"Hei? Bagaimana kamu bisa datang dari sana?". Bai Luoyin menatap Gu Hai dengan tatapan heran.
Kecemasan Gu Hai yang teramat sangat, membuat bibirnya berubah menjadi ungu. Ketika dia melihat Bai Luoyin yang sedang menikmati tanghulu dengan tenangnya. Bagaimana mungkin hatinya tidak bisa terbakar.
"Kemana saja kamu!?".
Wajah Bai Luoyin langsung menegang, bahkan senyum yang awalnya menghiasi bibirnya, seketika memudar. "Saya pergi membeli dua tusuk tanghulu".
Kemudian dia menyodorkan tanghulu kepada Gu Hai.
Gu Hai tidak peduli, dia masih menginterogasi dengan wajah gelapnya, "Mengapa kamu tidak bilang kalau kamu mau pergi membeli tanghulu? Tahukah kalau aku sangat cemas!?".
Bai Luoyin merasa kesal. "Aku sudah bilang, kamu saja yang tidak mendengar!".
"Kalau kamu serius, apa mungkin aku tidak bisa mendengarnya!?". Teriak Gu Hai, "Memangnya kamu tidak bisa menunggu, dan kita bisa membeli bersama!? Tidak akan sampai mati juga kan sebentar menahannya!?".
Bai Luoyin membanting tanghulu ke tanah yang tadinya akan diberikan kepada Gu Hai, dan dengan marah berkata. "Terserahlah mau makan atau tidak!!".
Bai Luoyin memalingkan mukanya, dan langsung berbalik pergi.
Gu Hai segera meraih ujung pakaian Bai Luoyin, tapi Bai Luoyin langsung menepisnya, Gu Hai meraihnya lagi, dan Bai Luoyin kembali menepisnya lagi.
Baru saja dua orang itu mengobrol dan tertawa di jalan, tapi dalam sekejap kesenangan itu terkoyak.
Setelah saling menarik dan menghindar, kemarahan Bai Luoyin yang telah memuncak, dengan refleks dia mengepalkan tangannya dan langsung meninju wajah Gu Hai. Seperti kata pepatah, kamu bisa memukul orang tapi tidak memukul wajahnya. Gu Hai langsung naik pitam, kemarahannya sudah tidak bisa diredam lagi, tanpa basa-basi lagi, dia langsung menendang pantat Bai Luoyin.
Tendangan itu batas akhir yang disebabkan oleh keegoisan tuan muda Bai, karena perkataan sudah tidak ada gunanya lagi. Wajah Bai Luoyin begitu suram dan gelap seperti hitamnya pantat panci. Dia segera menghentikan taksi, dan pergi.
Gu Hai hanya bisa berdiri di jalan sambil menggertakkan giginya. Hanya karena tanghulu, bisa membuat keduanya saling mencabik satu sama lain. Memang benar untuk membangun sebuah hubungan yang harmonis itu tidak dapat dipupuk dalam jangka hanya satu malam.
Napas Gu Hai sangat berat, diapun memutuskan untuk segera pulang. Ketika dia berbalik, tiba-tiba dia melihat sebuah toko kecil yang menjual tanghulu, dan itu ternyata tidak jauh dari toko dimana dia membeli rokok tadi. Sekali melihat saja sudah ramai pembeli, bukankah dia tidak suka antre?
Ada rasa penyesalan dalam hati Gu Hai ketika melihat lagi tanghulu yang sudah hancur di tanah, akibatnya Gu Hai menuju ke toko kecil itu untuk membeli beberapa tusuk tanghulu untuk dibawa pulang.
Bai Luoyin sudah berada di rumah, dia mengurung diri di kamar tidur. Barang-barang yang dia beli bersama Gu Hai tadi, dilemparkannya di depan pintu.
Ketika Gu Hai memasuki pintu, ada tumpukan kantong-kantong yang berserakan di bawah kakinya, jelas itu menghalangi langkahnya.
Tanpa berkata apa-apa, Gu Hai langsung membereskannya. Ketika sampai di ambang pintu kamar tidur, dia berdiri sambil menjinjing tanghulu, kemudian berdeham. Saat itu posisi Bai Luoyin membelakangi Gu Hai, meski begitu, ketika terdengar ada suara dari arah belakangnya, dia tidak mau menoleh.
Gu Hai segera menghampirinya, dan meletakkan tangannya di bahu Bai Luoyin, seketika terdengar, 'pergi'. Tidak terpengaruh dengan reaksi seperti itu, dengan santai Gu Hai langsung memperlihatkan tanghulu di depan mata Bai Luoyin, tapi lagi-lagi Bai Luoyin tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN
RomanceBUKU 2. MUSIM KE-1 悸动青春 (jì dòng qīngchūn - Gejolak Masa Remaja) Bab 80 - Bab 208 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyī...