Nattalova - 7

2.3K 160 51
                                    

"Naya."

Naya yang sedang sibuk dengan game online di ponsel mengangkat kepala, ternyata Natta sudah berdiri di depannya. Tubuh cowok itu sudah terlihat segar dan wangi, kaos putih, jeans biru selutut serta sneakers sudah melekat manis di tubuhnya. Tas olahraga menggantung bebas di bahu kanan sedangkan tangan kirinya memegang jaket.

"Oh udah? Yuk."

Keduanya berjalan beriringan keluar gedung lapangan futsal. Tidak ada yang bersuara, Naya bingung mau bicara apa karena Natta selalu diam. Sesekali Naya melihat tangan kanan Natta yang bergerak bebas dengan jemarinya menggerakkan sesuatu. Boleh nggak sih gue genggam tangan lo Ta?

"Mau?"

"Mau banget."

"Nih." Naya tersentak melihat Natta memberikan sebuah permen, ternyata dari tadi ada permen di tangan Natta. Tapi kan Naya bukan mau itu.

"Enggak ding, aku udah ada kok." Natta hanya mengangguk melanjutkan langkah. Naya memang sudah punya permen, tapi permen karet. Tapi tadi Natta nanya gitu berarti dia memperhatikan Naya dong? Naya tersenyum sendiri karena pemikirannya.

Naya langsung memesan dua porsi bakso dan es teh manis sebelum mereka duduk di salah satu meja yang dekat dengan kipas angin. Naya sengaja memilih meja itu karena Natta pasti masih gerah setelah futsal.

"Emang Adhy Grup selalu ngadain turnamen futsal kayak gini ya kalau ulang tahun?" tanya Naya memulai pembicaraan.

"Iya, selain acara gathering untuk karyawan sendiri. Tujuannya untuk mempererat hubungan antar perusahaan."

"Oh, Natta udah langganan jadi tim futsal dong."

"Untuk Adhy Grup baru pertama kali, tapi dulu pernah sekali membela perusahaan lain waktu kerja disana."

"Emang Natta udah bekerja dimana aja?" biarinlah terkesan kepo, Nattanya juga nggak ada inisiatif bertanya. Dari pada diem-dieman kayak orang marahan, mending ngobrol seadanya kan?

"Dua tahun lalu setelah lulus kuliah langsung kerja di salah satu perusahaan di Jakarta selama beberapa bulan, setelah itu baru masuk Adhy Grup. Kalau Naya kuliah udah semester berapa?" Nah gitu dong Ta, nanya. Jangan diem-diem bae.

"Semester akhir, lagi pusing-pusingnya nih."

"Semangat, kalau udah lulus itu lega."

"Natta mau bantuin Naya?" kebiasaan Naya kalau ada yang kasih semangat pasti balik nantangin, 'Emang lo mau bantuin gue?'

"Eh maksudnya.... aku pasti semangat kok karena ada Niol yang suka bantuin." Niol memang sering menawarkan bantuan, tapi Naya menolak karena malas. Tapi kalau Natta yang menawarkan sepertinya Naya akan terima dengan senang hati.

"Semoga Naya bisa lulus dengan nilai yang baik."

"Aamiin."

Seumur-umur baru kali ini Naya kehabisan bahan buat mengobrol. Interaksi Natta begitu-begitu aja. Jangankan menanggapi kode, kalau nggak diajak ngobrol duluan juga bakal betah diam tuh cowok. Untung gue suka Ta, jadi nyaman-nyaman aja deket cowok lempengisasi kayak lo.

Obrolan mereka terhenti saat penjual bakso datang menghidangkan pesanan. Naya menarik mangkok yang sesuai pesanannya dan memberikan mangkok satunya ke depan Natta.

Natta melihat Naya memisahkan beberapa daun seledri yang ada di mangkuk baksonya. Padahal cuma sedikit tapi dengan telaten gadis itu mengambilnya dengan sendok dan diletakkan ke tissu.

"Kenapa digituin?"

"Naya nggak suka sayur Ta, mending nggak makan daripada disuruh makan sayur." Pantas saja mangkok Naya cuma berisi mie kuning dan butiran bakso tanpa ada hijau-hijauan. Beda dengan milik Natta yang ada seledri dan sawi hijaunya. Mungkin tadi Naya sudah meminta tidak pakai sayur tapi masih ada yang kebawa.

NATTALOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang