198. 老顾视察民情-Lao Gu Memeriksa Keadaan

1.4K 96 5
                                    

Sejak kepergian Bai Luoyin, Bai Hanqi selalu menunggunya, berharap dan berharap. Tidak bisa dipungkiri diam-diam hati kecilnyapun menanti kedatangan Gu Weiting.

Hari ini adalah hari perayaan xiaonian, hari dimana makan tángguā.

Ketika Gu Weiting berjalan menuju kediaman keluarga Bai, bibi Zou dan Bai Hanqi sedang sibuk di dapur, kepulan asap putih keluar melalui cerobong asap, bersamaan dengan aroma masakan daging yang memenuhi halaman itu. Tidak jauh di sudut sebelah timur, tampak kakek Bai sedang merapikan botol-botol, sementara nenek Bai yang takut kedinginan, dia hanya duduk di dalam sambil menonton acara televisi.

[小年 (xiǎonián - tahun kecil), sehari sebelum perayaan tahun baru imlek].

[糖瓜 (tángguā - gula labu), sejenis gula-gula yang terbuat dari beras kuning dan malt. Sebagai makanan khas perayaan xiaonian].

Tidak terasa sekarang Meng Tongtian sudah tumbuh jauh lebih tinggi. Dia sedang berada di halaman untuk bermain, ketika dia sedang berlari mengitari pohon besar, dia melihat ada seseorang yang masuk, dengan segera dia langsung meraih sakunya, mengeluarkan sebuah kotak kecil dan mengeluarkan isinya, kemudian dilemparkannya, tanpa disangka lemparan itu tepat mendarat di kaki Gu Weiting.

Darrr!

Suara petasan itu pecah memekakkan telinga Gu Weiting.

Gu Weiting langsung menatap Meng Tongtian, mencuri lihat mulut kecil dan tangan kecilnya.

"Tongtian, kamu berbuat nakal lagi!". Suara Bibi Zou keluar dari dapur.

Meng Tongtian menyembunyikan wajahnya di hadapan Gu Weiting, sebelum akhirnya dia lari.

Bai Hanqi keluar dari dapur dengan celemek putihnya. Seperti seorang ahli memasak, meski kenyataannya hanya membuat masalah di dapur.

"Gu Laoge, rupanya anda di sini". Bai Hanqi menahan senyum sambil melepas celemeknya, dan mengikuti Gu Weiting masuk ke dalam rumah.

Sesampainya di dalam, Bai Hanqi segera menuangkan secangkir teh, lalu mengantarkannya kepada Gu Weiting, dan berkata dengan sopan, "Meskipun ini bukanlah teh yang baik, tapi tolong diminum".

Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Gu Weiting, matanya terus memandang ke setiap dudut ruangan. Meskipun ruangan itu terlihat bagus dan rapi dengan lukisan dan televisi baru, tapi tetap saja tidak bisa menutupi penampilan lamanya.

Bai Hanqi pertama kali berbicara. "Gu Laoge, akhir-akhir ini pasti anda sangat sibuk ya?".

Gu Weiting dengan samar berkata, "Tidak juga".

Bai Hanqi tidak bisa menemukan topik untuk dibicarakan, dia berharap Gu Weiting bertanya tentang anak laki-lakinya, namun kenyataannya Gu Weiting tetap tidak berbicara dari awal sampai akhir, meskipun duduk berdampingan tetap saja ekspresinya masih datar. Melihat hal itu Bai Hanqi merasa bersalah, bahkan orang yang tidak bersalahpun, jika melihat sikap Gu Weiting yang seperti itu, sudah bisa dipastikan orang itu akan merasa tertekan karena sikapnya.

Tidak lama kemudian, Gu Weiting berdiri, kemudian membuka tirai kamar Meng Tongtian, dan masuk. Bai Hanqi mengikuti dari belakang.

"Setiap akhir pekan Yinzi dan Dahai pasti pulang. Ketika mereka pulang, terpaksa si bungsu harus tidur dengan kami, dan mereka tidur di kamar ini". Bai Hanqi bercerita.

Gu Weiting melirik, dan melihat tempat tidur ganda yang dirasa sangat aneh.
Ekspresi wajahnya menunjukkan warna keraguan.

Melihat ekspresi Gu Weiting, Bai Hanqi tersenyum canggung. "Awalnya kamar ini hanya memiliki satu tempat tidur saja, karena Dahai sering tidur di sini, terpaksa dia harus tidur berdesakan dengan Yinzi. Tapi setelah saya mendapat gaji yang lumayan, saya membeli satu lagi tempat tidur untuk Dahai, dengan begitu mereka tidak akan berdesakan lagi ketika tidur. Tapi siapa yang menyangka, dua hari kemudian Dahai telah mengubahnya menjadi satu tempat tidur".

KECANDUAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang