157. 萌哥哥萌弟弟-Gairah Kakak Beradik

3K 129 8
                                    

Setelah Bai Hanqi pergi, Gu Hai merayap masuk ke dalam selimut Bai Luoyin, dan menyelipkan tangannya diantara kaki Bai Luoyin. Pada awalnya Bai Luoyin merasa sedikit risih, tapi akhirnya Bai Luoyin merasa hangat dan nyaman, Bai Luoyin-pun membiarkannya.

"Kalau kamu makan, kata Tongtian kamu selalu memuntahkannya".

Gu Hai segera bangkit dan menuju pintu.

Tapi tiba-tiba Bai Luoyin mencegahnya.

"Jangan mengambil apa-apa, saya tidak lapar, saya juga masih terasa sakit dan mual".

"Makan sedikit bubur".

"Tidak mau".

Gu Hai sangat merasa kasihan melihat Bai Luoyin, akhirnya dia memaksa dirinya keluar.

Saat itu Meng Tongtian sedang berdiri di luar sambil bermain tongkat, ketika melihat Gu Hai keluar, wajahnya sangat ceria bagai bunga mekar, Meng Tongtian langsung menempel pada Gu Hai dan berkata, "Kakak Gu Hai, tidak pulang kan malam ini?".

"Tidak". Gu Hai menatapnya dengan wajah ceria.

Meng Tongtian memiringkan sedikit kepalanya, matanya bersinar, "Apa mau tidur di kamarku?".

Gu Hai terkejut sejenak, kemudian teringat kalau Bai Luoyin sudah memberikan kamar itu menjadi milik Meng Tongtian.

"Iya, kakak akan tidur di kamarmu".

"Berarti kita akan tidur bertiga!". Hatinya sangat senang,
Meng Tongtian berjalan mengelilingi Gu Hai dengan penuh semangat.

"Eh....". Gu Hai meraih Meng Tongtian, dan berkata lembut, "Tongtian, malam ini kau tidur dengan ibumu ya, tempat tidur itu terlalu sempit, kakak takut jika kita bertiga tidak akan cukup tempat".

"Tidak apa-apa, saya hanya perlu tempat sedikit saja". Meng Tongtian meragakan dengan kedua tangannya.

Gu Hai berdeham dua kali, tersipu saat melihat Meng Tongtian, "Saudaramu kan sedang sakit, jadi perlu istirahat dengan baik, jika kita tidur bersama itu malah akan mengganggunya".

"Kata siapa?". Meng Tongtian mendongak, "Kata ibu, jika sedang demam harus banyak berkeringat, jadi kalau kira tidur bersama maka akan menghasilkan keringat yang banyak".

Gu Hai mengusap kepala Meng Tongtian. "Saya harus ke dapur dulu untuk mengambil sesuatu yang bisa, dimakan. Nanti kita bicarakan lagi".

Meng Tongtian mengangguk, kemudian pergi.

Diskusi? Gu Hai mendengus, aku akan mengunci pintu ketika aku sudah di dalam kamar!

Ketika Gu Hai kembali dari dapur menuju kamar, tiba-tiba mangkuk bubur di tangannya itu tergelincir sampai akhirnya terlempar ke lantai, sementara Meng Tongtian sedang berbaring di tempat di mana dia menunggu, tangannya memegang salah satu lengan Bai Luoyin, tertidur. Gu Hai tidak bisa berbuat apa-apa selain menggertakkan giginya. Tindakanmu sangat cepat!

Gu Hai segera meletakkan mangkuk bubur itu di meja, dia tidak mengatakan apa-apa dan langsung menggendong Meng Tongtian keluar. Tidak lama kemudian, Meng Tongtian mengigau, mulutnya meracau seperti menolak sesuatu. Pada saat itu bibi Zou datang mencari Meng Tongtian dan melihat Gu Hai sedang menggendongnya. "Anak ini suka menempel padamu, bahkan setiap hari suka menunggu kedatanganmu".

Dengan perlahan Gu Hai segera menyerahkan Meng Tongtian kepada bibi Zou, dengan perasaan lega dia kembali ke kamar, sementara Bai Luoyin hendak makan bubur.

"Sini". Gu Hai meraih mangkuk itu.

Bai Luoyin tidak menolak, saat ini dia patuh.

Gu Hai mengambil sesendok penuh bubur, kemudian meletakkannya di ujung mulutnya dan meniupnya, lalu mencoba dengan ujung lidahnya. Setelah dirasa tidak terlalu panas, segera dia menyuapi Bai Luoyin.

KECANDUAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang