Ini pertama kalinya bagi Gu Hai memasukkan obat tidur, tidak dapat dipungkiri jika dosis yang diberikan melebihi batas, mengakibatkan Gu Yang terlelap hingga jam 10 pagi.
Gu Hai berbunga-bunga, sementara Gu Yang tinggal menunggu biaya tagihan yang membengkak.
Setelah mengobrol sepanjang malam, akhirnya Gu Hai menutup telepon, tidak segera tidur, tapi langsung pergi mandi, sekarang dia lebih enerjik dan lebih semangat. Berganti pakaian dan mencukur janggutnya, sekarang hidup Gu Hai telah kembali dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.
Gu Yang masih terjebak di alam mimpi panjangnya. Dalam mimpi itu dia sedang bersama Gu Hai sedang makan tanpa henti, dan makanan itu tidak ada habis-habisnya. Sampai akhirnya dia terbangun, dan perutnya terasa penuh dan begah, kepalanya sedikit pusing.
Ketika membuka matanya, terlihat Gu Hai sedang duduk di sisinya, dengan wajah yang sumringah menambah ketampannya, senyumnya yang cerah, matanya bersinar cemerlang.
"Kak, kau tidur begitu nyenyak!".
Gu Yang mengusap kening dan bertanya dengan malas. "Pukul berapa sekarang?".
"Sepuluh lebih".
Awalnya Gu Yang mengangguk dengan tenang, kemudian perlahan mulai menegakkan tubuhnya, tangannya ditempatkan di belakang Gu Hai, lalu mengusap-usap lembut punggung Gu Hai, sebelum akhirnya dengan tiba-tiba dia menghantam leher Gu Hai. Untungnya Gu Hai memiliki reflek yang baik, dengan cepat Gu Hai meregangkan otot-otot lehernya. Jika tidak, mungkin dia sudah dibuat pingsan.
"Kenapa tidak membangunkanku?!". Gu Yang bersuara dingin.
"Kau tidur sangat nyenyak, maka dari itu saya tidak berani membangunkanmu".
Bagai angin topan, Gu Yang langsung melesat keluar dari garis pandang Gu Hai, seketika suara percikan air di kamar mandi bergemericik sebentar, lalu segera keluar, memakai sepatu di balik pintu. Setelah dirasa siap dengan pakaiannya, Gu Yang langsung menyambar tasnya dan pergi tanpa pamit.
Gu Hai tidak pernah melihat saudaranya sebegitu sibuknya dan menunjukkan kegelisahannya. Gu Hai berharap urusannya segera berakhir tidak ada lagi penundaan.
Karena Gu Yang pergi tergesa-gesa, dia tidak sempat memberi tugas pekerjaannya kepada Gu Hai. Dokumen-dokumen itupun tidak bisa sembarangan disentuh tanpa seizinnya. Merasa tidak ada pekerjaan, Gu Hai memutuskan untuk tidur, tapi nyatanya Gu Hai tidak bisa tidur, akhirnya dia berencana untuk pergi keluar dan meninggalkan ponsel Gu Yang yang sedang di isi daya.
Ketika Gu Hai kembali, saat membuka pintu, terlihat Gu Yang sedang duduk di sofa ruang tamu, ekspresi wajahnya begitu rumit.
"Tidak biasanya pulang cepat?". Gu Hai bertanya.
Gu Yang hanya menganggukkan kepalanya, dan tiba-tiba sikapnya menunjukkan cibiran yang tidak biasa.
"Orang itu tidak ada".
"Tidak bertemu?". Gu Hai panik. "Memangnya siapa orang yang mau kau temui?".
"Tuan Jiexun".
Sebelumnya Gu Yang pernah menceritakan orang itu kepada Gu Hai, samar-samar Gu Hai ingat bahwa orang itu sepertinya memiliki pengaruh besar terhadap masalah Gu Yang saat ini.
Wajah Gu Hai tegang,
Segera dia menghampiri dan bertanya, "Kenapa kamu tidak menemuinya?".
"Kenapa?". Mata Gu Yang menyiratkan ketidakberdayaan. "Saya membuat janji dengannya pukul sembilan pagi, tapi terlambat lebih dari satu jam tanpa berita. Kau tahu kalau di Amerika pandangan terhadap waktu sangat kuat. Membiarkan orang menunggu lama merupakan tindakan yang sangat tidak sopan, apalagi sampai harus menunggu satu jam".
KAMU SEDANG MEMBACA
KECANDUAN
RomanceBUKU 2. MUSIM KE-1 悸动青春 (jì dòng qīngchūn - Gejolak Masa Remaja) Bab 80 - Bab 208 (Tamat) Diangkat dari novel kisah percintaan karya 柴鸡蛋 (chái jī dàn) Judul Asli : 你丫上瘾了 (nǐ ya shàngyǐn le) Judul : 上瘾 (shàngyǐn) Dikenal Juga Dengan : 海洛因 (hǎiluòyī...