Nattalova - 5

2.7K 171 53
                                    

Niol sudah mengganti pakaian kerjanya dengan kaos dan celana pendek. Tubuhnya juga sudah segar setelah mandi. Sambil mengaduk teh manis hangat di meja dapur, ia melirik pintu kamar Naya yang belum juga dibuka.

Naya ini cerewetnya memang selangit, tapi kalau udah badmood dia bakal betah banget mengurung diri di kamar. Kalau dibiarkan, sampai besok pun anak itu tidak akan keluar.

Sebenarnya karena Niol juga sih kebiasaan itu dimulai.

Dulu waktu awal-awal kelas 3 SMP Naya pernah pergi dari rumah setelah dimarahi Langit karena suatu hal. Naya ini memang paling dekat dengan ayahnya dan saat ayah yang dia kagumi membentak bahkan memarahinya, dia sangat kecewa.

Niol yang baru lulus SMA pergi kesana kemari mencari adiknya. Akhirnya dia dapat info dari teman Naya kalau adiknya itu pergi ke salah satu club malam.

Niol langsung mendatangi club itu, dia semakin murka melihat Naya sudah teler meracau tidak jelas di meja bar dengan dua gelas yang sudah kosong. Tak jauh dari Naya ada pria yang mulai mendekat, membelai rambutnya.

"Jangan sentuh adek gue!" Niol menepis tangan pria itu lalu memapah Naya keluar, membawanya pergi dari sana. Sambil menyetir sesekali Niol melirik Naya yang terus meracau dengan mata terpejam, diselingi tawa kemudian menangis.

"Kenapa papa jahat banget sama gue Yol? Kenapa papa tega banget bentak-bentak dan marahin gue cuma gara-gara Oska?" Niol hanya melirik adiknya getir.

"Gue benci Oska bang, sejak ada dia papa sama mama nggak sayang lagi sama gue."

"Kami semua sayang lo Nay." Naya tertawa kemudian terbatuk.

"Lo sama aja, nggak ada lagi yang sayang sama gue. Gue benci semuanya. Gue benci lo..... gue benci mama..... gue benci papa apalagi Oskario nyebelin itu. Gue benci... hahahahaaa.... gue benciii semuanyaa...." Niol tak lagi menjawab, percuma menanggapi orang yang sedang dikuasai alkohol.

Niol masih tidak habis pikir kenapa Naya bisa sampai tempat itu. Umurnya baru 14 tahun tapi bisa masuk ke club, selain tubuh Naya yang lumayan tinggi untuk anak seumurannya, mungkin kurangnya pengawasan petugas club yang membuatnya bebas masuk kesana.

Niol membelokkan mobilnya kearah villa keluarga, tidak mungkin dia membawa pulang Naya dengan kondisi seperti ini.

*

Naya mengerjapkan mata beberapa kali merasakan pusing di kepalanya. Dia melihat Niol sudah duduk di tepi ranjang dengan segelas air.

"Kita dimana Yol?"

"Minum, abisin." Niol mengabaikan pertanyaan adiknya.

"Apa ini?"

"Penawar buat orang mabuk." Naya tersentak mendengar suara dingin kakaknya, terlebih Niol menekankan kata mabuk. Ia bangun untuk menerima gelas dan meminumnya, ternyata air kelapa.

"Lo inget kejadian semalam?" Suara Niol begitu serius tidak seperti biasanya, membuat Naya takut untuk mengangkat kepala.

"Sedikit." Niol mengambil gelas kosong dari tangan Naya, meletakkannya di meja.

"Jadi selama ini lo sering main ke club?" Naya menggeleng.

"Baru semalem."

"Gue nggak nyangka lo bisa sebodoh ini Nay, lo datang ke club dan mabuk-mabukan!! Lo masih kecil dek, tubuh lo masih terlalu rapuh buat nerima minum-minuman kayak gitu, bahkan SMP aja lo belum lulus tapi.... ASTAGA!!! Siapa sih yang ngajarin lo kayak gitu? Hah!! Siapa?!" Naya semakin meremas-remas ujung selimut, takut.

NATTALOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang