Gu Yang pura-pura tidak mendengar, tapi Bai Luoyin yang berada di sampingnya terus saja mengoceh. "Banyak memar di mana-mana sebelum kematiannya, bibirnya kering dan pucat, seperti kulit kayu tua, dia menangis sedih. Saudaraku... Saudaraku... Aku sangat kehausan, aku terpaksa menggerogoti jari-jariku hingga hancur, aku minum darahku sendiri. Saudaraku, aku lapar sekali, aku hanya bisa makan akar pohon dan cacing tanah. Ah... Dingin... Dingin sekali, semua jari-jari kakiku retak, berdarah...".
Mendengar suara Bai Luoyin yang mencekam, Gu Yang berteriak, "Jangan samakan aku dengan Dahai, aku tidak akan mudah tertipu".
"Ahhh...!!!".
Dalam kesunyian malam itu, Bai Luoyin tiba-tiba berteriak, tanpa peringatan.
Gu Yang sangat terkejut.
"Aku melihat Dahai. Aku benar-benar melihat Dahai. Dia ada di kolong tempat tidur...".
Setelah berkata seperti itu, Bai Luoyin menjatuhkan setengah dari tubuhnya ke bawah tempat tidur, hanya menyisakan kaki yang masih melekat di tempat tidur. Saat kepalanya sudah menghadap kolong tempat tidur, segera dia berkata dengan tegas.
"Dahai, jika kamu ingin mengatakan sesuatu, katakanlah padaku".
Gu Yang sangat kesal, tapi dia menahan amarahnya.
Tiba-tiba Bai Luoyin terjatuh dari tempat tidur, dari bawah tempat tidur itu, dia terus bicara, seolah-olah memang benar dia mendengar sesuatu. Ada banyak kata-kata yang keluar dengan jelas, yang semuanya itu ditujukan kepada Gu Yang. Seperti biasa, Gu Yang masih pura-pura tidak mendengarnya, tapi Bai Luoyin tidak putus asa, dia terus mengulangnya hingga beberapa kali.
Akhirnya, Gu Yang merasa tidak tahan lagi. Dengan cepat dia bangkit dan meraih sabuk Bai Luoyin, mencoba menariknya kembali ke atas tempat tidur. Tapi faktanya, sabuk itu tidak bisa melawan beban gravitasi dari beban tubuh pemakainya, akibatnya sabuk itu mengendur dan terbuka, otomatis Bai Luoyin kembali ambruk.
Mata Gu Yang terbuka lebar saat melihat orang itu ambruk ke lantai, hanya menyisakan satu sabuk di tangannya.
"Dahai, aku di sini untuk menemanimu". Bai Luoyin berkata lirih.
Gu Yang segera mengangkat tubuh Bai Luoyin, tetapi dia merasakan tubuh itu sangat kaku.
Gu Yang merasa hatinya menegang, dengan cepat dia menyalakan lampu. Seketika kamar itu menjadi terang, dan terlihat wajah Bai Luoyin yang pucat, seolah sudah tidak ada darah lagi yang mengalir di tubuhnya, matanya melotot, bibirnya bergetar, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa.
Dalam keadaan panik, Gu Yang langsung memapah Bai Luoyin ke atas tempat tidur, dan segera memanggil dokter. Ketika dia menutup telepon, Bai Luoyin sudah tidak sadarkan diri.
"Sial, aku sudah kalah darimu. Jangan-jangan trik seperti ini kamu gunakan juga untuk mengikat Gu Hai?".
Dengan sedikit panik, Gu Yang berdiri di samping tempat tidur, dia tidak bisa berkata-kata.
Sejak saat pertama kali Bai Luoyin meminta bantuan kepadanya, sebenarnya Gu Yang sangat ingin membantu, adapun persyaratan yang tidak masuk akal itu, murni karena kejahilannya, dia hanya ingin menggoda Bai Luoyin. Kedua, dia ingin kalau Bai Luoyin menyerah dan akhirnya pergi, dengan begitu dia bisa segera tidur dengan nyaman, dan keesokan harinya bisa pergi ke pangkalan militer dengan kondisi tubuh yang bugar.
Siapa sangka, kejahilannya itu berimbas balik, boleh dikatakan senjata makan tuan.
---------
Pagi-pagi sekali, Gu Weiting menerima panggilan dari Gu Yang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN
RomanceBUKU 2. MUSIM KE-1 悸动青春 (jì dòng qīngchūn - Gejolak Masa Remaja) Bab 80 - Bab 208 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyī...