Nattalova - 54

2.3K 175 20
                                    

Kesedihan diwajah Naya sudah tak terlihat, semuanya melebur berganti menjadi senyum, tawa dan ucapan syukur yang selalu dia panjatkan. Saat membuka mata dipagi hari dan sebelum tidur pada malamnya, Naya mempunyai ritual baru yaitu menyempatkan sedikit waktu untuk mengucapkan syukur pada Yang Kuasa atas apa yang akan dan sudah dilanlui setiap harinya, seperti yang diajarkan Natta beberapa waktu lalu.

"Sampai ujung dunia pun, kebahagiaan akan sulit kita temukan kalau kita sendiri tidak pernah merasa bersyukur atas apa yang kita milliki saat ini," ucap Natta kala itu, saat mereka masih naked dibawah selimut setelah menyelesaikan malam indah ditengah dinginnya udara malam Swiss.

Naya yang sebelumnya memunggungi Natta, membalikkan tubuhnya perlahan, menyentuh wajah suaminya yang masih berkeringat sisa kegiatan panas mereka, "dan aku akan selalu bersyukur memiliki suami seperti kamu."

Natta tersenyum, menelusupkan satu tangannya dibawah leher Naya, memeluknya sampai tubuh mereka menempel, "bukan lagi tentang aku dan kamu, tapi kita. Kita harus bersyukur atas apapun, nafas yang setiap detik berhembus, rejeki yang terus mengalir. Dan yang terpenting bersyukur atas cinta dan rasa memiliki yang akan terus tumbuh diantara kita."

Naya mengendurkan pelukan, memandangi wajah suaminya, "kamu makin bijak sekarang."

"Kamu makin cantik kalau acak-acakan gini," seloroh Natta terkekeh. Naya langsung mencubit perut suaminya kesal, sampai akhirnya tangan kekar itu merengkuhnya lagi, menaikkan selimut lebih keatas untuk menutupi tubuh polos keduanya.

"Jangan bosan bimbing Naya ya, Ta," lirih Naya diceruk leher Natta.

Suaminya itu mengangguk lalu menghujani ciuman dipuncak kepala, "itu udah jadi kewajiban aku. Aku akan melakukan apapun yang terbaik buat keluarga kita. Dan semua itu bisa berjalan dengan baik kalau kamu mau diajak bekerja sama."

"Aku mau," sahutnya yang diakhiri dengan mencium pipi Natta sayang.

Sejak saat itu Naya semakin rajin memerintahkan otaknya untuk melupakan semua masalah yang sudah terjadi. Untuk memformat semua pengalaman buruk dari kepala jelas tidak mungkin, tapi Naya akan bangkit menjadi Naya yang lebih baik. Minimal kembali menjadi Naya yang dulu, yang kuat, tidak mudah menangis dan selalu santai dalam menghadapi masalah, termasuk urusan anak.

Ia pernah membaca sebuah artikel kalau tingkat stress seseorang merupakan salah satu faktor yang menghambat kehamilan. Suaminya juga pernah bilang begitu dan Naya tidak mau mempersulit semuanya. Cukup dengan usaha semaksimal mungkin dan berdoa, soal hasil ia serahkan pada Sang Pencipta.

Natta sudah mulai sibuk dengan kuliahnya, Naya tidak mau menambah beban pikiran jika terus jalan ditempat. Ia harus move on, meninggalkan masa kelamnya untuk menghadapi masa depan yang lebih baik. Apalagi mereka cuma tinggal berdua di Inggris, Naya harus benar-benar bisa memposisikan diri sebagai seorang istri yang bisa diandalkan.

Tiga bulan pertama berjalan cukup baik. Dengan hidup berdua sepertinya kehidupan rumah tangga yang sebenarnya baru terasa. Tidak ada pembantu atau orang lain yang biasanya membantu pekerjaan rumah.

Kalau hari libur Natta dan Naya sering berbagi tugas, Naya yang memasak, sementara Natta akan membersihkan apartemen. Tapi saat Natta kuliah, Naya mengerjakan semuanya sendiri, termasuk mengantar cucian kotor ke laundry. Untuk belanja, biasanya mereka melakukan berdua saat weekend sekalian jalan-jalan disekitar kota Oxford.

Hari Minggu ini mereka hanya bersantai di apartemen setelah kemarin Sabtu menyibukkan diri dengan merapikan ulang perabotan dan berbelanja seharian memenuhi kulkas.

Biasanya kalau tidak ada kegiatan Natta akan membuka laptop sekedar mengecek pekerjaan di Jakarta. Tapi penatnya selama satu minggu kemarin membuatnya malas berpikir keras, siang ini dia memilih bermain playstation di ruang TV yang merupakan tempat favoritnya bersama Naya.

NATTALOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang