156. 肺都快气炸了 - Paru-Parunya Telah Meledak

2K 121 15
                                    

Gu Hai langsung menuju ke kediaman Zhen Dacheng.

Gu Hai sama sekali tidak memiliki rasa segan, sejak lahir sampai sekarang, Gu Hai hanya bertemu tidak lebih dari tiga kali. Jika bukan karena ibunya yang suka sesekali menyebutnya, Gu Hai tidak akan pernah tahu bahwa dia memiliki keluarga seperti itu, selebihnya dia tahu tentang Zhen Dacheng dari segelintir orang luar. Sifatnya yang eksentrik, keras kepala, karakternya yang buruk, selalu bertentangan... Akibatnya setelah dia mendengar bahwa Bai Luoyin pergi menemui Zhen Dacheng, dia tidak dapat menahan diri untuk mengirimkannya sebuah api besar.

Dua penjaga menghentikan Gu Hai.

"Perlihatkan identitasmu".

Tanpa pikir panjang, Gu Hai segera menghantam salah satu dari penjaga itu, "Identitas nenekmu!".

Serangan dadakan itu membuat para penjaga tidak punya kesiapan.

Penjaga lain segera bergegas dengan wajah bengis, Gu Hai segera menyeretnya ke sisi dinding hingga terjatuh. Penjaga yang dihantam tadi diam-diam menyerang Gu Hai dari belakang, tetapi tindakan Gu Hai lebih cepat darinya, akibatnya sebuah tinju melayang di tempat yang sama, rahang penjaga itu patah, sampai mulutnya tidak bisa dibuka. Saat penjaga yang terjatuh tadi akan berteriak, dengan cekatan Gu Hai mengunci batang leher belakang penjaga itu dengan kakinya, sekedar mendengar teriakan, penjaga itu tidak bisa lagi menengadahkan kepalanya.

Gu Hai menggila, ia memasuki halaman itu seperti badai dahsyat, sampai akhirnya dia tiba di depan pintu kediaman Zhen Dacheng.

Para penjaga berwajah zombie itu tidak bisa tidak melihat Gu Hai. Bagaimana bisa orang itu lebih sadis daripada kita?

"Tuan Zhen sedang sibuk, anda tidak diperbolehkan masuk".

Gu Hai meliriknya dengan senyum dingin. "Tahukah kamu rasa telur itu sangat sakit?".

Zombie itu memunculkan pandangan sekilas .

Selang beberapa detik, ujung sepatu Gu Hai yang keras itu telah menghantam selangkangan penjaga itu. Wajah garang penjaga itu kini telah berubah menjadi wajah kesakitan, meringis hingga berkeringat, sampai akhirnya tersungkur dan mengerang, terlihat di celana itu terdapat garis tanda darah.

Sementara Zhen Dacheng sedang duduk menikmati teh di dalam ruangan, menghadap jauh dari jendela, sehingga tidak mengetahui apa yang terjadi di luar.

Gu Hai segera masuk ke ruangan itu dengan langkah lebar, dengan cekatan, Gu Hai merebut mangkuk teh dari tangan Zhen Dacheng, dan melemparkannya ke lantai. Karena benturannya sangat keras, membuat serpihan kaca mangkuk itu memantul dan menimpa punggung tangan Zhen Dacheng, dan menggoresnya menggambar mulut kecil.

"Zhen Da Cheng". Gu Hai meremas tiga kata itu dengan giginya.

Zhen Dacheng menatap mata Gu Hai, seolah-olah dia telah mengharapkan kedatangannya, lalu bertanya dengan tenang. "

"Ada apa?".

"Keparat!".

Seiring dengan teriakannya, Gu Hai membanting Zhen Dacheng ke lantai sambil menghujani dengan tinjunya tanpa ampun.

Ketika Zhen Dacheng masih muda, tepat dimana dia masih merupakan seorang jenderal yang kuat. Meskipun sekarang sudah tua, tapi dia masih tetap menjaga fisiknya, tulang-tulangnya begitu kuat, disaat dia mendapat serangan dari Gu Hai bukan sebuah masalah. Masalah yang sebenarnya adalah Gu Hai itu sudah gila, dan orang gila itu memiliki kekuatan yang tak terbatas, akibatnya, dia hanya bisa melindungi dirinya sendiri, tetapi tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Bahkan jika dia terus berada di posisi seperti ini, sekeras apapun tulangnya, lambat laun pasti akan patah juga juga.

KECANDUAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang