Di tengah perjalanan, Gu Hai mengendarai mobil tanpa arah, beberapa kali dia harus berbelok, tapi setelah berbelok, dia tampak seperti kebingungan, beberapa kali dia mengubah rutenya, sementara wanita cantik itu masih tetap tenang duduk di belakang. Setelah merasa lingkungan di sekitarnya cukup aman, Gu Hai memutarkan mobilnya kembali menyusuri jalan sebelumnya.
"Putar balik di lampu lalu lintas depan saja". Si cantik tiba-tiba berbicara.
Di balik rasa syukurnya, tiba-tiba Gu Hai tersadar kalau ada seseorang yang masih duduk di belakang.
"Saya dikepung oleh sekelompok orang. Jika bukan karena kau muncul tepat waktu, sangat mustahil saya masih bisa melarikan diri". Bibir Gu Hai memaparkan senyum.
Si wanita cantik itu berkata lembut, "Saya tahu".
Gu Hai terkejut. "Tahu?!".
"Saat kau melakukan pelecehan, saya tahu kamu dalam masalah".
Ini kali pertama bagi Gu Hai mendengar seorang perempuan berkata melecehkan, dia mulai berpikir. Bagaimana bisa seorang gadis cantik, bermobil mewah, tapi dengan kehidupan yang begitu berani, dia bukan orang seperti itu kan?
"Memangnya kamu tidak takut kalau saya menculikmu, lalu menjualmu?". Gu Hai mencoba memancing.
Wanita cantik itu tersenyum, terlihat lesung pipinya yang indah.
"Kamu bukanlah orang yang seperti itu".
"Memangnya kamu bisa melihat?". Gu Hai melirik ke belakang.
Wanita cantik itu mengangguk, "Intuisi".
Gu Hai tidak berbicara lagi. Sekarang dia sedang berpikir untuk segera menemukan pom bensin agar bisa mengisi bahan bakar mobil wanita itu, sebagai rasa terimakasihnya. Tapi saat dia menyentuh kantong pakaiannya, dia merasa kalau uangnya sudah lenyap. Akibatnya, tidak ada yang bisa dilakukan selain minta maaf.
"Kamu orang Beijing?". Tanya wanita cantik itu.
"Mm".
"Tidak asing dengan dialeknya! Kamu di sini sekedar jalan-jalan? Atau mengunjungi kerabat?".
"Menengok kerabat, kamu asli orang sini?".
"Orang tuaku di Qingdao, tapi saya sekolah di Beijing. Hei, apa kamu juga seorang pelajar? Dari penampilanmu terlihat seperti masih di bawah dua puluh tahun".
Gu Hai tersenyum, "Kamu adalah orang pertama yang mengatakan kalau saya terlihat masih muda. Istriku saja selalu mengatakan kalau saya terlihat sudah tua".
Wanita cantik itu terkejut. "Kamu sudah punya istri?".
"Iya, saya menikah muda!".
Si cantik, "...".
Ketika masih ada jarak menuju rumah sewaannya, Gu Hai segera menghentikan mobil, dan langsung mengucapkan terima kasih.
Si cantik mengambil inisiatif untuk bertanya, "Berapa nomor ponselmu, agar kita bisa sering berhubungan".
"Nomor ponselku selalu berubah, meskipun sekarang kamu tahu, itu akan percuma". Gu Hai segera membuka pintu, dan keluar.
Wanita cantik itu segera mengikutinya, dan sekarang dia sudah bisa melihat kalau Gu Hai sudah terlihat jauh lebih baik. Matanya dipenuhi riak air yang berbeda.
"Saya sudah membantumu, tapi kamu tidak mau memberikan nomor ponselmu, apakah kamu memang orang yang pelit? Bahkan sayapun tidak meminta ganti rugi bensin".
Satu kaki Gu Hai masih belum pulih sepenuhnya, tidak ada hal lain dalam pikirannya, selain ingin segera pulang, lagipula diapun sudah tidak ingin berurusan lagi dengan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN
RomanceBUKU 2. MUSIM KE-1 悸动青春 (jì dòng qīngchūn - Gejolak Masa Remaja) Bab 80 - Bab 208 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyī...