143. 马上就要露馅-Segera Terpampang

2K 121 5
                                    

Biasanya di akhir pekan mereka selalu menghabiskan waktu bersama, tetapi karena faktanya bahwa Bai Luoyin memiliki urusan di rumahnya, Gu Hai tidak punya pilihan lain, terpaksa ia harus sendiri lagi.

Jumat sore, ketika kelas usai, Bai Luoyin semangat membereskan tasnya, bersiap untuk pulang. Bai Luoyin berpikir bahwa akhir pekan memang waktunya untuk pulang, jadi dia tidak perlu lagi repot-repot mencari berbagai alasan, dia juga tidak perlu lagi melihat wajah kecewa Gu Hai, Bai Luoyin merasa bahwa itu jauh lebih mudah dan lebih menyenangkan.

Akhirnya, saya bisa hidup damai dalam dua hari ini.

"Apa yang membuatmu begitu bahagia seperti ini?". Tanya Youqi.

"Memangnya saya terlihat sangat bahagia?". Bai Luoyin mendadak kaku.

"Akhir-akhir ini kau sangat emosional".

Gu Hai yang berada di belakangnya bisa mendengar, dan tentu saja dia memiliki serangkaian pemikiran, apalagi Youqi yang merasakan suasana hati Bai Luoyin yang tidak biasa. Gu Hai yang melihat Bai Luoyin sepanjang hari, dapat melihat keanehannya, setiap hari dengan senang berangkat ke sekolah, perasaan akan baik-baik saja ketika di pagi dan sore hari, begitu sekolah usai, hal-hal buruk akan datang, hal itu membuat perasaan Gu Hai menjadi kecewa.

Terkadang Gu Hai berpikir, apakah Bai Luoyin memang sengaja menghindar? Tapi dia tidak bisa menemukan bukti sedikitpun. Belum lagi dalam beberapa hari terakhir ini dia tidak berani mempertanyakan apapun, bahkan ketika Bai Luoyin mulai menunjukan berbagai alasan, Gu Hai selalu ingat akan janjinya, sebuah kepercayaan.

Ketika mereka sampai di gerbang sekolah, Gu Hai berkata. "Biarkan saya menemanimu sebentar".

Bai Luoyin tidak menunjukkan ekspresi apapun.

Akhirnya kedua orang itu mengobrol sambil berjalan, Bai Luoyin menampilkan keceriaannya, dia tidak menceritakan apapun mengenai keluarganya.

Sudah separuh jalan, akhirnya Bai Luoyin mulai menutup perbincangan.

"Apa yang akan kamu lakukan dalam dua hari ini?".

Gu Hai berpikir. "Saya akan pulang. Bukankah guru telah menyuruh untuk menyerahkan data diri? Dan itu ada di rumah, jadi saya akan pulang untuk mengambilnya. Tidak ada rencana apapun di hari Minggu. Mungkin akan mengunjungi saudara perempuan, atau juga mungkin mengajak teman jalan-jalan".

Bai Luoyin diam sejenak kemudian menepuk bahu Gu Hai. "Saya iri padamu, saya harus pergi ke rumah paman keduaku".

Tapi Gu Hai sedikitpun tidak melihat rasa iri di mata Bai Luoyin, tapi dia melihat perasaan kasihan.

"Kau benar-benar tidak akan pulang hari ini?".

Bai Luoyin menghela napas, "Iya, setelah pulang sekolah segera kesana, padahal sekarang libur sekolah, tapi masih harus mengerjakan sesuatu, masih tidak tahu dua hari ini, huft...".

"Bukankah paman keduamu itu kaya? Mengapa tidak meminta seseorang untuk merawatnya?".

Alis Bai Luoyin berkerut, "Bukankah saya pernah memberi tahu? Meskipun ada uang, mereka suka berpura-pura tidak punya, bahkan untuk biaya perawatan anaknya itu papa yang membiayainya".

Gu Hai mengangguk. "Baiklah, jaga diri selama di sana".

Bai Luoyin menarik mulutnya, tidak lama kemudian dia bersuara satu kata, "Mmm".

Sejenak kedua orang itu saling pandang canggung, kemudian Bai Luoyin berpikir kalau waktunya sudah tiba, dia mendesak, "Kau pulanglah naik mobil, dengan begitu akan menghemat waktu daripada jalan kaki".

Ekspresi Gu Hai menyiratkan keengganan, dia seperti tidak ingin menyerah, karena selama dua hari kedepan tidak akan bisa bertemu.

"Saya ingin mengantarmu sedikit lebih jauh".

KECANDUAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang