Setelah satu hari penuh dengan rutinitasnya, tubuh lelah Gu Yang akhirnya kembali ke rumah, segera ia melepas mantel dan menggantungnya, saat dia melonggarkan dasinya, terbersit dalam pikirannya untuk mandi air panas terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas lain.
Ketika melewati ruang kerja, tidak terlihat Gu Hai di sana. Kemudian Gu Yang masuk dan melihat tugas-tugas yang diberikan kepada Gu Hai sebelum dia berangkat tadi pagi sudah selesai dikerjakan. Mungkin sekarang sedang berada di kamar untuk istirahat.
Gu Yang masuk ke kamar mandi.
Terdengar suara air, Gu Hai segera mengeluarkan kepalanya, melirik keluar dari arah dapur. Rupanya sang fasis sedang mandi.
Untuk menyenangkan hati pria yang kesepian dan bekerja sepanjang hari, Gu Hai berinisiatif membuat masakan lezat untuknya, agar kehangatan keluarga tetap terjaga.
Ketika Gu Yang mandi, dia mencium aroma sedap masakan. Ini merupakan rasa seorang ibu yang telah lama hilang. Selama bertahun-tahun di luar negeri, bisa di hitung berapa kali dia makan makanan asli Tiongkok, kalaupun ada bahan mentah untuk diolah sendiri, itu tidak memiliki citarasa yang tinggi.
"Ada apa hari ini?". Gu Yang segera membungkus tubuhnya dengan jubah handuk, dan bersandar di pintu dapur, "Apa makanan barat tidak enak? Sehingga kau memasak sendiri".
Sambil terus tangannya bekerja, Gu Hai berkata tenang, "Saya sudah biasa masak di rumah".
Gu Yang yang mendengar tentang itu, membuat dirinya tetap bersikap skeptis. Tapi hari ini, dia berdiri di sini, melihat tangan besar seseorang yang jelas tidak cocok untuk memasak, saat menggunakan pisau dapur begitu sangat terampil di atas talenan kayu yang sudah lama tidak digunakan itu menimbulkan bunyi toktoktok, tidak lama kemudian, irisan mentimun yang tipis mulai dipindahkan ke sisi piring yang sudah disiapkan.
Gu Yang terkagum. Setahun yang lalu ketika dia pulang, Gu Hai masih sangat kaku. Siapa yang memiliki kemampuan besar dalam satu tahun ini, bisa mengubah seorang pria maskulin menjadi begitu setia dan perhatian, seperti suami dalam keluarga?
"Kamu keluarlah dulu, di sini berasap". Gu Hai dengan ramah mengingatkan.
Gu Yang patuh.
Dua puluh menit kemudian, beberapa hidangan sudah tersaji di atas meja, tidak ketinggalan sup ayam yang sudah direbus selama dua jam, beberapa potong rotipun sudah tersedia, juga mangkuk lengkap dengan sumpitnya sudah siap di atas meja itu, semua tertata rapi.
"Makan". Sapa Gu Hai.
Gu Yang segera mengambil sumpit dan mengambil sepotong daging. Saus yang kental dan harum, meski tidak terlalu berminyak tetapi sangat lezat. Jika saja memakai minyak babi sebagai pengganti minyak zaitun, mungkin rasanya akan lebih pas.
"Enak". Gu Yang memuji, walau sebenarnya dia meremehkan.
Gu Hai makan dengan bebas, layaknya pria utara, setiap gigitannya begitu nyata. Sebaliknya, Gu Yang makan dengan tenang dan santai, mungkin akibat dari kebiasaannya yang selalu makan ala barat selama bertahun-tahun ini.
Gu Hai mengawasinya. Dia hampir selesai makan, tapi masih ada beberapa makanan di sana. Gu Hai langsung merebut mangkuk Gu Yang dan mengisinya dengan banyak makanan, lalu memberikannya kembali, sambil memberi isyarat kepada Gu Yang agar menghabiskan semuanya.
Gu Yang pasrah, matanya melirik ke arah Gu Hai dan mulai mengungkapkan keraguan hatinya. "Kenapa kamu tiba-tiba ingin memasak?".
"Bukankah itu yang selalu kamu katakan? Hari terus berjalan, saya tidak bisa setiap hari makan makanan yang manis dan berminyak". Gu Hai mengungkapkannya dengan penuh senyum, ini pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir dia bisa senyum lepas. "Apalagi kamu belum pernah mencicipi masakanku kan? Maka dari itu saya sengaja memasak sendiri khusus untukmu, saya melihat akhir-akhir ini kamu sangat lelah, maka dari itu saya berinisiatif ingin menghiburmu".
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN
RomanceBUKU 2. MUSIM KE-1 悸动青春 (jì dòng qīngchūn - Gejolak Masa Remaja) Bab 80 - Bab 208 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyī...