Nattalova - 26

2.5K 192 128
                                    

Pintu apartemen terbuka, Naya masuk dengan tas menggantung di bahu kanan sementara tangan kiri membawa bungkusan plastik.

"Oskaaa.... ini kakak bawa makan siang buat kita." Oska yang sedang sibuk dengan kamera dan laptop milik Niol beranjak dari karpet tebal.

"Kak Naya cepet banget kuliahnya?" Oska menerima bungkusan dari tangan Naya, membawanya ke meja makan. Sekitar tiga jam yang lalu Naya memang pamit kuliah, meninggalkan Oska sendiri di apartemen.

"Cuma ketemu dosen sebentar." Naya melempar tas ke sofa sebelum membuka kulkas, mengambil air dingin.
"Oya, tadi kakak ketemu Mpin, nanti malem dia mau kesini sama Uwi." Oska hanya mengangguk, sibuk mengeluarkan semua isi plastik.

"Kakak sejak kapan suka sayur?" Oska melihat bungkusan capcay yang sengaja dipisahkan dengan dua makanan yang lain.
"Trus ada jus jambu juga, bukannya kakak sukanya jus mangga?" Naya yang sedang meneguk air dingin melirik makanan di tangan Oska sebelum meletakkan gelas kosong.

"Itu semua buat kamu." Kata Naya santai sambil membuka jaket.
"Semuanya dibawa ke depan TV aja Ka, nggak enak makan di meja makan." sambungnya seraya melenggang masuk kamar.

Mata Oska berbinar memandangi punggung Naya yang menghilang di balik pintu. Ternyata Naya tahu minuman kesukaannya dan kebutuhannya akan asupan sayur. Benar kata orang-orang kalau Naya sebenarnya menyayanginya.

'Makasih kak.'

Oska mengusap wajahnya sebelum memindahkan semua makanan lalu menyalakan TV.

"Jam 2 ikut kakak ke rumah sakit ya." Naya keluar kamar sudah memakai celana sepaha dan kaos putih.

"Kak Naya mau periksain tangan?" Naya mengangguk, menerima piring makanan dari tangan Oska lalu duduk disamping adiknya, diatas karpet bersandar pada sofa.
"Sama bang Natta juga?" Naya terdiam sesaat sebelum menggeleng.

"Dia kerja. Nanti kita berdua aja."

Naya melahap makanan dengan tatapan menerawang, biasanya setiap Senin pagi Natta selalu mengirimkan pesan agar Naya semangat menjalani awal pekan. Tapi sampai siang ini Natta belum juga menghubungi. Naya jadi berpikir, apa mungkin Natta marah karena semalam?

Semalam tak lama setelah sambungan video call Naya dengan kedua orang tuanya berakhir, Natta memang langsung pamit pulang. Alasannya sudah malam padahal belum ada jam sembilan.

"Kak Nayaaa...!!!" Naya tersentak mendengar teriakan Oska.
"Sambel kakak tumpah ke kaki Oska." Naya membulatkan mata, sambel hijau yang sebelumnya melumuri bebek bakar di piringnya sekarang sudah berceceran di paha Oska.

"Astagaaaa. Kok bisa kayak gini Ka?" Naya bergegas mengambil beberapa helai tisu, membersihkan paha Oska.

"Harusnya Oska yang nanya, kak Naya kenapa? Dari tadi Oska perhatiin kakak ngelamun terus." Naya melirik Oska sesaat lalu memunguti tisu yang berserakan.

"Kakak nggak papa. Kamu lanjut bersihin di kamar mandi sana, sekalian siap-siap." Oska beranjak menuju kamar, begitu juga Naya yang masuk kamarnya sendiri.

Naya duduk di ujung kasur, membuka ruang obrolan dengan orang yang mengganggu pikirannya sepanjang hari ini, siapa lagi kalau bukan Nattaya.

Naya mengetikkan sesuatu, tak lama menghapusnya lagi, mengetik lagi, dihapus lagi. Berulang sampai beberapa kali.

"Kok gue takut gini sih mau nge-chat Natta?"Naya memutar-mutar ponsel sebelum menghela nafas beberapa kali.

Tahan dulu Nay, baru juga setengah hari. Tunggu sampe malem, kalau Natta belum ngabarin, baru deh lo bertindak. Naya mengangguk seolah menyetujui suara di kepalanya kemudian beranjak.

NATTALOVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang