pakaian basahnya ia letakan di sampingnya.

Bai Luoyin keluar dari kamarnya dengan membawa sebuah baju tebal menuju kamar mandi kemudian mengetuknya.

"Masuklah". Gu Hai berkata di dalam.

Bai Luoyin pun masuk tanpa melihat Gu Hai, dia langsung menaruh baju tebal itu dan berkata, "Di luar sangat dingin, setelah selesai mandi pakailah".

Gu Hai merasakan kehangatan dalam hatinya. Perasaan mereka berubah seperti genangan air yang mengalir ke saluran pembuangan.

"Bisa tolong saya, air dinginnya tidak bisa keluar".

Bai Luoyin membalikkan badannya ke arah Gu Hai. "Potong!".

Kemudian membuka pintu dan keluar.

Air hangat begitu nyaman tertuang di punggung Gu Hai, Gu Hai tidak dapat bantuan, dia merasa bahwa istriku memang terlalu pintar, tidak mudah untuk dibohongi!

KECANDUAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang