Setelah psikiater itu pergi, Gu Hai dibawa ke auditorium kecil oleh dua pasukan khusus, untuk menyaksikan pertunjukan. Sejujurnya, boleh dikatakan itu bukan sebuah pertunjukan biasa, tapi pertunjukan ajang masturbasi. Hanya ada satu orang Gu Hai di dalam auditorium kosong itu. Pemerannya cukup banyak, dan mereka semua adalah wanita berpayudara besar dan berpantat montok. Satu demi satu, mereka naik ke atas panggung, berlenggak-lenggok bak ajang pemilihan selir putra mahkota.
Gu Hai menyaksikannya.
Kali ini Gu Weiting benar-benar serius.
Gu Hai tidak tahu dari mana ayahnya bisa menemukan dan bisa tahu pemeran-pemeran itu, tipe yang seperti apa, begitupun bentuk pertunjukannya. Tanpa kecuali, semua itu semata-mata hanya untuk menunjukkan kecantikan fisik wanita itu. Pertunjukan vulgar dan erotis sengaja ditampilkan sedemikian rupa, khusus untuk Gu Hai yang sedang duduk di sana. Jika saja pertunjukan itu dipersembahkan untuk para prajurit, pasti mereka tidak akan beranjak.
Gu Hai hanya bisa menundukkan kepalanya dari awal sampai akhir, sesekali dia mengangkat kepalanya, dan menutup matanya.
Saya tidak mau melihatnya, benar-benar tidak tertarik.
Ketika perencana acara tersebut melihat ekspresi tuan muda Gu yang tampak tidak ada minat sama sekali, akhirnya dia menegur kepada beberapa pemeran yang baru saja turun dari panggung. "Sajian apa saja yang kalian suguhkan? Dari sekian banyak dari kalian di sini, tapi tidak ada satupun yang bisa membangkitkan gairahnya! Bukankah sudah aku katakan untuk lebih agresif lagi? Mainkan ekspresi wajah kalian, semuanya tidak ada yang memuaskan, tidak ada yang dapat menguasai panggung kecil ini! melihat tampilan kalian, rasanya aku mau tidur saja!".
"Harus bagaimana lagi kita melakukannya?". Salah satu dari pemeran itu berkata.
"Kami menari sesuai koreografi, meskipun harus terus melakukannya, pasti gerakannya akan terus bolak-balik seperti itu. Semua gerakan juga sudah sevulgar mungkin, sungguh benar-benar tidak dapat dipahami".
"Sudah, sudah, jangan berisik!!". Perencana itu berwajah gelap. "Apa pertunjukan selanjutnya?".
"Menyanyi dengan suara nakal".
"Lewat! Langsung tarian erotis di tiang".
Kali ini Gu Hai membuka kelopak matanya. Meski begitu tetap saja tidak ada reaksi dari Gu Hai. Dia hanya berpikir bahwa yang paling menarik dari bagian itu adalah tiang besi yang memanjang di tengah panggung.
Pertunjukan selanjutnya adalah penuh dengan musik panas. Sekelompok wanita liar menari dan berputar di atas panggung. Gu Hai yang duduk di depan, ketika dia membuka kelopak matanya, dia bisa langsung melihat dua bongkahan besar bunga putih dari para penari itu.
[Yang dimaksud bunga putih adalah payudara].
Dalam hatinya, Gu Hai ingin tertawa. Apakah otak Gu Weiting sudah terganggu? Daripada mengeluarkan dana besar demi pertunjukan ini, bukankah lebih baik dia memberiku beberapa keping DVD ke kamar? Itu jauh lebih sederhana dan lebih efisien!
----------
Kembali ke kamar.
Setelah selesai mandi, Gu Hai langsung ambruk di tempat tidur sambil bermain dengan ponselnya.
Untungnya, Gu Weiting tidak menyita alat kontak itu.
"Yinzi...". Suara lembut dan basah keluar dari mulut Gu Hai.
Hening.
Tidak ada jawaban untuk beberapa saat dari sisi lain.
"Sedang apa?".
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN
RomanceBUKU 2. MUSIM KE-1 悸动青春 (jì dòng qīngchūn - Gejolak Masa Remaja) Bab 80 - Bab 208 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyī...